Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sampah Plastik, Tema Hari Lingkungan Hidup 2018 Dan Mini Giveaway



Sudah pada tahu ya, tanggal 5 Juni 2018 kemudian ialah ‘Hari Lingkungan Hidup Sedunia’. Setiap tahun tema yang diangkat berbeda. Tahun 2017 misalnya, informasi yang dibahas ialah ‘Connecting People to Nature’. Sedangkan untuk tahun 2018 ini, tema yang diangkat ialah “Beat Plastic Pollution” atau ‘Kendalikan Sampah Plastik’ dengan menyebabkan India sebagai host nation alias tuan rumah penyelenggara Hari Lingkungan Hidup Sedunia. India dipercaya sebagai negara yang sanggup membantu dirinya sendiri dalam penanganan sampah, lewat masyarakatnya yang kreatif dan kebijakan pemerintahnya. Hanya India yang sanggup mengubah India. Berdasarkan laporan tahun 2015-2016, diketahui bahwa India  menggunakan sekitar 900.000 ton PET (polietilena tereftalatn atau plastik #1) untuk dijadikan botol minuman ringan, furnitur, karpet, panel, dan lain-lain. Sekitar 25.000 ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun di India, yang hanya 60 persen, didaur ulang. Dari data yang ada, Delhi menyumbang 689,52 ton sampah plastik disusul oleh Chennai (429,39 ton) kemudian Mumbai.

Oke, stop menceritakan India. Lalu, bagaimana dengan Indonesia sendiri?
Ternyata terdapat fakta menyedihkan bahwa Indonesia menempati ranking ke-2 di dunia dari riset 20 negara yang membuang sampah plastik ke laut. Sampah plastik sendiri sekitar 14% dari total sampah yang ada baik di darat maupun yang dibuang ke laut. Waw, ranking kedua. Serem sih buat saya, apalagi Indonesia punya sebutan negara maritim. (Riset ini sekitar tahun 2010, yang diterbitkan tahun 2015. Entah tahun 2017-2018, kemungkinan bertambah.)

Ada yang pernah melihat foto kuda bahari menggandeng cotton bud ? Foto viral yang beredar tahun 2017? Saya sempat melihatnya, di antara rasa kagum dan sedih.
Viral yang menyedihkan
Sumber : IG @justinhofman

Foto di atas dihasilkan oleh Justin Hofman, seorang fotografer wildlife yang biasa bekerja untuk Natgeo. Fotonya telah menerima penghargaan, foto yang tadi tidak mau ia publikasikan kesudahannya diposting di Instagram biar semua orang melihatnya. Tidak hanya itu, Justin Hofman juga menciptakan tag lokasi. Tahu dimana? Sumbawa, Nusa Tenggara, Indonesia.
Viral yang menyedihkan.



Mengapa Plastik ?
Memakai plastik itu memang praktis, hidup jadi gampang ketika plastik ditemukan. Saya sendiri masih banyak memakai plastik. Selain mudah, plastik memang lebih murah. Sayangnya, penggunaan plastik mengancam kelestarian bumi. Plastik ialah materi yang sukar diurai oleh alam. Butuh 100 tahun untuk bisa hancur. Pabrik plastik pertama kali didirikan tahun 1910 sedangkan tahun 1930 produk plastik mulai dikenalkan di masyarakat. Itu artinya, ada plastik yang gres hancur tahun 2010. Memang, kini sudah ada plastik biodegradable yang lebih cepat terurai oleh alam. Juga ada penemuan plastik dari serat singkong. Tapi, setahu saya penerapan ini lebih banyak pada penggunaan kantong plastik dan botol minuman. Sementara masih ada jenis-jenis plastik lainnya yang sukar terurai.

Beberapa tahun lalu, Pemerintah menerapkan kantong plastik berbayar setiap kali berbelanja. Saya masih ingat, ketika itu banyak teman-teman blogger yang menuliskan opini mereka. Upaya ini tolong-menolong punya niat baik untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, tapi sayangnya tidak cukup berhasil. Masyarakat masih sangat rela hati membayar 200-500perak demi menerima kantong plastik daripada membawa keranjang belanja sendiri dari rumah. Ya, ribet juga kali ya.

Sementara itu, walaupun ada peraturan wacana sampah publik dan regulasi produksi massal plastik, tapi dari kacamata saya pribadi, masyarakat masih belum merasakannya. Misal, tempat-tempat pembuangan sampah di perumahan. Sejauh ini, memang ada pemisahan jenis-jenis sampah di beberapa lokasi menyerupai arena wisata, akomodasi publik, jalan-jalan umum yang nantinya akan dibawa ke TPA. Tapi, di akrab rumah sendiri, sampahnya super duper bercampur baur. Hal yang mengesalkan juga adalah, ketika melihat fenomena masyarakat yang enggan mengedukasi dirinya sendiri dalam membuang sampah. Masih banyak masyarakat yang membuang limbah plastik ke perairan. 

A post shared by Lidha Maul (@bulirjeruk) on
(Sampah plastik di Waduk Manggar, yang di pinggir bisa diambil, yang di tengah?)

Saya mencatat beberapa alasan mengapa orang-orang gampang banget lempar sampah (plastik) ke alam :

1) “Tidak ada yang melihat.”

Kota Balikpapan memang menerapkan batas waktu pembuangan sampah, lewat dari batas waktu yang ditentukan akan dikenai denda. Tapi, beberapa kali saya melihat orang-orang melempar sampah dari kendaraan, ketika jalan atau ketika berwisata, tempat-tempat dimana tidak ada pengawasan setiap saat. Saya jadi berpikir apa iya, harus diawasi setiap saat? Apa harus terciduk dulu kemudian dikirim ke akun gosip?

2) “Biar aja, ntar ada petugas bersih-bersihnya juga.”
Saya tidak tahu di kota-kota lain. Namun, di Kota Balikpapan ada petugas aktif yang membersihkan jalan-jalan dengan berseragam khusus. Sayangnya, masih ada saja pola pikir anti ribet negatif yang menciptakan dalil semena-mena : selama ada petugas, buang sampah sebiji-dua biji tak apalah. Tindakan menyerupai ini tolong-menolong layak disebut semena-mena.

3)  “Alah, semua juga banyak yang buang sampah di sini.”
Lho kok? Bukannya menjadi insipirasi, malah terkotori penyakit buang sampah sembarangan. Pernah mendengar pernyataan menyerupai ini?

4) Segan menyimpan sementara
Sedari kecil saya diajarkan untuk menyimpan sementara sampah yang saya miliki apabila tidak menemukan daerah sampah. Caranya, sampah disimpan di dalam tas atau saku. Ternyata banyak juga yang tidak menyukai cara ini. Omong-omong, tas saya sendiri kerap penuh sampah alasannya ialah ternyata benar-benar lupa membuangnya. Mungkin, bagi orang lain ini memang menyebalkan.

Sebenarnya pengelolaan sampah plastik bisa menjadi satu upaya wirausaha, alasannya ialah di pasaran sudah disediakan Mesin Pencacah Plastik yang sanggup dibeli oleh individu. Memang, alasannya ialah tipe plastik berbeda-beda (PET, LDPE, PVC, HDPE, PP, dan PS) sehingga pengolahannya pun berbeda.

Hal ini menyerupai yang terjadi di Kamikatsu, Jepang – The Zero Waste Town– dimana pemerintahnya sangat serius menangani sampah. Mereka memisahkan 34 kategori sampah dan mempunyai sasaran pada tahun 2020 menjadi 100% Zero Waste. Sangat inspiratif untuk bisa ditiru negeri ini.




Zero Waste :
Lauren Singer dan Sampah yang Hanya Sestoples

Zero Waste ialah konsep meminimalisir sampah dan mengelolanya dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Istilah Zero Waste kemudian menjadi bab gaya hidup kekinian yang positif. Banyak sekali praktisi Zero Waste yang bisa menginspirasi kita, contohnya adalah Lauren Singer (@trashisfortossers) yang sukses menginspirasi banyak orang untuk mengubah gaya hidupnya. Bagaimana tidak, dalam 5 tahun Lauren Singer  hanya mengumpulkan sampah sebanyak 1 stoples. Sekali lagi 1 stoples saja, yang rata-rata berisi sampah label baju.
Lauren Singer
Sumber : IG @trashisfortossers

WAW. Saya kagumnya kebangetan sekaligus juga ‘ngeri’. Itu artinya Lauren Singer tidak pernah beli Indom*e, belanja sayur bungkusan, apalagi beli sebungkus micin. Lebih membingungkan lagi (bagi saya) berarti Lauren Singer tidak juga memakai pembalut instan.

Ternyata benar, Lauren berbelanja memakai keranjang atau kain pembungkus, memasak sendiri masakannya, memakai stoples kaca, menciptakan pasta gigi dan sampo sendiri, dan untuk urusan kewanitaan Lauren menentukan memakai cawan menstruasi dan menganjurkan perempuan lain memakai menspad kain.

Luar biasa bukan ? Pastinya seorang Lauren Singer tidak akan ribut-ribut kehilangan Tupperw*re.  

Oke, cukup menceritakan Lauren Singer.

Lalu, tolong-menolong apa Reduce, Reuse, Repurpose, dan Recycle itu ? Untuk rujukan sampahnya, akan saya pakai plastik saja ya, sesuai tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2018, #BeatPlasticPollution :
Botol plastik yang dimanfaatkan ulang

1. Reduce
Berarti mengurangi volume sampah. Misalnya : dahulu membuang sampah plastik satu keranjang, kemudian volumenya berkurang hanya ¼ saja. Caranya : menentukan tidak memakai kantong plastik, menentukan memakai gelas daripada plastik ketika membeli es kelapa.

2. Reuse
Menggunakan kembali. Karena plastik merupakan wadah awet, sehingga bisa digunakan berulang kali. Misalnya botol minuman plastik bisa digunakan kembali sebagai daerah pensil.

3. Repurpose
Biasanya reuse dan repurpose agak sulit membedakan. Repurpose berarti mengubah tujuan. Misalnya, jikalau botol minuman plastik diubah menjadi hiasan dinding.

4. Recycle
Alias daur ulang, dimana ada prosedur pengolahan kembali menjadi bentuk yang berbeda. Contoh lagi, kendaraan beroda empat mainan plastik didaur ulang menjadi bangku plastik.


Kira-kira begitu perbedaan 4R yang saya pahami dan menjadi epilog goresan pena ini.

Eit tapi belum benar-benar ditutup ya J
Terakhir, saya mau buat GIVEAWAY PULSA SENILAI 50K UNTUK 2 ORANG.

Karena ini Giveway kecil-kecilan, caranya juga gampang banget :

Cukup tuliskan tuliskan di kolom komentar, penanganan sampah plastik yang telah atau teman-teman ingin terapkan di dalam kehidupan. Contoh :
- Selama ini saya telah berbelanja tanpa memakai kantong plastik lagi dan tidak membeli botol minuman plastik lagi. Atau,
- Setiap plastik di rumah saya ubah menjadi titik-titik dan titik-titik. Atau,
- Saya ingin penanganan sampah plastik di Indonesia menyerupai bla-bla-bla. Atau,
- Saya sangat terbantu dengan plastik tapi tidak sakit hati bila kehilangan Tupperwa*re :D

Intinya berkomentar wacana sampah plastik sertakan email di dalam kolom komentar
Itu saja. Ditunggu hingga 30 Juni 2018  ya :)

Selamat ‘Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2018’ – Yuk kendalikan sampah plastik, meski belum bisa zero waste sepenuhnya, setidaknya jangan buang sampah plastik sembarangan, meskipun itu sebungkus jajanan permen.

Salam.
Lidha Maul

================
Sumber informasi :
- https://rockingmama.id/post/gaya-hidup-zero-waste-lauren-singer-yang-sangat-menginspirasi
- https://economictimes.indiatimes.com
- cnnindonesia.com
- sains.kompas.com