Menikahi Internet
<net_f5> Asl, pls
<bulir_jeruk> Lidha, 19 F, Ina. U?
<net_f5> Ms B, 23, Ina. Kul? Skul?
<bulir_jeruk> Kul. U?
<net_f5> Work. Brb.
<bulir_jeruk> Where?
<net_f5> warnet-rental. Brb
<bulir_jeruk> Busy? okey.
<net_f5> Gak, cuma nyari kembalian yg mau bayar. Mbaknya nanti bayar uang pas aja ya.
<bulir_jeruk> ? Ni Mas Bambang yang jaga warnet ini?
<net_f5> Yup
<bulir_jeruk> [LEAVING]
Saya merasa betul-betul kenal internet ialah dimasa-masa kuliah. Saat dimana saya jatuh cinta dengan mIRC, masa dimana saya terburu-buru mendatanginya, rela hingga malam duduk menghadapnya, tertawa bersama teman-teman ketika menceritakannya, kemudian patah hati lantaran niat saya berburu ilmu percakapan bahasa gila sedang beliau mengatakan pertemanan yang lain. Tapi syukurlah saya tidak terjebak dalam pertemanan yang masih semu itu dan syukurlah tidak hanya mIRC yang mengatakan pertemanan, masih ada Yahoo Messenger favorit saya. Patah hati saya bisa dengan gampang dibelokkan. Saya suka tampilannya, lembaga yang ia tawarkan, dan pertemanan yang saya dapatkan. Ya walau pada alhasil juga kurang mengenakkan, saya pun meninggalkannya. Lagi.
Di penghujung tahun kuliah, ketika bayangan skripsi terus memanggil saya tidak lagi berniat berteman dengan makhluk gaib. Saya butuh yang real. Tapi panggilan itu terus melambai-lambai. Bagaimana tidak, warnet ada di depan kost sendiri. Saya tinggal lompat saja rasanya sudah cukup. Lalu musim berselancar tiba di segenap penghuni kost, termasuk unduh mengunduh. Suatu ketika masuk ke kamar teman, saya berjumpa dengan mas David Beckham, cantik sekali beliau tersenyum pada saya. Dan dengan heboh seorang sahabat bercerita pada saya darimana beliau mendapatkan David Beckham ini. Saya pun ikut tersenyum pada mas David Beckham ini, kasihan beliau jika tidak dibalas, siang-malam 24 jam beliau senyum-senyum saja di kamar sahabat saya itu. Syukur saja David Beckham ini bukan orang gila sendirian. Masih ada The Moffats bersaudara, hanya saja mereka dipisahkan ruangan, tidak pernah berjumpa apalagi bersalaman. Seandainya saja mereka berdua tahu ada dimana.
Khusus The Moffats, saya tidak pernah mengerti mana adik mana abang , yang satu saudaranya ada di ruang santai kami, kawasan menonton tv, yang lain ada di kamar. Pada awalnya saya bertanya pada sahabat siapa mereka ini, saya malah diminta mencari di internet, “harii genee, kata sahabat saya”.
Sayangnya, seiring waktu, suhu dan kondisi udara wajah mereka memudar. Mereka pergi tanpa say-goodbye. Saya sendiri sedang girang-girangnya dengan trio bocah Harry Potter en de geng. Selagi saya telah bosan mencari materi skripsi, saya akan mencari mereka. Terutama Hermione Granger, saya merasa erat dengannya - yang mana beliau tidak. Saya suka kecerdasannya, suka celotehnya, saya suka ketidakmampuannya berolahraga, saya suka asal-usulnya yang insan biasa, dan terutama saya tatanan rambutnya. Kesannya saya banget. Nggak pernah ke salon.
Hari-hari ketika disibukkan dengan skripsi saya juga mesti berkutat dengan internet. Koleksi perpustakaan tidak memadai. Saya memakai tumpuan dari sumber-sumber yang ada di internet. Saat itu masih jarang yang mengutip dari situs atau menaruh link sebagai tumpuan di goresan pena akhirnya. Dan setiap kali mengakses internet, selagi tersisa waktu luang saya gunakan untuk membaca artikel-artikel yang menghibur. Sepintas memang tidak penting. Tapi mempunyai kegunaan bagi saya yang (dulunya) introvert ini, yang tidak gampang membaur, pemalu dan tertutup. Saya masih punya sisi introvert, walau kini bisa mengantisipasinya lebih baik. Artikel-artikel ringan yang banyak tersebar di lembaga dan milis (mailing-list) itu mempunyai kegunaan bagi saya untuk bersosialisasi, membangun keakraban dan menambah materi pembicaraan. Alhamdulillah latihan banyak mengolah kemampuan bicara ini membantu mengurangi kecemasan saya di hadapan para penguji hingga meraih nilai A meski saya tidak terlalu banyak menguasai materi.
Internet memudahkan banyak hal dalam hidup saya, termasuk ketika saya bekerja di suatu sekolah. Dua hari dalam sepekan saya akan pergi ke warnet untuk mencari bala pertolongan demi mengemas materi pelajaran biar menarik (kala sekolah belum memasang internet).
Saya juga butuh internet untuk melengkapi perangkat pembelajaran yang harus saya buat. Tidak terhingga kekuatan supernya yang telah melahirkan saya sebagai langsung yang baru. Sampai-sampai saya bahagia berimajinasi, seandainya saya menikah saja dengan internet. Capek atuh ke warnet melulu.
●●●
Apa yang saya ceritakan diatas ialah relasi sebab-akibat antara saya dan internet dengan dampaknya yang tak terkira. Makin usang saya ingin mengakui bahwa internet bukan hanya sebentuk perkembangan teknologi yang berhasil melampaui batas imajinasi manusia. Ia juga telah berhasil mewujud sebagai partner, motivator, guru, dan segala sumber ide saya. Bila insan terdiri atas aneka macam saraf yang tersistematis dan rangkaian potongan badan yang terjalin yang kesemuanya membutuhkan 5 indera sebagai perespon dan pentransfer, maka interconnection – networking yang menghubungkan seluruh jaringan komputer ini membuat 3 ‘indera’ inti: visual-auditori-verbal. Dengan ini insan bisa berkomunikasi dengan menembus dimensi baru, insan bisa berkomunikasi sambil bertatap muka, mendengarkan, dan berbicara dengan lawan bicara. Tanpa bisa menerobos batasan lain: menyentuh dan mengindera bau. Entah di masa yang akan datang, mungkin telah tercipta terobosan ini.
Internet menjadi kekuatan gres di jagat raya ini, dengan pemasok dan pengendalinya ialah insan itu sendiri. Ironi pun serta merta timbul, lantaran indera saja tidak akan cukup. Masih diharapkan perasaan dan naluri untuk merespon suatu aktivitas. Karena itu tidak heran bila muncul efek negatif dari internet. Kita membutuhkan filter untuk tidak senantiasa mendapatkan dan menyerap begitu saja informasi yang berdatangan dari internet.
Lepas dari efek positif dan negatif yang menyertainya, setidaknya saya mencatat ada beberapa hal yang menjadi dampak teknologi internet sehari-hari.
1. Bahasa
LOL. Pertamax gan. Ragam kata dan istilah yang tadinya ada di dunia maya, berpindah ke dunia nyata. Seringkali bila melaksanakan SMS dengan kawan, atau ngobrol-ngobrol kami menyelipkan bahasa-bahasa dari internet yang kami temukan. Obrolan memang semakin matang dan seru dengan banyaknya perbendaharaan kata. Obrolan yang sifatnya resmi, sering memasukkan kata-kata baku, yang ini bisa muncul lantaran kita terbiasa membaca berita/isu portal. Bukan lantaran rajin membuka kamus. Rasanya sangat kekinian bila mempunyai banyak ragam kata yang diadopsi dari internet. Jangan hingga lawan bicara kita akan mengkudeta lantaran kita kurang harmonisasi dalam berbahasa. Yup, adakah yang pernah terVickyinisasi disini?
2. Sebaran Informasi
2. Sebaran Informasi
Joke dari suatu grup chat dalam beberapa detik menyebar ke beberapa grup chat lain. Ini yang saya alami. Kasus kafe jamban menjadi pembicaraan dimana-mana. Sebaran informasi yang begitu cepat membuat kita jadi mempunyai demam isu pembahasan. Berbicara sehari-hari saja jadi mempunyai tema yang nyaris merata dimana-mana. Sebelum hingga ke televisi, apapun yang dilakukan abang Syahrini sudah bisa diketahui dan dicopy.
3. Kebutuhan
Seiring perkembangan zaman, internet masuk dalam genggaman tangan. Kehadirannya membawa efek signifikan. Internet hadir di rumah tangga, setiap hari saya memasak, setiap kuliner yang saya inginkan tanpa tahu resepnya dan adakalanya entah ingin bertanya pada siapa sanggup dengan gampang diatasi internet. Download cepat, apa saja siap saji. Internet hadir sebagai kebutuhan. Mungkin diawal, internet hanyalah dianggap komplementer alias pelengkap kehidupan, mungkin pula subtitusi namun kian usang tak terbantahkan ia menjadi kebutuhan pokok insan manusia. Hari-hari tanpa kuota apalah artinya.
4. Lingkungan Pertemanan
Dulu, saya punya banyak kenalan namun tak bisa saya sebut mereka sebagai teman. Sekarang, saya bisa membuat pertemanan tanpa perlu berkenalan. Facebook membuktikan. Teman kini menjadi dua. Dua dunia. Dunia nyata dan maya. Aktivitas mengobrol sehari-hari tak lagi sesama yang terindera. Seringnya dengan mereka yang tak kasatmata. Jembatan dunia maya menuju dunia nyata disebut kopdar.
5. Mengubah Jarak
Saat ini saya lebih banyak berguru online. Kini, guru dan murid bisa melaksanakan kegiatan belajar-mengajar tanpa perlu bertemu. Saya mengambil banyak tutorial grafis di internet dan sama sekali tak pernah bertemu dengan orang-orang tersebut. Beberapa baju gamis saya pun saya terima tanpa susah payah berdebat dengan penjual. Bahkan bisa saya ingin membeli dompet impor misalnya; Dompet Korea Love Wallet, tak perlu susah menyusuri lokasi. Cukup duduk-duduk santai dan menggulirkan jemari. Selang beberapa hari barang pun datang.
Inilah beberapa efek teknologi internet yang saya rasakan dan alami. Jika internet menjadi kebutuhan di masa kini maka akan sulit sekali melepaskannya. Akses informasi dan komunikasi saya tercepat ketika ini ialah internet. Siapa sangka saya pun menikah dengan seorang pekerja IT jaringan. WiFi di rumah kami digarap olehnya. Hari-hari saya terbantukan dengan adanya internet. Saya belajar, berbagi, berkomunikasi melalui internet. Suami pula yang mengajarkan saya dunia blogging di masa-masa awal. Pada alhasil saya bisa bilang, saya memang menikahi internet.
●●●
Salam