Mari Memotivasi Diri Semenjak Dini Dalam Dunia Kerja
Kamu seorang karyawan?
Atau sudah menjadi bos?
Ketika tetapkan keluar dari perusahaan daerah saya bekerja selama empat bulan, tentu bukan tanpa sebab. Saya mengantongi penghasilan dasar diatas UMR. Upah yang berdasarkan saya sudah lebih dari cukup. Bernaung di gedung perkantoran yang letaknya strategis dan kondusif, bersama-sama bisa meningkatkan rasa besar hati saya yang masih tergolong muda ketika itu. Namun, keputusan bertahan sangat sulit dan karenanya saya melompat dengan hanya menentukan menjadi pengajar ‘kecil-kecilan’ di sebuah sekolah dengan upah berkisar Rp200 ribu-an per bulan di tahun perdana.
Ada beberapa penyebab utama mengapa saya tidak bisa bertahan di sebuah perusahaan prestise kota kami:
1. Karakteristik Individu
Sebagai langsung yang mempunyai abjad tertutup di awal, sangat sulit bagi saya mengikuti perkembangan individu lain yang bergerak cepat, meskipun saya bisa bekerja dengan kapasitas setara mereka. Perbedaan abjad ini masih ditambah dengan perbedaan hobi dan arogansi, sehingga proses pembiasaan saya berjalan lamban. Muncul kemudian jarak antara saya dengan karyawan lain. Cocok di lapangan pekerjaan belum tentu cocok sebagai kawan. Nyaman dengan kiprah kantor tidak menciptakan saya nyaman dalam pergaulan. Hal ini diperumit dengan abjad atasan yang harusnya menjadi daerah bernaung karyawan.
2. Uang Bukan Alat Utama Motivasi
Manusia sebagai individu sosial, haruslah dipahami setiap instansi. Mereka membutuhkan perkembangan dan persamaan. Sebuah pengakuan. Menempatkan uang sebagai bentuk motivasi yang powerful tentu sangat keliru. Karyawan yaitu manusia, tentu. Bukan binatang perah, pastinya. Bahkan binatang pun butuh dipijat, belaian dan sesekali jalan bersama. Meski para pekerja umumnya selalu menyebutkan uang yaitu alasan bekerja, namun fakta di lapangan selalu menyatakan bahwa kenyamanan menjadi landasan mengapa setiap karyawan betah di perusahaan. Kenyamanan bisa diperoleh ketika eksistensi insan diakui. Saya tidak menyampaikan bahwa perusahaan daerah saya bekerja dahulu tidak memperlihatkan pengukuhan terhadap karyawan mereka. Saya hanya ingin menempatkan fakta bahwa dengan honor berkisar 200ribu saya bisa bertahan jauh lebih usang dan jauh merasa nyaman.
3. Job description
Beberapa mitra bercerita mereka kerap dihadapkan pada kiprah yang berlebihan sementara kiprah tersebut tidak termasuk penggalan dari kesepakatan. Atasan ada pula yang tidak memahami rincian pekerjaan bawahannya yang berujung pada pemaksaan kepada bawahan.
Meskipun tiga hal yang bersifat langsung ini menjadi faktor utama mengapa saya berpindah haluan dari pekerjaan, namun tiga hal diatas juga menjadi faktor termotivasinya karyawan untuk bertahan di sebuah perusahaan. Di masa sekarang, saya sering mendengar duduk perkara lintas generasi. Mungkin istilah ini muncul lantaran perbedaan cara pandang, sikap dan sikap antar generasi. Generasi masa kini yang gaya hidupnya cenderung berbasis teknologi, bertindak cepat dan kreatif, menyukai tantangan dan lompatan suasana, mungkin tidak akan cocok bila ditempatkan bersama pemimpin dengan gaya kerja konvensional.
Di masa kini pula, generasi muda gencar membangun startup, menjadi pengusaha, membangun jaringan, berdikari.
Jika memang punya impian untuk membangun usaha, melaksanakan perekrutan, lantaran mustahil pekerjaan (benar-benar) ditangani seorang diri, ada baiknya mencermati apa saja yang bisa memotivasi seorang karyawan sebelum karyawan itu merasa ‘dirampok’ tenaganya oleh unit perjuangan yang awalnya ia incar.
1. Pengakuan
Tiap insan membutuhkan pengakuan. Hakikatnya seorang karyawan yaitu partner bagi perusahaan. Bawahan – atasan yaitu denah yang dibentuk untuk memudahkan deskripsi pekerjaan bukan tinggi - rendah status sosial. Meski berbeda penghasilan, meski berbeda pengalaman kerja. Maka bila mereka partner, pendapat mereka atas perusahaan pun sama pentingnya. Lakukan pula pendekatan secara personal. Menyapa karyawan lebih dulu tak pernah salah, mengingat nama dan ruang lingkup hidup mereka akan sangat membantu terciptanya kenyamanan hati pekerja. Mereka merasa dianggap. Sebagai penggalan perusahaan, sebagai manusia. Senyum ikhlas sang pemimpin, proses menghargai dan saling menghormati akan menyebabkan setiap karyawan bekerja lebih giat. Memberi apresiasi atas sekecil apapun kiprah karyawan yaitu tindakan tepat.
2. Merasa Terikat
Tiap karyawan perlu merasa terikat dengan pekerjaannya, dengan perusahaannya. Bukan hanya pimpinan yang menginginkan majunya perusahaan, karyawan juga harus mempunyai harapan yang sama. Keterikatan menciptakan masing-masing pihak menjalankan tanggungjawabnya. Perjelas rangkaian kiprah dan tanggungjawab. Samakan visi dan misi dalam membangun perusahaan. Perbedaan lintas generasi tak mengapa, asalkan masing-masing berani menyesuaikan.
Banyak partner kerja yang tidak benar-benar merasa terikat dengan pekerjaannya, tiba dan pergi sesuai yang diminta saja, mereka tidak puas, dan banyak pula yang menyebabkan kerikil loncatan. Kalau saya atasannya, hal ini begini bisa bikin gerah. Bagaimana tidak, sehabis merekrut dan melatih bawahan karenanya mereka pergi begitu saja. Sakitnya tuh bukan hanya di batin tapi juga di rekening Kas.
Selain kesamaan visi dan misi dalam bekerja, ada beberapa hal yang menciptakan seseorang merasa terikat dengan perusahaan. Bisa jadi lantaran lingkungan kerja yang menyenangkan, bos yang efektif menyebarkan kiprah dan ilmu (pengalaman kerja) yang ingin diraih di perusahaan itu. Menempatkan visi dan misi perusahaan lewat goresan pena besar pada poster sangat baik untuk merangsang etos kerja. Bagikan pula kasih sayang secara personal dalam bentuk benda-benda unik kreatif seperti raglan.
3. Tumbuh dan Berkembang
penggunaan poster di perusahaan bisa merangsang etos kerja |
Kita membutuhkan sesuatu yang segar tiap harinya. Kita butuh berkembang dan bertindak lebih tepat. Mendapatkan training merupakan cara yang ampuh untuk meningkatkan value karyawan. Termasuk training-training motivasi. Ini bagai me-recharge tenaga baru. Ini isi ulang energi yang tidak melulu soal makanan.
Tiap-tiap karyawan sedari awal sudah terlihat perbedaan kemampuannya. Nantinya akan terlihat lagi perbedaan tumbuh-kembang mereka di perusahaan. Tergantung motivasi yang melatar belakanginya dan karakteristik personalnya. Memahami abjad karyawan yaitu PR bagi atasan. Untuk itu diharapkan kerja tim. Tim yang solid, tim yang bersahabat, tim yang bisa menyemangati bagiannya. Karena setiap insan penyuka tantangan, mereka membutuhkan kompetisi, persaingan. Tentu persaingan yang sehat dan tantangan dengan porsi tertentu.
Masih ada lagi ladang kreativitas. Ketika menginginkan perusahaan tumbuh dan berkembang lebih baik, maka penggeraknya pun diupayakan demikian. Generasi masa kini sangat diunggulkan dalam hal kreativitas. Jika kreativitas memicu perusahaan untuk tumbuh pesat, tentu yang terbaik yaitu menampung ide. Mematikan kreativitas sama saja mematikan semangat juang bekerja. Demi kebaikan perusahaan, buat kreativitas karyawan sejalan dengan kelayakan harapan perusahaan.
Cara menampung kreativitas bisa bermacam-macam, seorang karyawan yang gemar mendesain (meskipun ini bukan perusahaan desain) akan merasa bahagia wangsit desainnya tertampung. Misal, menciptakan desain untuk mug yang akan dibagikan pada hari ulang tahun perusahaan.
4. Lingkungan yang Menyenangkan
Hal lain yang menciptakan nyaman bekerja yaitu lingkungan kerja yang menyenangkan. Semua ini sanggup diperoleh dari banyak sekali hal baik kerja tim, individu yang solid yang menyebarkan keceriaan lebih banyak, pemimpin yang peduli, perusahaan yang nyaman hingga pada kemudahan yang mendukung. Menyamakan hobi, mengadakan program kebersamaan atau family day akan mendukung suasana yang nyaman.
5. Award
Hal pertama sebelum membahas award yaitu penuhi semua hak karyawan. Karena award berbeda dengan honor karyawan. Award yaitu apresiasi yang diberikan atas kemampuan karyawan yang mau bertindak lebih baik bagi perusahaan. Sebuah pengukuhan dalam bentuk benda. Bentuknya bisa bermacam-macam.
Disini uang pun bisa ditempatkan. Misalnya setiap tahun ada penghargaan bagi karyawan aktif, atau karyawan yang berkontribusi besar bagi perusahaan dengan memberi sejumlah uang tertentu.
Disini uang pun bisa ditempatkan. Misalnya setiap tahun ada penghargaan bagi karyawan aktif, atau karyawan yang berkontribusi besar bagi perusahaan dengan memberi sejumlah uang tertentu.
Atau perusahaan bisa menciptakan award yang unik. Ketika mengajar, selain menciptakan award untuk murid-murid yang serius, saya juga menciptakan award unik. Misal award untuk murid yang banyak menguap. Aneh memang. Tapi, cukup efektif untuk kami sama-sama peduli. Tentu dengan catatan ini hanya untuk memperlihatkan kepedulian bukan merendahkan.
Lalu, bagaimana bila kita seorang karyawan?
1. Cintai apa yang sudah diraih
Karena kau sudah bekerja di daerah yang kau pilih, jangan hingga deh kau nggak suka. Emang ada yang nggak cinta ama pekerjaannya? Buanya. Alasannya macem-macem. Ada banyak pekerja yang tidak "sreg". Lalu merasa ‘ini hanya kerikil loncatan’. Kalau sudah begini, maka buatlah perencanaan apa yang ingin diraih di perusahaan tersebut. Percayalah sekecil apapun unit usaha, niscaya ada "sesuatu" yang sanggup kau raih dan itu berarti buatmu. Tetapkan berapa usang kerikil loncatan itu, dan sasaran selanjutnya. Hidup tanpa harapan dan tujuan niscaya akan hampa, begitu pun bekerja. Jika sudah mempunyai poin-poin tersebut, laksanakan kiprah sesuai yang diminta. Jangan kecewakan perusahaan yang sudah begitu baik. Cintai saja apa yang kita kerjakan, lantaran jatuh cinta itu mudah, mempertahankannya yang susah.
2. Bangun pagi
Bangun pagi penting untuk menyelamatkan semangat di waktu-waktu setelahnya. Bangun pagi punya energinya tersendiri. Begitu keluar melongok matahari pagi akan menyebabkan hari-hari gres kembali. Semangat juang pun hadir lagi.
3. Mesin ide
Bekerja di perusahaan yang bukan impian, memang menciptakan kendor semangat. Bahkan di perusahaan idaman pun, mati gaya bisa terjadi. Jika hal ini terjadi, ingat kembali sasaran yang dikejar. Cari wangsit semoga tidak bosan. Jika perusahaan tidak tetapkan kerja tim, buat saja ‘jaringan/tim’ sendiri. Motivasi dari sobat amatlah membantu. Kembangkan hobi, cari sobat yang satu selera. Tidak harus hobi yang sesuai dengan perusahaan. Memiliki rekan sekerja yang sehati sanggup membantu untuk rajin bekerja.
Lalu sering-seringlah membaca, banyak bertanya.
Karena generasi kini yaitu gudang ide. Terlebih bila perusahaannya amat sangat gampang dikritisi, salurkan saja. Jika tidak, tetap salurkan saja.
Masih tidak suka dengan perusahaannya? Idamkan saja begini: “Besok saya akan mempunyai perusahaan yang lebih baik dibanding perusahaan ini. Atau yang agak ekstrim: “Besok saya akan jadi Bos disini. Karena perusahaan ini buruk sekali.” Memiliki impian menyerupai itu masuk akal saja. Karena bersama-sama harapan dan impian seseorang yaitu landasan ia untuk bangkit.
4. Bersyukurlah
Ya, bersyukurlah. Diantara ribuan, jutaan para jobseeker, kau yaitu orang yang beruntung. Tidak peduli ketidaksukaanmu, tidak peduli pekerjaanmu hanya sementara buatmu, tidak peduli kau tidak dihargai disana. Tetaplah bersyukur. Selama harapan, perjuangan dan doamu masih ada, kelak roda akan berputar.
Makara ada di posisi mana dirimu? (Masih) kah seorang bawahan ataukah atasan. Masihkah pihak yang diperkerjakan atau sudah mumpuni memperkerjakan pihak lain? Tak peduli berada dimana posisimu, tetaplah lakukan yang terbaik. Tetaplah motivasi diri menjadi yang terbaik,
Ya, bersyukurlah. Diantara ribuan, jutaan para jobseeker, kau yaitu orang yang beruntung. Tidak peduli ketidaksukaanmu, tidak peduli pekerjaanmu hanya sementara buatmu, tidak peduli kau tidak dihargai disana. Tetaplah bersyukur. Selama harapan, perjuangan dan doamu masih ada, kelak roda akan berputar.
Makara ada di posisi mana dirimu? (Masih) kah seorang bawahan ataukah atasan. Masihkah pihak yang diperkerjakan atau sudah mumpuni memperkerjakan pihak lain? Tak peduli berada dimana posisimu, tetaplah lakukan yang terbaik. Tetaplah motivasi diri menjadi yang terbaik,
@lidhamaul