Berani Ilustrasi Pensil Sampai Digital Ala-Ala
Entah judul ini sudah enakan atau nggak. Tapi, ya gini aja deh. Tadinya sih saya mau kasih judul: How To Digitize Your Pencil Drawing. Tapi, begh. How to-nya itu ganggu banget. Karena ini bukan tutorial, ini lebih banyak curhat saya kok untuk merespon beberapa pertanyaan: “Mbak, itu gimana bikin gambarnya?” “Ajarin dong.” “Ada teknik khusus menggambar nggak?” “Belajarnya dimana dulunya?” Bahkan ada yang email ngajak saya ngadaian tutorial. Padahal saya mah apa atuhhhhh. Jarang ngasah. Masih tumpul. *Tutup muka*.*Buka lagi, eh ada pisang goreng*
IG; @bulirjeruk |
IG; @bulirjeruk |
IG; @bulirjeruk |
IG; @bulirjeruk |
Saya mau dongeng sedikit masa kemudian ya. Saya suka menggambar semenjak kecil, tapi bukan berarti pribadi dapat dan bagus. Pokoknya apa yang ada di bayangan pengen saya tuangkan. Saya ingat banget suatu hari saya buat typography. Banyak warna saya taburkan. Bahagia banget rasanya, adek saya yang ngomongnya masih blah-bleh-bloh saya ajarin juga.Sebahagia itu saya, maka ketika ibu pulang saya tarik-tarik tangannya demi memamerkan sebuah mahakarya. Hasilnya? Jeberrr! Ibu saya teriak, saya diomelin habis-habisan. Jarang-jarang ibu murka besar. Hari itu hari apes buat saya. Jelas aja sejelas-jelasnya ia marah, lha saya gambar di lemarinya. Lemari warisan Kakek. Full saya coret-coret. Oke, bahwasanya adek saya yang coret. Saya cuma dalangnya. Abis dimarahin gitu efeknya cukup dalam. Saya jadi nggak pede gambar. Sampai kelas 6 SD, gambar saya mainstream se-Indonesia. Gambar pemandangan. Dengan dua gunung, matahari di tengah, dan persawahan yang bahwasanya yaitu rumput 3 helai.
Tiap gambar punya cerita, ada yang mesti dua tahun gres selesai. Ih, kesannya serius amat gitunya. Kayak proyek kece aja. Dua tahun itu maksudya, ya sesuka-sukanya saya aja kerjainnya XD. Ada satu gambar yang awalnya saya bikin ombaknya saja, terus saya simpan. Kemudian tahun depan tengok-tengok lagi, eh bagus nih bila dikasih kapal. Ya sudah nangkring deh tu kapal.
IG; @bulirjeruk |
- Awalnya mencoba menuangkan apa yang ada di kepala, hakekatnya sama kayak menulis. Oret-oret aja terus. Entar juga keliatan.
- Keliatan banget oret-oretan saya menang birahi doang. Nggak ada yang sesuai apa yang saya pikirkan ama yang tertuang. Ternyata sebagai pemula emang lebih lezat niru dulu. Apa yang dilihat 'direkam' lewat pena. Kalau di depan ada gelas, jadikan aja itu objeknya. Tapi dasarnya saya masih ABG waktu itu, objek yang ada di depan mata saya selalu cowok-cowok cakep.
- Cowok-cowok cakep di serial cantik. Ya, niru komik Jepang kayaknya jadi pola dan mewabah. Saya juga kena. Kini, saya mulai tertarik apa itu doodle, yang kelihatannya cuma tumpukan coretan tapi sumpah susah juga untuk saya. Saya suka sketch, kayak bang @motulz tapi nggak ngerti alat tulisnya apaan. Favorit saya selalu pensil. Enak, bila nggak sreg tinggal hapus. Kalau banyak nggak sregnya, banyak pula timbunan daki penghapus di sekitar. Saya mulai kumpulin pensil 5H, 2B, 5B dan 7B yang semuanya saya beli secara random, beli aja hingga rumah gres ngerti ada perbedaan tebal-tipis gitu. Taunya dari dulu ya 2B doang, yang selalu jadi jodohnya komputer.
- Meski katanya 2B cocok buat komputer, ya nggak setokcer itu juga buat mendigitalkan. Saya butuh pulpen untuk menebalkan. Walau favorit saya tetap pensil. Barulah pilihannya ada dua; mau di scan atau di jepret. Favorit saya jepret, soalnya bila scan..hmm…buat saya sih lebih repot dan nggak ekonomis listrik. Kita ini IRT coy. Cukup WiFi saja yang on. Terakhir saya utak-atik pake photoshop. Kalau ada yang nanya apa mesti photoshop? Nggak. Sayanya aja yang pengen memahirkan di situ.
Nih, saya kasih lihat BEFORE dan AFTER editan;
Dan yang dibawah ini saya ambil dari goresan pena : Saatnya Chinaboy
Pewarnaan dilakukan dengan pensil warna kemudian difoto.
Pewarnaan dilakukan dengan pensil warna kemudian difoto.
Ada satu hal terberat dikala pengeditan, yaitu bila gambar sedari awal kurang atau bahkan nggak bening atau terlalu 'kotor. Soalnya saya ngeditnya memang harus ekstrim. Gimana nggak, kamera saya yang the only one sukses dihempaskan C’Mumut. Timbul lah garis pada display dan area gelap menyerupai terbakar. Entah disebut apa. Yang niscaya ganggu banget pas mau motret. Gambar diatas (BEFORE) yang terlihat kabur sama sekali tidak dikabur-kaburi, meski pencahayaannya cukup tapi ya memang hanya sebatas itu saja hasilnya.
Jadi bila ada yang bilang gambar saya bagus, duh itu hasil crop sana-sini buat menghilangkan imbas gelapnya. Sayang banget bila mau ambil gambar pemandangan, sekiranya kena objek bagus dan nggak pengen saya cropping, mau nggak mau saya pulihkan dulu area sekitar. Walhasil saya tekor waktu buat menghasilkan gambar yang bagus. Memang sudah waktunya juga sih beralih ke koleksi kamera mirrorless terbaik yang ada di MatahariMall.com. Waktu buat ngedit dapat lebih hemat.
Paling seru bila lagi jalan-jalan terus mengabadikan objeknya pakai koleksi kamera mirrorless terbaik kemudian dikala santai dapat buka-buka gambarnya sekedar cari wangsit atau buat ilustrasi. Yah, ini trik saya bila lagi traveling tapi tidak dapat berlama-lama di suatu tempat.
Sebenarnya ada beberapa hasil denah yang tidak saya tampilkan. Karena upaya mengeditnya yang gagal. Mungkin suatu hari saya tampilkan di blog ini, termasuk juga behind the scene header bulirjeruk.com. Makasih juga buat yang udah support, yang kritisi, yang nanya dan yang berani bikin ilustrasi di blog masing-masing. Inspirasi banget deh buat saya.
----------
----------
Pesan moral dari dongeng ini: dampingilah belum dewasa selalu dikala di bersahabat lemari dan bersahabat kamera. Yeah... you know them so well lah.
Salam,
Lidha Maul
Salam,
Lidha Maul