Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Faktual : Ular Menghadangmu Di Depan Pintu, Apa Yang Kamu Lakukan?


Kucing.
Ya, saya ingin bercerita kucing meskipun binatang pada judul di atas ialah ular. Tentu saja, saya tetap menceritakan ular, sekiranya Anda bersabar. Karena semua dongeng ini berawal dan berakhir sebab kucing. Atau lebih tepatnya kisah ini bermula dari Pak Suami yang gemar kucing.
Saya tidak tahu banyak wacana kucing, membedakan kucing jantan dan betina saja masih keliru. Pertemanan saya dengan kucing hanya sebatas memberi makan, itu pun jika ada kucing (terlihat) tiba meminta. Meski begitu, saya juga tidak berlaku jahat terhadap binatang kesayangan Rasulullah itu. Biasa saja.

Berbeda dengan suami, beliau penyuka kucing. Kalau dihitung hingga level 10, maka Pak Suami ada pada level  7,5 – 8. Baginya tidak problem jika ada kucing melekat di kaki atau di pangkuannya. Pak Suami kerap menyisihkan sisa makanannya untuk kucing, atau mengambil ikan-ikan yang saya beli atau membeli khusus masakan kucing. Meski begitu, tidak ada satu pun kucing yang menginap khusus di dalam rumah. Semua kucing ini hanyalah kucing-kucing liar.  Kami membolehkan kucing  makan dan bermain-main saja di dalam rumah.

Dulu, ketika kami masih berdua dan Pak Suami masih sering bekerja di lokasi, alih-alih menelpon untuk menanyakan kabar istri, beliau justru mencemaskan kucing-kucing liar. ‘Apakah saya sudah memberi kucing makan’, ‘bagaimana kabar si kucing si belang, coklat, hitam’, ‘apakah ada yang menganggu mereka’. Sedangkan saya tidak tahu harus menjawab apa, sebab tidak ada satu pun kucing-kucing itu yang saya tanyakan kabarnya.

Selain menanyakan kabar kucing, Pak Suami juga bahagia bercerita wacana kucing. Dia sanggup tertawa sendiri, haru sendiri dan saya pun galau sendiri menanggapinya. Atau beliau murka sekali dengan orang yang menyakiti kucing. Jikalau sempat, Pak Suami juga suka memandikan kucing. Pernah suatu waktu beliau mengajak kucing-nya jalan-jalan.

Tapi, soal pemberian nama kucing, sesungguhnya Pak Suami ialah orang yang unkreatip. Semua kucingnya dipanggil Catty. Rasanya menyerupai memanggil seseorang dengan ‘manusia… Hai manusia’. Nggak banget buat saya, yang berharap Barbie, Armstrong, Einstein dan nama-nama beken sanggup kami panggil setiap saat. Demi menghargai cerita-cerita Pak Suami, saya minta beliau memberi nama kucingnya, sebab seringkali saya protes. “ini kucing mana lagi sih yang diceritain?”

Akhirnya ada satu kucing yang resmi dipanggil Kéti, selebihnya tetap kucing saja.

Pfffht.

Maka, marilah kita berkenalan dengan KÉti.
Si Hitam KÉti.
Kalau Anda merasa lelah dengan urusan anak, tengoklah Si Hitam Kéti
Kalau Anda merasa tidak cantik, tataplah Si Hitam Kéti.
Kalau Anda merasa perlu menjaga diri, lihatlah Si Hitam Kéti.
Kalau Anda merasa perlu tahu bagaimana seorang Ibu menjaga anaknya, bacalah terus kisah ini hingga selesai.

Bagi saya, Kéti ialah kucing hitam betina yang memukau. Tatapannya tajam, wajahnya mungil tidak gepeng. Tubuhnya hitam berkilau, dengan hanya menyisakan sedikit bulu-bulu putih di belahan perutnya yang tidak terlihat. Kalau ada lima ekor kucing yang kami beri makan, maka empat ekor akan mundur, kecuali Kéti. Selama beberapa kali perkelahian kucing, Kéti tidak pernah mundur, beliau selalu punya nyali untuk melawan.

Sebagai kucing betina, Kéti selalu tampil elegan. Kéti hanya akan duduk hening menunggu kami makan tanpa mengeong sedikit pun. Katanya, kucing selalu suka dibelai. Tapi, jangan coba-coba membelai Kéti, beliau akan mencakar secepatnya. Saya merasa Si Hitam Kéti kolam Ratu dengan attitude perkucingan yang tidak diasah dari insan mana pun.

Dengan reputasi cantik, berkilau, anggun, Kéti punya banyak penggemar. Sudah berulang kali beliau melahirkan di rumah kami. Anaknya ada yang bersahabat dengan kami, dan diberi nama oleh Pak Suami, Kochi. (Tuh kan)
Kochi dan Ibundanya Kéti

Cukup lama Kochi bersama kami, kadang kala Kochi menemani saya memotong rumput. 

Lalu, Kéti melahirkan lagi. Kali ini tiga anak. Satu diantaranya berjulukan Roni  (yang diambil dari nama makaroni, dan Roni ini betina :P)
CMumut dan Roni
Masa-masa itu CMumut berumur kurang dari satu tahun. Mulai bahagia berdiri, tapi masih ada hasrat merangkak. Suatu hari, saya hanya berdua dengan Cmumut,  Pak Suami pergi keluar kota. Sebenarnya saya bukan tipe istri yang doyan complain ketika Pak Suami tidak ada. Kadang-kadang ada enaknya juga kok, saya tidak perlu masak, sanggup goler-goleran seharian baca buku. Enak. Tapi, ada juga resikonya. Seperti hari itu, saya tidak sanggup meminta derma menjaga Cmumut sedangkan urusan dapur memanggil-manggil. Satu cara supaya CMumut bahagia dan hening ialah membiarkan dirinya memandang dunia luar, berada di balik pagar mungil penahan yang sudah kami buat.

Maka, saya pun membuka pintu demi rasa senangnya dan bersiap meninggalkan beliau sendirian di sana.

Tapi, apa yang saya pandang kemudian menciptakan ngeri, bingung, kaget dan… beku di tempat.

Ular hitam bergaris emas sempurna di balik pagar, berputar-putar di lantai. Ular itu panjang dengan ketebalan kira-kira 3 jari yang berdempetan. Kecil saja. Tapi, meski kecil ular tetap saja ular. Menakutkan.
ilustrasi
Saya segera mendekap Cmumut, mundur teratur tapi tidak juga sigap menutup pintu. Ingin teriak, tapi herannya otak saya membantah. Empat rumah di depan saya, kosong. Tetangga sebelah sedang tidak ada, sementara sebelah lagi berisi nenek-kakek yang enggan diganggu.

Saya gugup! Sadar, tidak ada satu pun orang yang sanggup dipanggil.


Jadi, saya hanya sanggup menatap ular tanpa tahu harus apa. Sepertinya ular itu menginginkan sesuatu, ada makhluk kecil di sisi lain yang ingin diganggunya.

Seketika saya sadar, makhluk kecil itu ialah belum dewasa Kéti yang berada di tumpukan barang menganggur depan rumah kami. Dengan kesigapan luar biasa, Kéti menangkis serangan ular itu. Ular itu tidak mau kalah, tidak juga mau pergi. Terlihat sekali ia mengincar belum dewasa kucing yang mengeong ketakutan. Dengan naluri seorang Ibu yang berjuang melindungi anak-anaknya, Kéti balas menyerang. Pergumulan terjadi. Berkali-kali Kéti mencakar ular itu, kemudian terdengar bunyi murkanya. Ada kalanya saya tidak sanggup menyaksikan sebab perkelahian berpindah ke sisi lain.

Saya berharap para kucing tidak apa-apa. Saya berharap Kéti memenangkan pertempuran.

Adegan berikutnya ular itu terkulai di depan saya. Ular, meski terkulai tetap saja ular bukan? Makara saya tetap saja bangun kaku, tidak tahu harus apa.
Kemudian, Kéti muncul. Saya rasa beliau sempat menatap saya dan Cmumut.
Lalu, Kéti menggigit ular itu, memindahkan ke tempatnya. Sampai-sampai saya merasa bahwa Kéti bergotong-royong ingin berkata : ‘Tenang, kalian sudah sanggup keluar sekarang.’

Itu ialah adegan yang cukup aneh.

Saya memberanikan keluar. Ada ceceran darah di lantai. Darah ular. Di lain sisi, ular itu bergotong-royong masih hidup. Masih menggeliat-geliat tipis. Ketika ular itu bergerak, Kéti injak kepalanya. Kéti juga menduduki ular itu. Sekali lagi, saya merasa Kéti ingin berkata, ‘tidak apa-apa, kalian aman, kita aman.’ 


Seakan kucing itu ingin berkata :
“Silakan keluar, kalian sudah aman.”


Kéti membawa ular ke tempatnya.

"Sudah aman, kalian aman, kita aman."
-_-

Saya tahu sedekah itu luar biasa bermanfaat. Lewat sedekah Pak Suami (yang memberi makan kucing) saya mendapati pengalaman kasatmata yang berbeda. Maha benar Allah dan RasulNya yang menganjurkan sedekah dan memelihara kucing. Sungguh, Allah-lah sebaik-baiknya penjaga. Atas izin Allah, Kéti hadir di rumah kami. Kéti pun melahirkan di rumah kami.

Setelah kejadian itu, saya mencari beberapa warta wacana apa-apa saja yang sanggup menghalangi ular masuk rumah :
>> Aroma segar, amis menyehatkan.
>> Garam kasar (walau ada yang bilang ini mitos)
>> Sapu ijuk yang kasar, jerami kasar.
>> Menjaga kebersihan taman.
Wallahu’alam kebenarnya.

Dari aneka macam artikel luar termasuk NatGeo, ular memang sulit ditaklukkan tapi bukan berarti tidak mempunyai musuh. Hewan-hewan berikut ini sanggup pula menaklukkan ular :

  1. Garangan (mongoose) : selain ular, garangan juga dipakai untuk mengendalikan hama tikus. Tapi saya kurang tahu, apakah ada nama lain yang lebih umum daripada garangan?
  2. Burung Sekretaris (Secretary bird) : Burung ini berasal dari Afrika. Namanya unik ya.
  3. Ratel (honey badger) : Sepertinya ini nama lain dari musang madu. Hewan ini populer pemberani.
  4. Landak (hedgehog) : Terbayang ular sanggup terpental kena duri landak ya.
  5. Luwak (palm civet) : Musang, luwak, garangan, ratel, eh kenapa binatang ini mirip-mirip.
  6. Elang (Eagle): Siapa yang tidak kenal burung pemangsa ini?
  7. Wolverine : Hahaha. Ini bukan om wolverine-nya Marvel ya. Hewan wolverine ini beneran ada dan tergolong langka. Saya sendiri tidak tahu apa bahasa Indonesianya.
  8. Ular pemakan ular : Saya niscaya menggeleng jika harus memelihara ular demi menghindari ular lain.
  9. Bobcat : alias kucing liar dari Amerika yang beratnya dua kali kucing rumahan.

Hewan-hewan di atas, kebanyakan bukanlah binatang yang lazim dipelihara. Tapi, siapa tahu berminat memelihara, jadi saya tuliskan saja.

Dalam Islam sendiri ada dua cara yang saya pahami. Pertama, diusir (sampai 3x) khusus yang ditemukan di rumah. Sedangkan bila di luar dari itu, maka dianjurkan untuk dibunuh. Secara umum, ular dianjurkan untuk dibunuh.

Untuk doanya, sanggup dengan:
doa supaya terhindar dari sengatan dan ancama makhluk lain. Dibaca pagi dan petang 3x

Sekarang Kéti sudah bukan kucing kami lagi. Ada seekor kucing lagi yang hadir di rumah kami. Kucing ini ialah satu-satunya kucing yang menciptakan Kéti mengalah. Kéti lebih baik pergi bila kucing ini hadir. Kéti akan duduk diam, menunggu kucing ini makan terpuaskan. Kata Pak Suami, kemungkinan kucing kami yang kini ialah cucu Kéti. Mau tahu kucing ini diberi nama apa? 
Cingcing 



P.S:
Kochi :
Kochi ialah anak Kéti. Di suatu maghrib, saya mendengar bunyi anak kucing mengeong memilukan di dekat pintu. Tapi, sebab sudah bergegas hendak sholat, saya abaikan bunyi itu. Malamnya, ketika Pak Suami pulang, beliau menyampaikan Kochi sudah mati di tengah jalan depan rumah. Mati tertabrak. Saya tidak habis pikir, mengapa Kochi mengeong dekat pintu, tapi tubuhnya hancur di tengah jalan? Malam itu juga Pak Suami menguburkannya. Pertama kali dalam hidup, saya menangis kehilangan kucing.

Tiga anak KÉti dalam foto :
Hanya tersisa 1 yang hidup kemudian diberi nama Roni.

Roni:
Menjadi bersahabat dengan Cmumut. Entah apa yang terjadi padanya, pagi hari ia sudah terbujur kaku.

 KÉti :
Karena ada Cingcing, Kéti perlahan-lahan pun pergi. Terakhir, saya melihatnya tidak secemerlang dulu. Dia buram dan lusuh. Tapi, Kéti masih mau menatap saya,  seakan ingat kami pernah saling mengenal. Lalu beliau pergi, tidak pernah kembali. Setahun sudah kami tidak bersua, saya menduga Kéti telah tiada.

 ············ ········

Ini ialah kisah saya wacana kucing, terimakasih sudah membaca. Jika baik silakan disebarkan.

Salam.