Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

8 Cara Asyik Menanam Di Lahan Terbatas


“Aku tu males nanam, sebab di rumah gak ada lahan.”
“Halamannya aja gak ada gimana mau nanam.”
“Pekarangan aku sempitttt banget, eh cuma ditaruh 2 bangku aja udah nggak keliatan lagi.”

Wah, banyak banget deh alasannya malas nanam sebab lahan sempit atau nggak ada lahan. Padahal ya, aku jika malas nanam bukan sebab keterbatasan lahan. Kalau aku malas nanam, malas berkebun artinya ya aku males aja. Iya, aku emang pemalas. Hahaha. Udah.

Memang sih ada banyak alasan males nanam, ada yang capek nanam sebab nggak tumbuh-tumbuh, ada yang tanamannya menerima serangan bertubi-tubi dari hama. Ceile, bertubi-tubi. Hamanya striker semua. Ada yang capek nanam sebab buahnya dicolong anak tetangga. Dan ada yang males sebab ya itu tadi..lahannya sempit, terbatas, dan nggak punya lahan.

Setahu saya, jurus jitu menanam itu bukan harus punya lahan, tapi harus ada yang ditanam sanggup dimulai dengan ada tanamannya atau ada benihnya. Sudah.

Sebenarnya modal utama berkebun ialah niat. Asalkan ada niat, lahan sempit/terbatas sanggup diatasi. Tempat berkebun aku nggak luas-luas amat, hanya di samping rumah dengan lebar yang nggak hingga 5 meter.  Saya juga bukan tergolong seseorang yang rajin berkebun. Senang-senang dan have fun aja. Yes, berkebun itu buat aku memang untuk have fun, olah tanah sekalian olahraga. Alhamdulillah bila sanggup berkah.

Lewat goresan pena ini aku mau menjawab pertanyaan: Bagaimana sih cara menyiasati berkebun lahan terbatas?

NIAT

Yang pertama dan terutama yaitu niat. Memang, nggak selamanya yang kita tanam berhasil. Ada capeknya, ada kesalnya. Ada yang nggak cantik, ada yang nggak sesuai selera. Yang terpenting teruskan saja. Seperti dongeng aku menanam cabai yang bagi orang lain sanggup praktis sekali, tapi bagi aku justru kena capeknya.


Apa yang mau ditanam?

Iya, emang bergotong-royong mau nanam apa? Apa sebegitu pentingnya lahan luas? Mau nanam pohon jati? Pohon cemara? Mau bersawah?

Bahkan bergotong-royong aku juga yang suka cari-cari alasan jika ditanya ‘emang mau nanam apa?’ akan menjawab: “nggak, cuma mau nanam aja” atau “biar ada yang ijo-ijo aja di rumah” atau “mau berguru nanam aja sih.” Yang mana artinya, bergotong-royong nggak butuh lahan luas kan? Lahan minimalis pun bisa.

So, daripada nyesal nggak pernah mencoba bertanam ria, ini ada beberapa cara bertanam di lahan terbatas. Semoga juga sanggup memotivasi teman-teman yang ingin menanam: 

1. MENGGUNAKAN WADAH LAIN

Banyak sekali pot-pot beraneka rupa, warna dan bentuk. Tidak hanya mempercantik, pot bergotong-royong juga membantu sekali untuk menyiasati keterbatasan lahan. Selain pot-pot yang sudah lazim kita lihat, kita juga sanggup berkreasi dengan barang-barang bekas, misalnya: botol bekas, drum, ban bekas, dan aneka macam penampung media tanam lainnya. Cocok untuk mereka yang bahagia memanfaatkan barang bekas.

Sepatu bekas, kenapa nggak?
Source pic: somedaycrafts.blogspot.com
Bayam dan kangkung
2. MENERAPKAN KONSEP VERTICAL GARDEN
Selain sanggup mempercantik lingkungan, menanam secara vertikal berdasarkan aku benar-benar solusi manis untuk mengurangi keterbatasan lahan. Alih-alih memaksakan diri menanam secara mendatar, mengapa tidak terpikir dengan cara vertikal. Memang, ada beberapa kelemahannya, misal tidak semua tumbuhan sanggup ditanam vertikal, contohnya pepohonan yang berat yang tidak memungkinkan untuk ditanam secara bertingkat. Namun, sama halnya dengan teknik menanam konvensional, selalu ada celah kegagalan yang bukan berarti tidak layak dicoba. Makin kedepan, makin banyak penanaman secara vertikal.
Bayam vertikal


3. HIDROPONIK

Mungkin, keterbatasan lahan disini juga berarti keterbatasan tanah sebagai media tanam. Hal ini sanggup diatasi dengan menerapkan konsep hidroponik. Mengganti media tanam tanah dengan media tanam hidroponik: cocopeat, bebatuan, rockwool, hidroton, serbuk kayu, dan lainnya. Sistemnya pun bermacam-macam, ada aeroponik, drip system, sistem sumbu yang sanggup diatur penempatannya ingin dimana saja.
Hidroponik

4. BONSAI
Huhuhu, aku sih belum gemar-gemar amat sama bonsai. Masih nggak ngerti gimana cara nerapinnya. Tapi yess, yess. Ini cocok banget buat menyiasati lahan sempit alias rumah masih kontrakan, mau nanam di lahan pemilik nggak lezat ama yang punya. Eh, udah nanam bertahun-tahun diusir ama yang punya, padahal buah jambu lagi montok-montoknya, mau dibawa sa-pohon-pohonnya nggak memungkinkan. Bawa diri minggat aja keberatan, apalagi bawa pohon. Ya udah di-bonsai-in aja. Dibuat miniaturnya. Ada beberapa jenis tumbuhan (terutama pohon) yang sanggup dibonsai: pohon asam, beringin, cemara, jeruk, kelapa, sawo, kupa landak, murbei, dan lainnya yang tidak menutup kemungkinan sanggup dibonsai. Kalau sudah jadi miniatur, nggak cuma praktis diangkut, dipangku juga bisa. Kapan lagi coba sanggup mangku pohon.

Pohon mini

5. MICRO GREEN
Konsep micro green mungkin belum terlalu jamak didengar. Tapi, sudah niscaya tahu kecambah dong ya? Intinya micro green ini teknik menanam yang nggak perlu nunggu tanamannya tumbuh dewasa. Lebih sering yang ditanam ialah tumbuhan pangan. Mulai dari tumbuh sebagai kecambah hingga beberapa senti yang kemudian sanggup dicrop (dipotong) untuk dimakan. Konon, micro green nutrisinya lebih tinggi dibanding saat tumbuhan ini mencapai tahap remaja atau sayuran pada umumnya. Karena nutrisinya yang tinggi ini maka lebih cocok untuk disantap langsung, dijadikan salad atau smoothie. 

Source pic: gardeners.com

Perawatannya juga praktis dan tidak memerlukan materi kimiawi untuk mengatasi serangan hama. Caranya: cukup tabur benih di media tanam yang sudah disediakan di container, jaga kelembapan, kira-kira 1-2 ahad sudah sanggup dipanen, tidak ada standar khusus mau berapa sentimeter. 

6. INDOOR GARDEN

“Halaman aku sempit.” “Saya nggak punya halaman mau nanam”


Ya udah halaman buku aja. Eh, maaf. Maksudnya ya udah nanam di dalam rumah aja. Caranya sanggup dengan menerapkan vertical garden atau micro garden. Bisa juga dengan menempatkan di bersahabat jendela, yang terpenting tumbuhan tetap menerima sinar matahari berkecukupan.



Source pic : http://www.digsdigs.stfi.re/

7. MINIATUR GARDEN
“Sebenarnya nggak cuma pengen nanam, tapi pengen juga bikin taman. Tapi… nggak punya pekarangan nih.”
Halo,  siapa ya yang begitu keluar rumah pribadi jalanan, kanan-kiri gang melulu. Mau bikin taman dimana coba? Taman kanak-kanak?
Nah, bergotong-royong kita sanggup bikin taman dalam keadaan tidak ada lahan sekalipun. Cukup menggunakan container bekas. Kita sanggup bikin Taman Mini –Kebun Mini - alias Fairy Garden.

Sebenarnya dari tahun kemarin aku ada niat bikin ini, tapi belum terealisasi saja hingga sekarang. Ya, memang besar kemungkinan kita tidak sanggup menikmati taman yang kita buat kecuali kita mengecil lebih dulu. Tapi, tetap ada kepuasan batin kok saat kita sanggup menuntaskan Taman Mini ini. Hitung-hitung latihan bikin yang mini-mini sebelum benar-benar kesampaian bikin taman yang sesungguhnya.


Source pic: empressofdirt.com

8. MENGHIJAUKAN BANGUNAN
Suami aku pernah bertanya: “dek, tumbuhan merambat yang vertikal apa aja ya?”
Saya    : “Emang untuk apa?”
Suami : “Kayaknya bagus buat nutupin dinding rumah.”
(Saya pribadi ngebayangin kastil-kastil yang tertutup tumbuhan bunga anggun yang merambat)
Saya    : “Kenapa dinding mesti ditutupi tanaman?”
Suami : “Kan bagus dek, semoga nggak perlu beli cat.”

Haish. Dia mah emang pengiritan banget.

Walaupun ada istilah green building dan green design, aku tidak menggunakan istilah itu sebab khawatir jadi rancu. Keduanya bukan hanya kasus terlihat hijau belaka. Jadi, aku sebut saja menghijaukan bangunan, sebuah kondisi dimana bangunan memang terlihat hijau berkat penanaman pada bangunan itu. Sebut saja penanaman di atapnya, pada sisi vertikalnya, balkon, jendela yang memungkinkan kita tetap menanam tanpa perlu menanti lahan besar layaknya penanaman konvensional.

Setiap tahunnya, lahan kian terbatas, konsep menghijaukan bangunan memberi arti khusus menanam sanggup dimana saja. Konsep ini justru menjadi konsep masa depan tanpa meninggalkan kebutuhan penanaman konvensional. Konsep ini juga merangsang individu-individu makin bersahabat dengan lingkungannya, makin mengenal tumbuhan dan berguru menyayangi alam.


Source pic; behouses.blogspot.com
Sejauh ini, aku pribadi masih tertarik menanam sesuatu yang sanggup dimakan, baik sayuran atau buah-buahan. Prinsip pak suami yang memang doyan ngirit bergotong-royong perlu diterapin ke emak-emak yang saban hari megang duit belanja. Syukur kita sanggup memetik sendiri kebutuhan pangan kita, apalagi di masa yang apa-apa serba mahal. Dan syukur banget jika tumbuhan kita sanggup menghasilkan cadangan kas. Sayur-mayur, buahnya bisa  kita jual lagi. Duitnya sanggup digunakan untuk pengeluaran lain atau buat beli hp android murah yang paling gresss. Asyik kan.


Yang terpenting menanam bergotong-royong sanggup dimana saja, asalkan ada kemauan. Ini serius.


Semoga berkhasiat dan memotivasi untuk berkebun ya :) jika ada yang mau nambahin lagi ayuk..ayuk taruh di kolom komentar ^_^



Terimakasih,


Lidha Maul