Cintai Era Sehat, Peduli Daya Tahan Tubuh
Melayang, tapi kaki menginjak bumi. Rasanya gres 5 menit melangkah dari rumah kost, tapi begitu ingin berhenti dan mencari kawasan untuk duduk. Harusnya setengah jam saya sudah bisa tiba di kampus. Dengan tas yang penuh materi skripsi dan bayangan sekitar terus memudar, jarak terdekat yang biasa saya tempuh bermetamorfosis panjang dan usang yang isinya hanya rasa capek dan pusing semata.
“Kamu tambah kurus aja,” omongan yang selalu saya abaikan itu mendadak muncul dan saling mengait dengan kondisi saya yang tiap hari terasa lemah. Selama sekolah hingga kuliah hanya ketika KKN berat saya melewati 41 kg, sehabis itu untuk menambahnya terasa sukar sekali. Meski pantang menghubungkan akhirnya saya berkeluh kesah juga dengan mitra satu kost, “kok saya apa-apa simpel capek ya, rasanya pusing, nggak bisa jalan bentar mau pingsan. Badan juga tambah kering rasanya.” Dan ditanggapilah curhat saya dengan sebaik-baiknya jawaban yang hangat dan bersahabat. Satu diantaranya berkata, “coba aja makan ati, saya kemaren nge-drop juga gitu.”
Tanpa menganggukkan kepala, saya benar-benar serius mengiyakan dan segera mempraktikkannya sebab saya tahu dan sering mendengar bahwa hati menjadi sumber penguat bagi tubuh yang lelah. Saya ingin sehat! skripsi saya sudah tertunda sebab sebelumnya saya harus mengasuh 3 bocah yang orangtuanya (Tante saya) pergi menunaikan ibadah haji. Adakalanya berburu kiprah selesai sudah mirip mengharapkan datangnya jodoh, benar-benar ingin menutup pendengaran dari bertambah-tambahnya orang yang bertanya,”kapan lulus?” yang mau tidak mau menimbulkan tantangan buat saya untuk segera menyelesaikannya. Meski itu nyaris membunuh kenikmatan proses belajarnya, hanya sebab ingin terlihat sukses lebih cepat.
Secepat berkembangnya ruam-ruam itu.
Saya demam dengan kondisi demam yang tak pernah saya alami sebelumnya. Mengigau, menceracau. Tante saya yang kebetulan menengok dan memberi obat, hanya menghilangkan derita ocehan saya saja, tidak demamnya. Saya kemudian pulang ke Balikpapan, dengan dijemput orangtua. Saya sembuh.
Sesaat saja.
Saat panasnya hilang, kulit lengan saya mulai ditumbuhi bintik-bintik merah. Saya masih berpikir nyata hingga hari demi hari perlahan keyakinan saya menurun ke titik nol. Bintiknya melebar menjadi bercak kemerahan. Secepat itu melebar lagi hampir ke seluruh tubuh. Dokter menyampaikan saya terkena jamur, atau keracunan makanan. Dia tidak terlalu yakin yang mana. Saya sendiri tidak ingin memastikan yang mana, rasanya sudah tidak ada bedanya, apapun nama penyakitnya, saya cuma ingin sembuh.
Saya terperinci tahu apa yang saya makan, saya hanya tidak tahu bagaimana dan hati ayam (plus sayuran) mirip apa yang mereka olah, sebab saya hanya membeli masaknya saja. Saya bukan hanya harus menunda kiprah akhir, saya juga harus mau berteman dengan sepi ketika saya sakit di rumah dan tidak bisa kembali ke kost. Sudah lemah rasanya badan, bertambah pula jelek dipandang.
******
Dalam perjalanan hidup, mau tidak mau pasti pernah mengalami sakit. Dari sakit saya belajar, untuk memahami mereka yang sakit dan untuk memahami kondisi tubuh saya sendiri. Namun, ada beberapa hal yang menciptakan saya bersedih ketika sakit;
Kehilangan Momen Berharga
Karena banyak waktu teralihkan untuk istirahat, saya kehilangan momen untuk bercengkerama dengan orang-orang terkasih atau melibatkan diri dalam kegiatan seru. Bukan hanya itu, ketika sakit, kuliner sederhana yang bisa begitu nikmatnya, menjadi suram di lidah. Lebur menjadi bubur yang terhambur akhir tersembur. Mual saja rasanya.
Senyum pun menjadi sesuatu yang langka.
Pengeluaran Bertambah
Bahkan sakit yang harus menginap di RS secara cuma-cuma sekalipun tetap ada-ada saja biaya yang keluar.
Merepotkan Orang Lain
Terutama ini. Ibu saya yaitu orang yang paling saya repotkan kalau sakit. Bahkan sehabis menikah pun, tetap saja ia yang selalu ada ketika saya sakit. Malu saja rasanya, sebab saya merasa belum bisa menghadiahinya yang terbaik.
Bila ada ungkapan, “satu anggota tubuh yang sakit, yang lain pun mencicipi sakit.” Ini pun berlaku untuk “satu anggota keluarga yang sakit, yang lain pun merasakan.” Suami saya, akan menjadi orang yang paling sibuk kesana-kemari kalau saya sakit. Dia ikut mencicipi susah tidur, kelaparan, dan banyak pikiran.
Sukar Untuk Tetap Produktif Seperti Biasa
Saat saya terkena penyakit yang bisa menular, atau demam tinggi, maka istirahat bukan lagi pilihan, melainkan keharusan kalau saya ingin tetap beraktivitas normal kembali. Biasanya yang terjadi bukan hanya kehilangan waktu produktif, namun pekerjaan akan bertumpuk-tumpuk berkali lipat sehabis sakit. Capek ya.
Kenangan Buruk
Ada beberapa pengalaman sakit yang saya bisa melupakan rasa sakitnya, tapi sukar melenyapkan perasaan bersalahnya. Mengapa saya makan itu? Melakukan itu? Harusnya tidak pergi kesana! Kenapa ceroboh sekali, padahal sudah tahu! Pikiran-pikiran ini kalau muncul terus-menerus bisa menjadi pikiran negatif. Misalnya saja; saya jadi tidak melaksanakan apa-apa sebab takut sakit, saya tidak mau pergi ke kawasan kotor hanya sebab takut sakit, saya jadi jadi nona-higienes-sok-jijik yang berimbas tak banyak mitra mendekat.
Tidak!
Biasanya, sehabis sakit masih timbul problem lain. Karena itu mencegah sakit tiba lagi yaitu langkah tepat.
Setelah sakit alergi tersebut, saya butuh recovery selama sebulan yang berdasarkan saya terlalu lama. Meski ruam telah hilang, saya masih harus mengembalikan stamina dan bobot kembali. Bahkan butuh dua bulan lagi untuk menghilangkan bekas alerginya.
Kini, sehabis berumah tangga, dengan segudang aktivitasnya; saya juga bercengkerama dengan laptop setiap harinya, mengikuti kegiatan di luar rumah, dan juga sebagai pelaku wirausaha tentu saya tidak ingin sakit.
Saya mencar ilmu menerapkan hal-hal berikut:
1. Berusaha Positif
Sekecil apapun insiden yang tidak mengenakkan, selalu mengedepankan prasangka baik. Ceria, bahagia, berkumpul dengan lingkungan yang nyata sanggup membawa pada kenyamanan hati dan pikiran.
Jangan stress
Berbahagialah
Jauhi lingkungan buruk
Hadapi rasa takut
Tidak cemas berlebihan
Cari sahabat (komunitas) yang positif
Nikmati proses belajar
Tidak perlu menjadi tepat di mata orang lain
Hargai (kekurangan) diri sendiri
Bersyukur
Bersyukur
Ikhlaskan
2. Menjaga Pola Makan
Seringkali lho, pikiran negatif pada orang tertentu melibatkan kondisi tubuh kita. Misalnya; ‘ih, kok si anu tadi senyum-senyum terus lihat aku, jangan-jangan beliau menertawakan jerawatku yang nambah ini.’ Atau ‘Oh, jadi suami males pulang ke rumah sebab saya kena flu terus.’
Adakalanya, pikiran mirip ini memicu untuk lebih baik. Tapi, menjaga kesehatan sebetulnya yaitu hak tubuh tanpa perlu adanya prasangka. Dan hak tubuh yaitu menerima asupan kuliner yang baik.
Mencuci tangan sebelum makan.
Makan tidak hingga kekenyangan
Mengawali dengan buah-buahan
Memperbanyak buah dan sayuran
Mengurangi gorengan
Tidak menggoreng kuliner dua kali
Tidak terburu, mengunyah kuliner dengan baik
Menghindari kuliner olahan, lebih baik mengolah sendiri
Perbanyak minum air putih
Detox (puasa)
3. Hidup Sehat
Selain asupan dari dalam, hak tubuh yaitu menerima kegiatan yang tepat. Tubuh saya perlu perlu bergerak, tubuh saya perlu istirahat.
Tidak begadang atau tidur terlalu larut.
Tidur tanpa penerangan
Bangun sebelum subuh
Nikmati mentari pagi
Cukupkan waktu tidur
Berolahraga.
Traveling sesekali.
Biasakan berjalan kaki, apalagi kalau jarak tempuh tidak jauh
Beraktivitas/interaksi positif
Jaga kesehatan anggota tubuh lainnya
Tersenyumlah
4. Jangan Sombong
Meski mempunyai tips diatas tetap saja ada sikap saya yang ceroboh, saya mengambil hak tubuh saya, pernah mengabaikan alarm tubuh saya, memakan kuliner yang kurang baik dan tidak sehat, saya masih pernah kena flu, radang, batuk dan sakit.
Seperti bulan kemudian saja, saya memaksakan diri begadang sementara tubuh saya ‘sudah bilang jangan’ dan akhirnya jatuh sakit. Sakit ini lebih sering dipicu sebab daya tahan tubuh yang lemah. Ada orang begadang tapi nggak jatuh sakit? Ada minum es sebanyak apapun tidak terkena pilek? Ya, sebab daya tahan tubuh tiap orang berbeda.
Daya tahan tubuh yang lemah sanggup menimbulkan seseorang rentan sakit. Daya tahan tubuh yaitu sistem pertahanan (imun) tubuh, ibaratnya ini yaitu perisai yang menghalau serangan kuman, mikroorganisme yang siap menyerang. Dan amunisi untuk imun ini yaitu vitamin yang tepat.
Saya tahu asupan vitamin saya kurang. Saya jadi simpel capek, meskipun sakitnya sudah lewat, sementara kerjaan bertumpuk. Untuk menghindari sakit kembali dan menurunnya stamina saya pun mengkonsumsi multivitamin Theragran-M.
Biasanya saya tak mau mencoba multivitamin. Saya berani mencoba sebab produk ini telah mempunyai label HALAL dari MUI.
Lebih jelas, akan saya sebutkan apa itu Theragran-M?
Theragran-M adalah multivitamin lengkap plus mineral yang diproduksi oleh PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia yang mempunyai kegunaan untuk menjaga daya tahan tubuh dan memulihkan kondisi tubuh sehabis sakit. Theragran-M yaitu vitamin yang elok untuk mempercepat masa penyembuhan. Kombinasi multivitamin dan mineral sangat dibutuhkan tubuh, sebab kalau kekurangan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh serta timbulnya banyak sekali penyakit.
Di masa penyembuhan tubuh masih beradaptasi, sangat diharapkan kuliner yang mengandung nutrisi tinggi, vitamin dan mineral. Sayangnya, dalam masa penyembuhan watak masih sama ketika sakit; makan males-malesan. Kalau pun makan belum tentu vitamin dan mineralnya tercukupi, risikonya sehabis sembuh dari sakit (bulan lalu) saya pilek. Tidak hingga parah, tapi cukup mengganggu aktivitas.
“Sedangkan pengalaman bertahun silam ketika terkena alergi, menciptakan saya memahami bahwa tubuh saya yang sedang dalam kepayahan, sangat membutuhkan vitamin dan mineral semoga pulih kembali. Meskipun mengkonsumsi hati memang baik, sayangnya saya keliru menentukan kuliner tersebut yang mungkin saja kotor, terkontaminasi atau pengolahan yang tidak tepat ditambah daya tahan tubuh yang lemah, hingga kembali sakit dan bertambah parah.”
Berapa takaran dan waktu yang tepat mengkonsumsi?
Mengkonsumsi Theragran-M cukup sehari sekali (1 tablet/hari). Dapat dikonsumsi setiap hari, sehabis makan.
Amankah?
Karena Theragran-M bukanlah obat, melainkan perhiasan yang elok untuk masa pemulihan dengan kandungan nutrisi, vitamin, mineral yang telah disetujui BADAN POM sehingga kondusif untuk dikonsumsi.
Bagaimana pengalaman saya?
Setelah saya mencoba mengkonsumsi Theragran-M, stamina saya membaik. Dalam satu strip berisi 4 tablet salut gula yang sanggup diminum setiap harinya per tablet dengan rasa yang ada manisnya.
Pesan saya, selama sakit cobalah untuk tetap mensyukurinya, sebab tidak ada insan yang terlepas dari sakit. Mau ibu rumah tangga, pekerja, belum dewasa dan para suami, siapa pun niscaya pernah sakit. Nikmati saja prosesnya, bersedih itu masuk akal namun bergumul dengan keyakinan negatif akan membawa dampak negatif juga. Setelah itu konsumsi nutrisi, mineral dan vitamin untuk mengembalikan daya tahan tubuh sehabis sakit. Masa sehat sangat berharga. Tak perlu menunggu sakit untuk menyadari betapa berharganya ia. Cintai masa sehat, dengan menjaga daya tahan tubuh. Karena cinta itu peduli.
Pesan saya, selama sakit cobalah untuk tetap mensyukurinya, sebab tidak ada insan yang terlepas dari sakit. Mau ibu rumah tangga, pekerja, belum dewasa dan para suami, siapa pun niscaya pernah sakit. Nikmati saja prosesnya, bersedih itu masuk akal namun bergumul dengan keyakinan negatif akan membawa dampak negatif juga. Setelah itu konsumsi nutrisi, mineral dan vitamin untuk mengembalikan daya tahan tubuh sehabis sakit. Masa sehat sangat berharga. Tak perlu menunggu sakit untuk menyadari betapa berharganya ia. Cintai masa sehat, dengan menjaga daya tahan tubuh. Karena cinta itu peduli.
----
"Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh
Blogger Perempuan Network dan Taisho."
Blogger Perempuan Network dan Taisho."
Salam,
Lidha Maul