Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Menciptakan Sinopsis Yang Filmis? Ada Di Workshop Writerpreneur


Ketika berteman dengan blogger buku, saya gres tahu bahwa goresan pena di belakang sebuah buku bukanlah sinopsis, melainkan blurb. Tulisan yang bersifat menjual, yang berkhasiat untuk memancing naluri pembaca. Saya selalu menerka itu sinopsis. Lalu saya yakin sekali, betapa agak memalukannya diri ini.
(Betapa agak = agak dengan level tertinggi *halah*)
Saya yang suka ngaku-ngaku cinta buku ini, minim sekali pemahaman wacana buku. Padahal mimpinya pengen punya novel solo. Sementara ini gres rilis 8 buku antologi, kalau pun ada buku solo itu pun gres buku nikah.
Eit, tapi itu pun mesti duet dulu ya.
Lupa -_-
Walhasil, saya mau banget belajar menciptakan sinopsis. Walau sebagian penulis akan menganggap itu mah gimpiiiil. Tapi, pada WORKSHOP BEKRAF CREATE WRITERPRENEUR (18 – 20 September 2017) lalu, saya tidak sendiri. Ternyata banyak teman-teman penulis Balikpapan yang juga berpikiran serupa. Saya sendiri mendapat seruan untuk mengikuti workshop ini berkat bantuan di buku antologi SALOME DAN ORANG-ORANG BALIKPAPAN.

Selama 3 hari, kami diajak untuk berguru menciptakan SINOPSIS YANG FILMIS. Buat saya menulis sinopsis itu tidak senyaman ketika menciptakan cerpen yang feel-nya bisa mengalir begitu saja atau ngeblog, yang bahasanya seselera gue aja mah.

Tapi, sebelum saya ceritakan kisah pembuatan sinopsis ini, sedikit saya ceritakan wacana WORKSHOP CREATE WRITERPRENEUR yang diadakan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (bekraf.go.id) Direktorat Edukasi Ekonomi Kreatif – Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan. Workshop ini menghadirkan: Kirana Kejora (Novelis), Oka Aurora (Novelis dan Penulis Skenario), Endri Pelita (Sutradara) sebagai narasumber utama. Lalu sebagai sambutan ada Sani Gazali (Ketua Forum Ekonomi Kreatif Balikpapan), Hj. Sri Sutantinah (Ass II Pemkot Balikpapan). Dan dari BEKRAF sendiri ada Ibu Poppy Savitri (Direktur Edukasi Bekraf) dan Mas Caca (cuma tahu panggilannya Caca saja) selaku moderator yang memandu kami dengan galak namun kocak berderai-derai *apasih*

PERINGATAN :

 TULISAN INI PANJANG BANGET :(

TULISAN INI TIDAK MELULU MEMBAHAS TEKNIK MEMBUAT SINOPSIS. TULISAN INI MERUPAKAN REPORTASE, KESIMPULAN PRIBADI DAN SEBAGIAN CURHAT SAYA.

BE CREATIVE
Apa yang terbesit ketika pertama kali mendengar Bekraf? Saya sih mikirnya spesies keju terbaru (aishhhh, maaf -_-). Sejalan dengan waktu, saya pun tahu BEKRAF merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Bu Poppy Savitri menjelaskan bahwa BEKRAF layaknya bayi, masih gres sekali. Banyak yang belum memahami eksistensinya terutama ditujukan pada pelaku seni dan kreatif. Karena itu gosip miring pun kerap diterima forum yang mempunyai misi menyatukan seluruh aset dan potensi kreatif Indonesia untuk mencapai ekonomi kreatif yang mandiri. Pesan Bu Poppy hal itu tidaklah mengapa, alasannya layaknya bayi, pe-er masih menumpuk di depan mata.

Setidaknya ada 16 subsektor yang ditangani BEKRAF, yakni : (1)Aplikasi dan Pengembang Permainan (2)Arsitektur (3)Desain Interior (4)Desain Komunikasi Visual (5)Desain Produk (6)Fashion (7)Film, Animasi, dan Video (8)Fotografi (9)Kriya (10)kuliner (11)Musik (12)Penerbitan (13)Periklanan (14)Seni Pertunjukan (15)Seni Rupa (16)Televisi dan Radio

Upaya ini sejalan dengan ungkapan Ibu Sri Sutantinah mengenai Kota Balikpapan yang disebut-sebut kekurangan SDA-nya namun bukan berarti potensi SDMnya tidak sanggup dikembangkan dan menjadi potensial. Terbukti berbagai anak muda kreatif di Balikpapan.

KIRANA  KEJORA
Tahu film ‘Ayah Menyayangi Tanpa Akhir’ yang diperankan Fedi Nuril ? Atau ‘Air Mata Terakhir Bunda’ yang diperankan Vino G.Bastian yang rilis Oktober 2013 ? Nah, kedua judul film ini berasal dari buku laku dengan penulis yang sama, Kirana Kejora atau yang dekat disapa mbak Key (K). Memulai materinya, mbak Kirana lebih banyak menuturkan kisah hidupnya yang inspiratif. Tidak berlatar belakang dari pendidikan sastra, namun pernah menjadi wartawati, Mbak Kirana memang mempunyai ketertarikan pada dunia literasi. Lulusan fakultas perikanan ini lebih dikenal sebagai penulis indie, alasannya awalnya buku-bukunya diterbitkan sendiri. Saat ini buku-bukunya sudah banyak terbit termasuk dari penerbit mayor. Beberapa karyanya: Elang, Querido, Air Mata Terakhir Bunda, Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, Pencarian Cinta Terakhir, Surga di Atas Awan, Rindu Terpisah di Raja Ampat, Senja di Langit Ceko.
Kirana Kejora
Sumber : IG @kiranakejora
Bukan apa-apa ketika Mbak Kirana menentukan jalur indie, selain untuk menjaga keaslian tulisannya, penulis juga bisa menetapkan omzetnya dan mengawasi jalur pemasaran bukunya. Mbak Kirana pun menjelaskan beberapa perbedaan menerbitkan buku di jalur indie dan penerbit mayor. Namun, ada laba bila sebuah buku diterbitkan oleh penerbit mayor yang umumnya sudah berpengalaman di bidang promosi dan distribusi. Masalah royalti juga disebut-sebut, seingat saya dia menyebut tidak ingin ribet dengan royalti sehingga menggunakan sistem beli putus.

Materi Mbak Kirana ini lebih banyak membahas pada tips-tips menulis dan menjadi penulis serta istilah kepenulisan. Diantaranya:
·         Seorang novelis yang ingin menyajikan data dalam sebuah buku bisa diambil dari dua cara, yakni sekunder ( googling, maps, sampel) dan primer (riset).
·         Buatlah judul yang baik, yaitu : inovatif, informatif, komunikatif, kreatif dan provokatif. Juga jangan pernah lupakan tagline (kalimat sehabis judul). Buatlah tagline semenarik mungkin.
·         Bagaimana membentuk abjad tokoh? Ini bisa dipelajari dengan banyak mengamati individu di sekitar kita. Pintar-pintarlah “membaca” manusia.
·         Pada isi buku, alinea pertama itu kuat pada psikis alasannya sifatnya persuasif. Hindarkan pengulangan kata, jangan spoiler. Rencakan juga cover yang bagus. Pilih kertas buram, jangan HVS terang alasannya selain tebal juga tidak nyaman pada mata. Kalau buat saya pribadi, kertas buram menciptakan imajinasi lebih mengalir.
·         Oya, Mbak Kirana juga mengingatkan pentingnya seorang penulis memahami klausul kontrak (dengan penerbit) dikarenakan kebiasaan seorang penulis yang hanya ingin menulis saja hingga tidak menyadari nasib bukunya di masa depan.

OKA   AURORA
Saya kira, presentasi yang dibawakan Mbak Oka Aurora pada hari kedua inilah yang menjadi inti pembelajaran kami, yakni membahas skenario-premis-dan sinopsis. Pada sesi ini pembahasan suatu kisah sudah dikaitkan dengan FILM, bukan lagi menjadikan sebuah buku ibarat pembahasan sebelumnya.

Mbak Oka pun tidak lupa menjelaskan alasan mengapa ia terjun ke dunia penulisan skenario padahal tadinya dia lulusan engineering. Alasannya ialah alasannya CINTA.  Selama kita menyayangi dunia literasi dan memang menjadi passion, maka jalani saja—kalau tidak ya jangan. Kalimat ini terus menerus diulang Mbak Oka.

Mbak Oka mengaku juga banyak berguru dari penulis skenario dan dikala ini masih terus belajar. Karyanya yang berjudul “12 Menit : Kemenangan Untuk Selamanya” berhasil menyabet piala FFB 2014. “12 Menit” juga merupakan salah satu novelnya yang inspiratif di Tanah Bontang-KalTim. Karya-karyanya yang lain baik novel dan film adalah, “Hijabers In Love”, “Ada Surga di Rumahmu”, “Strawberry Surprise”, “Silariang (film terbaru)”.
 
Oka Aurora
Sumber : IG @nbc_balikpapan
Menulis skenario berbeda dengan penulisan novel. Saya jadi tergambar, bahwa kisah dari sebuah novel mempunyai jalur yang cukup panjang juga ya untuk menjadi film. Apakah penulis skenario bisa menjadi profesi? Mbak Oka menyampaikan YA, dengan cukup hati-hati menyebutkan angka yang bisa diterima seorang penulis skenario, contohnya saja untuk FTV jatuh di kisaran Rp 5 juta, dan untuk lainnya bisa lebih dari itu.
Kami juga diajak untuk menelaah sebuah film. Umumnya film-film mempunyai INTI TEMA yang sama, yaitu BERSIFAT HUMANIS. Tema bisa disingkat 3-5 kata. Misalnya, film FINDING NEMO, temanya : Kekuatan cinta ayah mencari anaknya. Terlepas dari apapun genre film tersebut dan secara eksplisit menampilkan unsur tidakmanusiawi, namun TEMA yang BERSIFAT HUMANIS mendorong seseorang yang menyaksikan film tersebut, pulang dengan menggondol pesan yang baik.

PREMIS
Merupakan ilham besar cerita, daerah bergantung sebuah kisah atau alasan atau perkiraan yang mendasari cerita. Premis bisa disusun dalam 3-5 kalimat.
Kerangka Premis;

SOMEBODY WANTS SOMETHING VERY BADLY BUT HAVING A HARD TIME TO GETTING IT

-          Somebody (WHO)
-          Wants Something (WHAT, WHEN)
-          Very Badly (WHY)
-          But having a hard time getting it (HOW)

Bila dimasukkan dalam kalimat, menjadi :
“Seseorang (atau lebih yang menjadi inti cerita) yang menginginkan ‘sesuatu namun mengalami tantangan dalam perjalanannya.”

Contoh :
HOME ALONE : Seorang bocah lelaki yang ditinggal sendirian dikala Natal yang berusaha mencegah perampok masuk ke rumahnya.
Contoh lain :
Seorang gadis desa yang polos berjulukan Ana yang sangat ingin bekerja di ibukota namun harus menghadapi kerasnya ibukota.
Sepasang kekasih yang sangat ingin bersatu tapi tidak mendapat izin ketua watak kecuali mereka bisa menuntaskan ujian watak setempat.

Namun, pada dikala saya memberikan pola premis dari film LION (Dev Patel) dalam satu kalimat menurut kerangka di atas, mbak Oka kemudian mengoreksi dengan memberikan premis film LION yang lebih panjang alias lebih dari satu kalimat. (Tentunya alasannya mbak Oka juga sudah nonton filmnya).
Jadi, kesimpulan saya. Premis dibentuk selengkapnya namun tetap singkat (cukup 3-5 kalimat) yang meliputi unsur di atas, dengan melibatkan aksi apa saja yang dilakukan tokoh, apa tantangan dan kesempatannya dan bagaimana menyelesaikannya.
Premis ini diperlukan sebelum masuk ke penulisan skenario. Sama ibarat menulis novel.

SINOPSIS
Merupakan ringkasan cerita, keseluruhan bab penting kisah dengan menjelaskan abjad utama yang menjalankan kisah dan cukup 1-2 halaman saja.
Teknik Menyusun SINOPSIS :
1.            Judul,
2.            5 W + 1 H (Who, What, When, Why, Where, How)
3.            1-2 kalimat pembuka dan 1-2 kalimat penutup
4.            Sudut pandang orang ke-3
5.            Waktu Sekarang
6.            Boleh ada dialog, hanya obrolan penting
7.            Singkat, padat dan bisa menjaga emosi
Sekali lagi Mbak Oka menjelaskan bahwa SINOPSIS itu keseluruhan penting bab cerita, jadi tidak ada kalimat pertanyaan ibarat : Bagaimana selanjutnya nasib Toni? Apa yang terjadi dengan pasukan pemburu vampire itu? Bila demikian ceritanya belum utuh. Dalam menulis sinopsis hindarkan juga; kalimat berbunga-bunga, terlalu banyak menceritakan karakter, terlalu detail bercerita.
Istilah SINOPSIS YANG FILMIS bahwasanya gres saya dengar pada WORKSHOP WRITERPRENEUR ini. Sinopsis yang filmis maksudnya sinopsis yang berkarakter film. Dimana ceritanya punya teknik menjaga emosi penyimak, mempunyai konflik dan bernilai jual.
Setidaknya (yang saya ingat) ada teknik menyusun sebuah kisah film (atau sudah bisa disebut skenario ya, lupa) yang dinamakan STRUKTUR 3 BABAK – 8 SEKUENS.

Status Quo : Tahap perkenalan. Kemunculan karakter, siapakah tokoh ini dan ibarat apa kehidupannya. Disini diterapkan 5W1H.
Incident : Kemudian ada sesuatu yang mengubah hidup si tokoh. Misalnya; si tokoh bertemu si gadis yang menciptakan dia jatuh cinta untuk pertama kalinya Atau: si tokoh kehidupannya baik-baik saja, tahu-tahu divonis sakit.
Lock In : Terjadi keputusan gres di dalam hidup karakter. Misal: Si gadis jatuh cinta juga dan ingin segera menikah.
First Culmination : Muncul permasalahan baru. Tindakan yang diambil abjad ternyata menyebabkan masalah. Di sekuen selanjutnya, ia mengambil keputusan, kemudian terjadi masa-masa tenang.
Second Culmination : Permasalahan gres dimulai kembali. Titik terendah abjad tampak. Di sekuen selanjutnya, abjad dipaksa menuntaskan masalahnya.
Climax : Kelihatannya masalahnya sudah selesai, kisah berakhir, namun ternyata tidak. Biasanya ada twist disini.
Ending : Muncul resolusi dan kisah kita berakhir.
Dalam pembahasan ini bahwasanya disebutkan prosentase jalannya cerita, juga di sekuen mana abjad gres dimunculkan. Tapi saya lupa. Maaf ya.

ENDRI  PELITA
Sumber : IG @tomboyganjen
Sutradara yang satu ini hadir paling final di sesi materi. Negeri Van Oranje, ialah satu karyanya yang bikin mata kerlap-kerlip. Wonderful Orange…. kayak bulirjeruk. Karya lainnya ada “Air Mata Terakhir Bunda” yang tidak salah lagi tidak bukan diambil dari buku Mbak Kirana Kejora.
Lewat ‘Negeri Van Oranje’ Mas Endri Pelita mengajak kami mendalami abjad per karakter. Dalam suatu cerita, abjad tokoh haruslah kuat. Maksudnya segala hal yang menjadi ciri khas dan sikap tokoh haruslah konsisten, seandainya pun berubah harus ada penjelasan. Lewat ‘Negeri Van Oranje’ juga kami diajarkan bahwa cinta harus diungkapkan
Eaaaaa.  Apaan coba hingga harus ditebalin, garis miring ama garis bawahi :D

Maksudnya Mas Endri (yang bahwasanya spoiler banget, tapi saya nggak tulis disini) dalam suatu kisah mesti bikin curious. Bahwa ternyata abjad X yang selama ini dikira-kira pemirsa ialah pembunuh bayaran, ternyata membunuh nyamuk saja tidak rela. Bahwa si tokoh macho yang dinanti-nanti bakalan nembak si cewek, ternyata mau ngomong cinta aja mesti kursus dulu ke India. Kira-kira begitulah pola dari saya.

Menurut Mas Endri, beberapa ciri kisah yang bagus yaitu :

  • MASUK AKAL  : meskipun genrenya ialah fantasi, tetap harus diterima akal.
  • MENARIK : ada hal-hal yang menciptakan orang terus menyimak kisah ini.
  • ACTION (GERAK) : perubahan gerak atau agresi inilah yang menjadi pengamatan penikmat cerita. Tanpa adanya gerak, kisah akan eksklusif mati. Dalam bentuk visual, aksi/gerak menjadi hal utama dalam film. Karena bentuk visual tanpa aksi/gerak itu akan kita sebut FOTO sodara-sodara.. bukan FILM.
  • CURIOUS : Penasaran nggak sih sama adegan selanjutnya? Penasaran nggak sih sama siapa yang jadian akhirnya? Rasa ingin tau selalu menjadi marketing yang baik hingga kapan pun.
  • SEDERHANA/KOMPLEKS: Meskipun kisah itu hanyalah kisah sederhana, tapi diramu dengan kompleks, diisi dengan adegan yang punya bumbu. Misalkan saja ‘Negeri Van Oranje’ ceritanya sederhana saja, tidak rumit. Namun dibentuk kompleks dengan memuatkan unsur romansa, humor, persahabatan dan lainnya.
  • Selebihnya, pada sesi Mas Endri ini lebih banyak diskusi dan tanya jawab.

BELAJAR MEMBUAT SINOPSIS YANG FILMIS
Setelah materi ketiga berakhir, kami eksklusif diminta MEMBUAT SINOPSIS. Ya, namanya juga workshop, harus ada “work=kerja” dan “shop= makan sop”.

Peserta kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Pada situasi inilah kesan gregetannya sanggup banget. Saya buat list gregetnya aja deh supaya enak:
Ø  Panitia meminta akseptor harus selesai sesuai durasi yang diminta sedangkan kami tidak berpengalaman menciptakan sinopsis. Sebelum tahap sinopsis, kami menciptakan PREMIS lebih dahulu.
Ø  Saya sendiri semenjak awal melibatkan diri dengan mahasiswa (STIE MADANI). Saya bisa saja duduk dengan teman-teman komunitas penulis, tapi saya pengen menantang diri sendiri untuk berkumpul dengan orang-orang yang tidak saya kenal. Dan ternyata seruuu.
Ø  Tantangan lainnya adalah, menyatukan isi 8 kepala dalam 1 buah cerita. Walhasil, di tim saya sendiri niscaya ada yang lebih banyak didominasi menyalurkan ide.
Ø  Lalu, kami juga harus bisa membedakan sinopsis dengan cerpen. Mbak Oka dan mbak Kirana sudah berulang kali memberikan jangan hingga yang dihasilkan nantinya ialah cerpen (pengalaman dari workshop sebelumnya).
Ø  Karena sinopsis merupakan rangkuman keseluruhan kisah dari awal hingga akhir, termasuk penempatan konflik dan solusi, maka ini juga tantangan bagi kami yang yah minimal ada riset kecil-kecilan sehingga kisah sanggup dipahami dan masuk akal.
Ø  Sinopsisnya harus yang filmis. Kaprikornus nggak bisa yang biasa-biasa aja, datar dan kurang konflik. Apalagi ceritanya tidak menjual. Macam kisah hidupku.
 
Sumber IG : @mamikeceh
Hasilnya, situasi yang menegangkan ini berbuah (cukup) manis.
Kami semua ngakak bareng (lho kok..)

Bagaimana pun juga pengalaman menciptakan sinopsis keroyokan ini sesuatu yang gres bagi kami, besar kemungkinan banyak salahnya. Dan ternyata banyak lucunya.
Tiap kelompok saja, namanya lucu-lucu: ada tim “sebentar lagi” (mungkin alasannya ditanya ‘kapan selesainya?’ sebentar lagi jawabnya… kemudian ada tim yang hanya mereka bisa menyebutnya dan saya sudah lupa nama tim sendiri.

Genre yang ditawarkan tiap kelompok berbeda-beda. Ada roman, drama, thriller hingga komedi. Tim saya memberikan drama; kisah Ngatini (yang versi foundernya: Ngatini ialah gadis yang bermimpi menjadi fashion designer alasannya ibunya penjahit, kemudian ibunya meninggal, hingga Ngatini mendapat ibu tiri yang kejam, kemudian dipaksa menikah, kemudian suaminya terseret korupsi, hartanya disita, kemudian ia mengidap kanker, ---versi aslinya Ngatini mati, tapi alasannya kami protes, jadinya Ngatini hidup kembali--- berjuang dan berhasil meraih impiannya hingga mempunyai merk fashion NGATINI).
 
Tim Ngatini - STIE MADANI (kecuali mamikeceh paling kiri)
Sumber IG @chaerun_nessa
Cerita lain tidak kalah serunya. Ada judul favorit saya :”Julak Ipul dan Bule Haw Haw”. (Haw-haw = istilah Balikpapan untuk orang yang nggak nyambung-nyambung ). Saya perhatikan tim ini serius banget ngerjain sinopsisnya, niscaya mereka paling manis dan paling benar deh sinopsisnya. Entah gimana pas tampil malah standup comedy, kocak abis. Yang saya suka dari kisah ini ialah kalau difilmkan maka keseluruhan Kota Balikpapan bisa ditampilkan, minus yang jelek-jeleknya. Karena dalam kisah ini Si Julak Ipul yang notabene sopir angkot membawa Si Bule Haw Haw berkeliling Kota Balikpapan.

Sebenarnya alasannya sinopsis kami banyak yang bolong-bolong, jadi berkesan lucu. Bolong-bolong ialah istilah yang digunakan Mbak Oka Aurora atas ketidaklengkapan cerita, data, teknik penulisan, dan unsur sinopsis lainnya.
Maksudnya begini, misal : “Roni ialah pekerja keras dari Dusun Dua. Roni jatuh cinta pada Rini dari Dusun Tiga. Dusun Dua dan Tiga selalu berseteru. Rini Menyerah. Rini kemudian menentukan Hamzah dari Dusun Lima.” Maka, mengapa Rini menyerah? Apakah ia juga jatuh cinta pada Roni? Dan siapakah Hamzah? Merupakan masalah bolong-bolong yang dimaksud, yang butuh untuk dietaterangkanlah.

Sebenarnya untuk apa menulis SINOPSIS ?
Karena adanya ketidakmungkinan karya penulis eksklusif dibaca hingga tamat dikala diajukan. Oleh alasannya itu diperlukan sinopsis. Idealnya demikian. Bukan hanya untuk penulisan buku, naskah skenario juga membutuhkan sinopsis. Begitu yang saya pahami.
^^^
Hmm, apalagi ya?
Sepertinya itu aja deh. Karena goresan pena ini udah panjang banget >.<
Foto sebelum jalan-jalan
Sumber : IG @fitricitagita
Oya, sehabis workshop ini berakhir Mbak Kirana dan Mbak Oka juga menyempatkan jalan-jalan mengitari Balikpapan, bersama beberapa dari kami. Semoga ilmunya menular pada kami ya. Dan yes, hidup literasi.
💚💛💚💛


Salam,
Lidha Maul