Ada Yang Mati Sesaat Di Hari Blogger Nasional
"Dahulu kala, ada seorang kepala desa yang diutus untuk mengawal dan mengantar seorang biksu yang divonis eksekusi pengasingan ke tempat perbatasan. Kepala desa ini sangat ceroboh. Daya ingatnya juga tidak bagus. Oleh sebab itu, setiap pagi hari beliau selalu menyelidiki dan memastikan apakah semua keperluannya telah siap. Setelah yakin, barulah beliau berangkat. Hal pertama yang diperiksa yakni bungkusan kain bekal yang berisi pakaian dan barang kebutuhan penting --- di zaman kuno disebut boofu…"
CUT !
Cuplikan dongeng di atas tidak ada hubungannya sama sekali dengan goresan pena di bawah ini. Tulisan ini hanya akan berisi omongan ringan aku sambil mengingat-ingat masa kemudian ketika blog aku jadikan diary versi digital. Oke, ada sih sedikit hubungannya tapi entar aja lah aku hubung-hubungkan.
Jadi, jikalau kisanak ((kisanak *_* )) mampir ke blogpost ini dan ndak suka curhat-curhit macam ini, tapi lebih suka tulisan-tulisan yang informatif (dan menjual) silakan saja lihat-lihat sepatu cantik yang ini (Ya Allah malah ngiklan)
Atau bolehlah melanjutkan perjalanan kembali.
Karena aku lagi kangen nulis bebas menyerupai masa lampau. Nggak perlu mikir diksi, tata bahasa, berapa kata, ketik ya ketika aja. Lah, menulis kan pelepasan buat saya, jadi ya semoga saja lepas landas, lebur menyatu bagai ombak dan butiran pasir di pantai Gili Trawangan. (Semacam Kode)
Seperti yang banyak diketahui, tanggal 27 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Blogger Nasional. Urusan kenapa tanggal segitu dan siapa yang netapin ya silakan saja cari sendiri. Kan sudah aku bilang goresan pena ini nggak informatif dan bahu-membahu juga “yang banyak tahu” paling yang terkategori blogger, netizen atau brand. Orang-orang terdekat dan teman-teman aku mana tahu "Hari Blogger Nasional".
Mana tahu, kalau aku suka nulis atau suka jual tulisan. Ibu aku tahu nya aku suka maen laptop (maen, catet) tahu-tahu ada barang datang, ada duit tapi nggak kerja.
Mana tahu, kalau aku suka nulis atau suka jual tulisan. Ibu aku tahu nya aku suka maen laptop (maen, catet) tahu-tahu ada barang datang, ada duit tapi nggak kerja.
Apalagi kalau tahu Hari Blogger Nasional? yang Ibu tahu tanggal 27 Oktober kemaren hari Kamis. Besoknya Jumat. Benar-benar normal.
Soal aku punya Blog? aih benda apa lagi itu?!
Dan aku asyik-asyik aja ngebiarin semua itu. Kayaknya keren juga, nggak kerja, di rumah aja, pengangguran, tapi sanggup punya penghasilan, kadang-kadang diundang kesana (masih kesana belum kesana-kesini).
Terlepas dari blog, aku juga pernah menerima beberapa kiriman barang. Dan dari blog ada beberapa hadiah lomba berupa barang yang aku terima.
Terlepas dari blog, aku juga pernah menerima beberapa kiriman barang. Dan dari blog ada beberapa hadiah lomba berupa barang yang aku terima.
Dan suatu hari Ibu bertanya “siapa sih, yang suka ngasih-ngasih barang gini.”
Biasanya aku jawab, “kan ada namanya disitu Bu.”
Dan Ibu tetep kekeuh, “Beli ya?”
Nggak Bu, kan anakmu pengangguran. Tapi bukan tipikal aku jawab begini. Makara niscaya aku jawab: nggak Bu, sambil senyum.
“Kenapa beliau mau sih ngasih-ngasih gini?” Ibu tetep kekeuh.
“Ya namanya orang baik hati Bu.”
“Kok mau ya dia.”
Buahahaha….iya kok mau-maunya beliau ya, siapa aku gitu.
Buahahaha….iya kok mau-maunya beliau ya, siapa aku gitu.
Dan sempurna tanggal 27 Oktober kemaren, teman-teman di #GengIjoek udah heboh ngucapin ‘Selamat Hari Blogger’ sya lala, bla bla bla, love u pull de el el sejak pagi. Dan aku heboh ama pikiran sendiri, enaknya nulis apa gitu sementara di hadapan membentang cucian piring dan pakaian yang skala prioritasnya ngalahin mandi dan sikat gigi.
Oya, kalau ada yang mikir #GengIjoek itu sarapan jenis apa, ini udah dibahas di Hari Blogger Nasional sama mitra saya.
Giliran udah sanggup meregangkan kaki, aku nge-post di IG, buat kenang-kenangan kelak kalau aku pernah ngeblog. Siapa tahu tahun depan udah nggak ngeblog. Siapa tahu tahun depan aku jadi pengarang.
Peng-arang = Orang yang kerjaannya membawa arang.
Saya tengok-tengok jam, sekitar jam 9-an. C’Mumut udah siap diajak ke kebun sama Si Ayah. Kata suami mau panen serai wangi di kebun. C'Mumut antusias banget kalau mau jalan. Yes, yes…gitu kali dalam hatinya… belum dewasa bahagia banget kalau mau diajak jalan, kemudian beliau tidur di motor, nangis pas udah sampe. Mut..mut.
Saat udah sunyi sepi sendiri, kerjaan aku 70% udah rebes. Dapur udah bagus sedikit, pakaian kotor udah masuk mesin cuci, baterai hape tinggal 15%... entar aja dicolok, baca dulu pesan-pesan yang masuk.
“Mbak Lidha, selamat ya sanggup AWARD dari mbak Diah.”
Saya ngacir ke blogpostnya mbak Diah. YA AMPUN. ASTAGA. YA AMPUN.
Kenapa ada Lidha Maul masuk nominasinya? Siapa itu Lidha Maul.
Saya gelisah, rasanya pengen manggil-manggil mbak Diah, ‘mbak… turunkan nama aku dari situ mbak, turunkan dari situ mbak. Malu mbak.’ Tapi mbak Diah nggak sanggup dengar. Nggak sanggup tahu degup jantung aku yang sedang nggak normal. Saya sekrol lagi ternyata nama aku bener-bener diturunkan. Diturunkan dari nominasi menjadi favorit.
Maklumlah aku ndak merasa blogger, aku cuma orang yang suka nulis-nulis di blog. Belum punya konten bagus, terang dan konsisten. Begitulah perasaan aku sebenarnya. Saya berharap mbak Diah khilaf, mungkin dampak template barunya itu. Eaa.
Lagian aku pengen off dulu ngeblog (tapi nggak off dari ikut lomba *uhuk*) kira-kira sebulanlah, pengen baca-baca buku dulu, beresin tanaman, rapiin rumah, bikin DIY, prakarya dan beberapa hal yang aku rindukan menyerupai dulu.
Dan tahu-tahu ada suara:
Dan tahu-tahu ada suara:
Zebreettt Sriiiit Des.
Saya nengok ke perangkat WIFI, nggak ada yang kedap-kedip. Nengok ke lampu otomatis yang mendadak nyala, nengok ke samping.. ohh belum habis sarapan. Detik itu juga aku sadar….
MATI LAMPU.
Hah, mati lampu.
Di Hari Blogger Nasional, di kala aku mau bikin AWARD juga, pengen nulis yang nggak penting kayak gini… malah MATIII LAMPUUU.
Baterai HP sisa 7%, power bank mana pernah dipake kalau nggak jalan jauh. Laptop juga lupa dikasih makan. Lengkap sudah, mending sarapan dulu --- di jam 11.
Suara Zebret Sriit Des itu bukan berasal dari mati listrik. Itu bunyi mesin basuh yang lagi asyik goyang-goyang. Agak maksa ya aku mengubah suaranya menjadi tulisan.
Dan sesudah aku pikir-pikir bahu-membahu WISH aku lagi terwujud.
Saya sanggup baca-baca buku, meski ngambilnya random aja. ‘88 CERITA RAKYAT TERINDAH DARI NEGERI CHINA". Bagian; Saya Telah Hilang…..blah.. bleh... blah.. bleh.. bloh... kayak yang aku tulis di paragraf pembuka.
Mungkin pikiran aku ngelantur nggak sesuai buku, tapi aku pengen hubungkan ini. Saya juga nggak mau KEHILANGAN DIRI SAYA. Buat aku ngeblog itu kenikmatan, aku nggak mau kenikmatan ngeblognya hilang. Tapi, iya adakalanya begitu. Bukan nggak mood nulis. Cuma hilang saja dampak leganya. Karena nulis ini pelepasan buat saya. Saya pengennya tetap menjadi diri saya. Nggak boleh ada yang hilang. Kisah Guru Apalah saja belum aku lanjutkan.
Saya masih pengen bikin AWARD, tapi aku pengen beda. Saya pengen jatuhin AWARD ke blogger yang beliau nggak tahu kalau aku suka mampir ke tulisannya. Yang beliau ngeblog, tapi nggak merasa ngeblog, cuma nulis-nulis aja dan nggak mikir monetize. Saya pengen ngasih orang begitu AWARD. Pengen beliau surprise. Tapi siapa-siapa aja hingga kini belum aku tunjuk. Kayaknya aku terlalu banyak mikir kalau mau nulis. Sekarang saja sudah tanggal 31 Oktober. Ya udah lah kapan-kapan aja AWARDnya, toh buat fun semata.
Abis Zuhur, C’Mumut datang. Sepertinya udah lelah hayati jasmani. Kata suami mau panen serai wangi di kebun. Tapi pas pulang bawa jambu air ama pisang. Jambunya ngambil di depan mushola bersahabat rumah, pisangnya beli di pasar. Membingungkan.
Dan aku menikmati aja semua itu nggak pake nanya; katanya mau panen serai wangi?
Kami pun bobok siang, menikmati kesunyian. Sampai sore, listrik gres ON kembali. Tapi, udah nggak ada waktu buat nulis. Udah waktunya maen sama C'Mumut.
Mungkin juga nggak sanggup selamanya aku ngeblog. Mungkin kelak aku jadi pengarang.
Mungkin.
**Pengarang = Orang yang pekerjaannya duduk-duduk di kerikil karang.
**Mati Sesaat = Cuma Mati Lampu
-------
Salam,
Lidha Maul