Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Ilmu Pengetahuan Sosial

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
TEORI-TEORI PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Pendidikan bukan hanya soal mengajari atau mencar ilmu bersama, pendidikan mempunyai teladan dalam mendidik, serta teori-teori pendidikan yang diajari dalam mata kuliah ilmu pendidikan.Selain itu kita sanggup mempelajari pendidikan secara teoritis melalui perenungan ) perenunganyang mendalam yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas yang disebut teori pendidikan, maupun sanggup juga mempelajari pendidikan secara mudah melalui kegiatan akademis dan empiris yang bersumber dari pengalaman ) pengalaman pendidikan yang disebut praktik pendidikan.Teori dan konflik pendidikan merupakan dua hal yang tidak sanggup dipisahkan, hal-hal tersebut mempunyai hubungan komplementer yang saling mengisi satu sama lainnya. praktik  pendidikan menyerupai pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga, pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di masyarakat, sanggup dijadikan sumber dalam penyusuanan suatu teori pendidikan. Suatu teori pendidikan sanggup dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan.
B.  Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ?
2.     Apa pengertian Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial ?
3.     Apa Pengertian Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial berdasarkan para hebat ?
4.     Apa konsep Teori Ilmu Sosial ?
5.     Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam Teori-teori Ilmu Sosial ?
C.  Tujuan
1.     Untuk Mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial.
2.     Untuk Mengetahui Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial.
3.     Untuk Mengetahui Teori-teori Pendidikan Ilmu Sosial berdasarkan para ahli.
4.     Untuk Mengetahui konsep Teori Ilmu Sosial.
5.     Untuk Mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam Teori-teori Ilmu Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dirancang dalam draf kurikulum 2004 memang membingungkan untuk dicarikan definisinya, alasannya dalam banyak sekali literatur, baik yang ditulis oleh hebat dari luar maupun dalam negeri, kita hanya mempunyai istilah ilmu pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan dari social studies. Sedangkan nama IPS dalam dunia pendidikan dasar di negara kita muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, Sekolah Menengah Pertama dan SMU tahun 1975.
Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang studi “baru”, alasannya cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi. Karena objek material kajian yang sama yaitu manusia.
Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadangkadang sanggup mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Social Education dan social learning merupakan istilah IPS yang digunakan pada jaman dahulu tetapi dengan bergantinya banyak sekali perundang – seruan maka dua istilah ini diganti dengan istilah IPS. Dimana social education dan social learning ini lebih menitikberatkan pada pengalaman penerima didik disekolah yang dianggap lebih membantu penerima didik untuk bisa menyesuaikan diri atau bergaul dengan dimasyarakat. Dalam pengkajiannya IPS menggunakan bidang – bidang keilmuan yang termasuk bidang – bidang ilmu sosial. Penerapan disekolah ihwal IPS sering dipraktekan sebagai ilmu – ilmu sosial, padahal antara IPS dan IIS mempunyai perbedaan yang fundamental tetapi keduanya tidak bisa dipisahkan alasannya saling berhubungan.
IPS tidak menitikberatkan kepada bidang – bidang teoritis tetapi lebih pada bidang mudah dalam mempelajari kasus – kasus sosial ataupun tanda-tanda sosial yang terdapat dilingkungan masyarakat. Begitupun studi sosial tidak terlalu akademis namun merupakan pengetahuan mudah yang diajarkan ditingkat persekola- han mulai dari SD samapai perguruan tinggi. Tanpa kita sadari kita sudah mempelajari studi sosial dari pengalaman – pengalaman kita sehari – hari baik itu melalui TV ataupun dilingkungan sekitar. Pendidikan IPS berbeda dengan IIS dimana IPS itu menggunakan pendekatan Interdisipliner ( kajian bidang tertentu atau hanya satu ilmu saja ) dan Multidisipliner ( penggabungan dari bidang – bidang tertentu ) dengan menggunakan bidang – bidang keilmuan. Pendekatan IIS bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing – masing. Sedangkan pendekatan studi sosial bersifat multidimensional yaitu melihat satu kasus sosial dari banyak sekali aspek kehidupan.
Hakikat dari IPS terutama kalau disorot dari anak didik adalah: Sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda mencar ilmu ke arah positif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan system nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik. IPS sebagai paduan dari sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan pembentukan warga negara yang baik daripada menekankan isi dan disiplin subjek tersebut. Dalam Kurikulum IPS 1975, dikatakan sebagai berikut: IPS yaitu bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial.
Bidang pengajaran IPS terutama akan berperan dalam pembinaan kecerdasan keterampilan, pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi. Pokok-pokok kasus yang dijadikan materi pembahasan difokuskan pada kasus kemasyarakatan Indonesia yang aktual. IPS mengemban dua fungsi utama yaitu, membina pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan pendidikan siswa dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.
Setiap orang semenjak lahir, tidak terpisahkan dari insan lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya. Sejak ketika itu Si bayi telah melaksanakan hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan anggota keluarga yang lainnya.
B.  Teori –Teori Pendidikan
1.   Pengertian Pendidikan
       Pendidikan yaitu perjuangan sadar untuk menyiapkan penerima didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.Menurut Theodore Meyer Greene, pendidikan yaitu perjuangan insan untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna.Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laris seseorang atau kelompok orang dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Pendidikan yaitu perjuangan sadar dan bersiklus untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran semoga penerima didik secara aktif berbagi potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sopan santun mulia, serta keterampilan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).
2.     Teori-Teori Pendidikan
       Sebuah teori yaitu sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan, dan memprediksi. Sebuah teori pendidikan yaitu sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, membuktikan dan prediktif ihwal peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai perkiraan atau titik tolak pemikiran pendidikan dan ada yang berperan sebagai definisi membuktikan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah:
a.      Pendidikan yaitu aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi konkret dari individu yang mencar ilmu dan lingkungan belajarnya.
b.     Pendidikan yaitu normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
c.      Pendidikan yaitu suatu proses pencapaian pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi konkret dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
       Pernyataan secara filosofis apa itu pendidikan harus diangkat pada level konsep yang tinggi, sehingga terlepas dari pengertian yang hanya melihat pendidikan sebagai kegiatan mencar ilmu mengajar saja dan suatu perjuangan membantu orang lain menjadi insan terdidik, dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat cross culture” artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas dan lintas kultural yang memandang insan sebagai bab dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan.
       Ada banyak sekali rumusan yang dikemukakan untuk memahami yang dikemukakan untuk memahami apa itu pendidikan, diantaranya ada yang melihat dari banyak sekali sudut pandang keilmuan tertentu menyerupai pandangan :
1)     Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perjuangan pewarisan dari generasi ke generasi. Pandangan tradisi sosial selama ini melihat bahwa pendidikan itu bertujuan semoga orang lain menjadi terdidik, dan untuk menjadi terdidik mereka harus belajar.
2)     Antrophologik memandang pendidikan yaitu enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi (mengartikan pendidikan sebagai perjuangan pemindahan pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi berikutnya).
3)     Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laris individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai perjuangan penanaman modal insani (human capital) yang sanggup meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
4)     Politik yang melihat pendidikan yaitu proses menjadi warga negara yang diharapkan (civilisasi)sebagai perjuangan pembinaan kader bangsa yang tangguh. Konsep politik menjadi dasar penyelenggaraan sistem pendidikan makro nasional. Karena itu politik dimaknai sebagai pembentukan dan aksi-aksi koalisi (kelompok-kelompok) yang bertujuan untuk mempengaruhi nilai (tujuan) yang mana yang akan diimplementasikan pemerintah.
       Pendidikan selalu sanggup dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan yaitu pengetahuan ihwal makna dan bagaimana sebagiannya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek yaitu ihwal pelaksanaan pendidikan secara kronkritnya. Teori dan praktek itu seyogianya tidak dipisahkan, siapa yang berkecimpung di bidang pendidikan sebaiknya menguasai kedua hal tersebut. Ada empat teori pendidikan, yaitu:
1)  Teori pendidikan klasik (classical education).
   Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, menyerupai perenialisme, essensialisme dan eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi di ambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para hebat tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis.
2)   Teori pendidikan personal (personalized education).
   Pendidikan harus sanggup berbagi potensi-potensi yang dimiliki penerima didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat penerima didik. Dalam hal ini, penerima didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidikan hanya menepati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan penerima didik.Teori ini mempunyai dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John Dewey memandang bahwa penerima didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman penerima didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia sanggup memahami dan menggunakkannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan hebat dalam metodologi dan membantu perkembangan penerima didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J Rouseau ihwal tabularasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah, mempunyai nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan. Teori pendidikan personal menjadi sumber bagi pengembangan kurikulum humanis,  yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
3)   Teknologi pendidikan.
          Teknologi pendidikan, yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik ihwal peranan pendidikan dalam memberikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, yang lebih diutamakan yaitu pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya alam.
          Pendidik berfungsi sebagai administrator mencar ilmu (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan  dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum, yaitu model kurikulum yang bertujuan menunjukkan penguasaan kompetensi bagi para penerima didik. Pembelajaran dilakukan melalui metode pembelajaran individual, media buku ataupun media elektronik, sehingga pembelajar sanggup menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
4)      Teori pendidikan interaksional.
          Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran insan sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan insan lain. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kolaborasi dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari pendidik kepada penerima didik dan dari penerima didik kepada pendidik. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara penerima didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran insan dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui banyak sekali bentuk dialog.
          Pembahasan mengenai teori pendidikan, dikenal ada tiga macam aliran
1.        Aliran nativisme : Dengan tokohnya yaitu Schopenhaver, ia menyampaikan bahwa talenta mempunyai peranan yang penting, tidak ada gunanya orang mendidik kalau talenta anak memang jelek. Sehingga pendidikan diumpamakan dengan “mengubah emas menjadi perak” yaitu suatu hal yang tidak mungkin.
2.        Aliran empirisme : Dengan tokohnya yaitu John Locke, ia menyampaikan bahwa pendidikan itu perlu sekali. Teorinya terkenal dengan istilah “ teori tabularasa”. Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai kertas putih higienis yang sanggup diwarnai setiap orang (penulis). Dalam konteks pendidikan “warna” terhadap anak didik.
3.        Aliran convergensi : Dengan tokohnya Wiliam Stern, aliran ini mengakui kedua aliran sebelumnya. Oleh alasannya itu pendidikan sangat perlu, namun talenta (pembawaan) yang ada pada anak didik juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran ini seakan-akan merupakan adonan dari aliran nativisme danaliran empirisme. Aliran ini kini banyak dianut.Pilar-Pilar Pendidikan. Ada lima pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO yang sanggup digunakan sebagai prinsip pembelajaran yang bisa diterapkan didunia pendidikan:
a.   Learning to know : Learning to know bukan sebatas proses mencar ilmu dimana pebelajar mengetahui dan mempunyai materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan dan mengingat, namun juga kemampuan untuk sanggup memahami makna dibalik materi asuh yang telah diterimanya. Dengan learning to know,kemampuan menangkap peluang untuk melaksanakan pendekatan ilmiah diharapkan bisa berkembang yang tidak hanya melalui budi empirisme semata, tetapi juga secara transendental, yaitu kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai spiritual
b.   Learning to do : Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Kelemahan model pendidikan dan pengajaran yang selama ini berjalan yaitu mengajarkan “omong” (baca: teori), dan kurang menuntun orang untuk “berbuat” (praktik). Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya menumbuhkembangkan kemampuan berbuat mekanis dan keterampilan tanpa pemikiran; tetapi mendorong penerima didik semoga terus mencar ilmu bagaimana menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana berbagi teori atau konsep.
c.   Learning to be :  Melengkapi learning to know dan learning to do, Robinson Crussoe beropini bahwa insan itu tidak bisa hidup sendiri tanpa kolaborasi atau dengan kata lain insan saling bergantung dengan insan lain. Manusia di era kini bisa hanyut ditelan waktu kalau tidak berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun penerima didik menjadi ilmuan sehingga bisa menggali dan menentukan nilai kehidupannya dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.
d.   Learning to live together : Learning to live together ini mengajarkan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi insan berpendidikan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.
e.   Learning how to learn : Learning how to learn akan membawa penerima didik pada kemampuan untuk sanggup berbagi strategidan kiat mencar ilmu yang lebih independen, kreatif, inovatif, efektif dan efisien, dan penuh percaya diri, alasannya masyarakat adalah learning society atau knowledge society. Orang-orang yang bisa menduduki posisi sosial yang tinggi dan penting yaitu mereka yang bisa mencar ilmu terus menerus.
C.  Pengertian Teori Pendidikan Ilmu Sosial Menurut Para Ahli
       Untuk lebih memahami Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan para Ahli sebagia berikut :
1.     Somantri (Sapriya:2008:9)menyatakan IPS yaitu penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar insan yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
2.     Mulyono Tj. (1980:8)berpendapat bahwa IPS yaitu suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, menyerupai sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.
3.     Saidiharjo (1996:4)  menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah,sosiologi,politik
4.     Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS yaitu perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari banyak sekali cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan semoga gampang dipelajari.
5.      Nu’man Soemantrimenyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: 
a.      Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan,
b.     Mempertautkan dan memadukan materi aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang gampang dicerna.
6.     S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bab kurikulum sekolah yang bekerjasama dengan kiprah insan dalam masyarakat yang terdiri atas banyak sekali subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
7.      Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang bekerjasama dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar sanggup dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari banyak sekali ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah sekolah.
       Dalam bidang pengetahuan sosial terutama di negara-negara yang berbahasa inggris dikenal dua istilah, yakni Social Sciences atau ilmu sosial dan Social Studies atau Studi Sosial. Jika kedua istilah ini dihadapakan satu sama lain secara sepintas kita
D.  Konsep Teori-teori Ilmu Sosial
       Berikut akan diuraikan satu persatu ihwal konsep-konsep dasar  dari banyak sekali ilmu-ilmu sosial berdasarkan Mulyono Tj (1982) yaitu menyerupai berikut: Konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial yaitu sejarah, geografi,ekonomi, sosiologi, antropologi, politik,dan psykologi sosial. Berikut akan diuraikan lebih rinci ihwal pengertian dan bagian-bagiannya, beserta contoh konsep masing-masing ilmu-ilmu sosial.
1.      Konsep Sejarah.
       Sejarah adalah : ilmu yang mengkaji cerita perbuatan-perbuatan insan pada masa lampau dan masa sekarang. Unsur pokoknya adalah: manusia, ruang dan waktu. Sifat obyek adalah: perbuatan/peristiwa-peristiwa terpilih yang mempunyai arti bagi manusia. Sedangkan sumber materi yaitu materi tertulis dan materi tidak tertulis. Konsep pokok atau main Concepts seperti: perubahan, kontinuitas, waktu, dan lain-lain.
2.     Konsep Geografi
       Geografi yaitu suatu studi ihwal hubungan keruangan, meliputi aspek-aspek fisik, biotic, dan sosial, tetapi sanggup dibedakan dengan ilmu-ilmu lain alasannya geografi memusatkan perhatiannya/studinya pada penyebaran atau distribusi, gejala/penomena serta hubungan dengan gejala-gejala dengan kawasan atau ruang. Contoh konsep-kosep geografi antara lain: distribusi, ruang, lokasi, wilayah, bentangan alam, sumber alam, lingkungan hidup, globalisasi, penduduk, sungai, laut, gunung dan lain sebagainya.

3.      Konsep Ekonomi dan Koperasi
       Ekonomi yaitu suatu pelajaran ihwal bagaimana orang dan masyarakat menentukan tanpa uang mempekerjakan sumber-sumber produksi yang langkah, untuk menghasilkan majemuk barang sepanjang waktu dan mendistribusikannya untuk komsumsi, kini dan yang akan datang, diantara banyak sekali macam orang dan golongan masyarakat. (Paul Samuelson). Sedangkan berdasarkan Robert, L, Heilbooner: ekonomi yaitu mempelajari bagaimana orang memecahkan tantangan dalam memenuhi kebutuhannya. 
4.    Konsep Politik atau Pemerintahan
       Isi dan ruang lingkupnya yaitu pendidikan kewargaan Negara dan sebagian mengambil bab dari ilmu politik yaitu bab demokrasi politiknya. Secara jelas konsep demokrasi politik itu sanggup disusun sebagai berikut :
1.   Kontek ilham Demokrasi
2.   Konstitusi Negara
3.   Inputs dari sistem politik
4.   Partai politik dan pressure group
5.   Pemilihan umum
6.   Presiden sebagai kepala Negara
7.   Lembaga yudikatif
8.   Out put dari demokrasi politik.
9.       Kemakmuran umum dan pertahanan Negara
10.    Perubahan sosial dan demokrasi politik

5.   Konsep Sosiologi
   Sosiologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama insan dengan sesamanya, yaitu kehidupan sosial atau pergaulan hidup. (Selo S. dkk 1984). Sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial (Sulaeman Soemardi, 1984), Sedangkan (P.J.Boeuman) sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari kehidupan insan dalam hubungan kelompok. Adapun konsep pada dasarnya antara lain; role, norma, values, status, society, community, sanotion, interdependence dan lain-lain.
6.       Konsep Antropologi.
   Antropologi yaitu The study of msnkini (Hoebel, 1976). Maka gotong royong insan sanggup dilihat dari dua sudut yaitu sebagai mahluk insan dan sebagai mahluk budaya. Kedua aspek tersebut yang dikemukakan diatas maka antropologi sanggup dibagi menjadi dua yaitu: (1) antropologi fisik, dan (2) antropologi budaya,     
E.  Tokoh yang berperan dalam Konsep Teori Ilmu sosial
1.     Auguste Comte : Auguste Comte seorang filsuf Perancis yang dikenal alasannya memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi ketika ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran. Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi alasannya dialah yang pertama kali menggunakan istilah sosiologi dan mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri semenjak pertengahan era ke-19 (1856). Menurut Auguste Comte sosiologi berarti suatu studi positif ihwal aturan – aturan dasar dari banyak sekali tanda-tanda social yang dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
2.     Pitirim A. Sorokin : Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada 21 Januari 1889. Ia yaitu seorang akademis dan acara politik di Rusia. Ia bernigrasi dari Rusia ke Amerika pada tahun 1923. ia mendirikan departemen Sosiologi di Universitas Harvad. Ia terkenal untuk sumbangannya kepada teori siklus sosial. Di Amerika ia menetap secara tetap pada tahun 1930 Sorokin yaitu Profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-1930) dan Universitas Harvad pada tahun 1930-1955. Tulisan Sorokin meliputi luasnya luasnya sosiologi. Kontroversial teori proses sosial dan tipologi historis budaya yang di uraikan dalam dinamika sosial dan budayadan banyak karya lainnya. Sorokin juga tertarik pada stratifikasi sosial yang sejarah teori sosiologis, dan sikap altueristik. Sorokin yaitu penulis buku menyerupai Krisis usia kita dan power dan moralias.
3.     Emile Durkheim : Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis timur, tahun 1858. Ia yaitu seorang pemeluk Katholik meskipun ayahnya yaitu seorang petinggi Yahudi, namun kemudian ia menentukan untuk tidak tahu menahu ihwal Katholik. Ia lebih menaruh perhatian pada kasus moralitas, terutama moralitas kolektif. Durkheim terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan mempunyai latar belakang akademis dalam ilmu sosiologis. Dengan mengikuti tradisi yang digariskan oleh Saint-Simon (1760-1825), Durkheim yaitu seorang murid yang ragu-ragu tetapi dari August Comte (1798-1857), perintis positivisme Perancis yang membuat kata Sosiologi. Menurut Emile Durkheim Sosiologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari fakta – fakta sosial, yakni faka yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperaasaan yang berada diluar individu dimana fakta – fakta tersebut mempunyai kekuatan untuk mengendalikan individu
4.     Selo Sumardjan : Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (lahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 – meninggal di Jakarta, 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun) yaitu seorang tokoh pendidikan dan pemerintahan Indonesia. Selo Soemardjan merupakan salah satu sosok paling kuat dalam perkembangan ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya. Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan yaitu Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia mendapatkan Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang. Dalam bukunya berjudul Setangkai Bunga Sosiologi; Sosiologi sebagai ilmu masyarakat mempelajari ihwal struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara unsur-unsur sosial yang pokok, menyerupai kaidah-kaidah sosial, ke-lompok-kelompok dan lapisan-lapisan sosial. Sosiologi juga mempelajari proses sosial yaitu efek timbal balik antara pel-bagai segi kehidupan bersama. Contoh hubungan timbal balik antara kehidupan agama dan kehidupan politik, hubungan timbalbalik antara kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi.
5.     Soerjono Sukanto : Soerjono Soekanto, yaitu Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional (1965-1969). Ia juga pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang Administrasi pendidikan Fakultas ilmu-ilmu sosial, Universitas Indonesia (1970-1973), dan kini menjadi pembantu Dekan bidang Penelitian dan Pengabdian masyarakat Fakultas Hukum Universitas Indonesia (sejak tahun 1978) yang bersangkutan tercatat sebagai Southeast Asian Specialist pada Ohio University dan menjadi Founding Member dari World Association of Lawyers. Ia menerima gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Universitas Indonesia (1965), sertifikat metode penelitian ilmu-ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master of Arts dari University of California, Betkeley (1970), Sertifikat dari Academy of American and International Law, Dallas (19972) dan gelar doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia (1977). Diangkat sebagai Guru besar sosiologi aturan Universitas Indonesia (1983). Menurut Soerjono Soekanto Sosiologi yaitu ilmu yang memusatkan perhatian pada segi – segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola – pola umum kehidupan masyarakat
6.     Maximilian Weber : Maxilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal di München, Jerman, 14 Juni 1920 pada umur 56 tahun) yaitu spesialis ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan manajemen negara modern. Karya utamanya bekerjasama dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling terkenal yaitu esai yang berjudul Etika Protestan dan semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya ihwal sosiologi agama. Weber beropini bahwa agama yaitu salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah forum yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi ihwal ilmu politik Barat modern. Menururt Maxilian Weber Sosiologi yaitu ilmu yang berupaya memahami tindakan – tindakan sosial. Tindakan sosial yaitu tindakan yang dilkaukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada sikap orang lain.
7.     Hassan Shadily : Hassan Shadily yaitu spesialis perkamusan dan leksikograf Indonesia. Dia lahir pada 19 Mei 1929 di Balajkambang, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia. Hassan menempuh pendidikan HIS di Pamekasan (1929), MULO di Malang (1937) dan MOSVIA di Yogyakarta (1941),kemudian mendapatkan kesempatan untuk mencar ilmu di Tokyo International School (1944), Military Academy Tokyo Japan (1945) dan Department of Social Science, Universitas Cornell (1952-1955). Pada ketika di Cornell, ia berkenalan dengan Prof. Dr. John Echols dan kelak menjadi mitranya dalam menyusun Kamus Indonesia-Inggris. Selanjutnya, bersama Penerbit Buku Ichtiar Baru-Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects, beliau menyusun Ensiklopedi Indonesia dalam 7 jilid. Menurut Hassan Shadily Sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menilik ikatan – ikatan antara insan yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dana tumbuh, serta berubahnya perserikatan – perserikatan hidup serta kepercayaan.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
 Ilmu- ilmu sosial gres berkembang semenjak kira-kira satu setengah era silam yang hingga ketika kini telah menjalani proses pertumbuhan, diversifikasi hingga pada spesialisasinya. Setiap cabang ilmu-ilmu sosial mempunyai sejumlah konsep utama atau konsep kunci. Konsep-konsep tersebut merupakan konstribusi yang berupa generalisasi dan sanggup dipilih sebagai materi pokok pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Terdapat kesamaan pandangan dari berbagai, pemerhati dan pelaku atau guru pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, bahwa dalam rangka pengajaran PIS di sekolah maka banyak sekali keadaan yang terdapat di lingkungan kehidupan anak didik dan juga banyak sekali insiden sosial yang terdapat di lingkunganya merupakan salah satu sumber pengajaran ilmu pengetahuan sosial yang sangat tepat. pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan acara pendidikan yang berupaya berbagi pemahaman siswa ihwal bagaimana insan sebagai individu dan kelompok sanggup hidup bersama dan berinteraksi dengan linkunganya(fisik dan sosial). Sebagai suatu istilah dalam ilmu, pendekatan berarti sudut pandang atau cara umum dalam melihat atau bersikap yang digunakan seseorang dalam memecahkan suatu masalah, atau sanggup juga disebut sebagai pola atau kerangka pikir yang digunakan untuk melihat atau mengkaji suatu masalah.
B.  Saran
            Setelah menguraikan secara sistematis, penulis berharap semoga makalah ini sanggup bermanfaat bagi kita semua. Saran penulis kepada pembaca semoga sanggup memahami dan mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan sanggup menerapkan dan memahami apa itu tahlilan dan bagaimana cara kita menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Muchtar, Suwarma. (2014). Epistemologi Pendidikan IPS. Bandung : Wahana Jaya Abadi.
Hasan, Hamid S. (2005). Implementasi Pendidikan IPS dalam Menghadapi Tantangan Global. UPI : Bandung.
Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Hamersma, Harry.1992. Tokoh-tokoh filsafat modern. Jakarta: Gramedia.
Bachtiar Wardi, 2006 Sosiologi Klasik dari Comte hingga Parsons, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supardan Dadang,. 2008 Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Srtuktural, Jakarta
Jones, Pip. 1979 pengantar teori-teori sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Goodman, Douglas. J. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Soelaeman, M. Munandar. 2001. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.