Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kumpulan Khutbah Idul Fitri 2019 Terbaik Contoh Materi Yang Menyentuh Hati

Kumpulan Khutbah Idul Fitri 2019 Terbaik Contoh Materi Yang Menyentuh Hati - Diantara salah satu pembeda antara sholat idul fitri dan yang lainnya adalah adanya khutbah yang di lakukan sesudah selesai melaksanakan sholat ied hari raya. Dan pembeda ini juga menjadi bukti bahwa sholat hari raya lebih di unggulkan di banding sholat sunnah lainnya.

Bagi seseorang yang diberikan tugas untuk membawakan khutbah idul fitri baik dia sorang ustadz atau kiyai, memiliki pengetahuan lebih dari yang mendengarkan menjadi suatu tuntutan yang benar-benar harus di kuasai baik itu materi isi khutbah yang akan di bawakan meliputi pembahasan dalil hadits qur'annya hingga harus pandai berbicara sehingga pembawaan isi khutbah bisa di terima dengan mudah olah para jamaah sebagai pendengar.

Jika yang membawakan khutbah idul fitri seorang ustadz atau kiayi, sudah tidak perlu lagi di ragukan tentang keilmuannya baik itu dalam menyampaikan isi hadits atau ayat al-qur'annya. Namun di sisi lain terkadang di antaranya yang susah mencari rujukan materi pembahasan yang harus di sampaikan dan bagaimana tata cara bahasa yang akan di sampaikan agar bisa sesuai dengan keadaan dan kondisi seperti halnya pada khutbah jumat dan khutbah yang lainnya.

 Terbaik Contoh Materi Yang Menyentuh Hati Kumpulan Khutbah Idul Fitri 2019 Terbaik Contoh Materi Yang Menyentuh Hati

Nah oleh sebab itulah, kami mencoba memberikan sebuah contoh materi pembahasan untuk khutbah idul fitri yang bisa di jadikan sebagai panduan terbaik. Meski pada dasarnya kami juga tidak begitu mahir dalam merangkai bahasa untuk penyampaian khutbah agar orang yang mendengarkan bisa merasa sedih terbawa suasana pembahasan sehingga masuk pada tiap hati para pendengar, semoga saja khutbah idul fitri singkat ini dapat membantu kalian semua.

Contoh Khutbah Ke 1 Idul Fitri

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْوَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ. اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan yang berat dan tantangan yang tidak ringan, akhirnya sampailah kita pada hari yang dinanti-nantikan, hari kemenangan, idul fitri yang penuh berkah ini. Kita berdoa semoga puasa kita, shalat kita, rukuk dan sujud kita, serta doa-doa kita diterima oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya karim. Sungguh suasana hari ini adalah suasana yang dirindukan semua orang. Semua kaum muslimin berpakaian rapih dan bersih, berbondong-bondong melaksanakan ibadah. Sebagian ke masjid, sebagian yang lain ke lapangan. Tidak ada masalah. Mereka saling bertegur sapa sambil mengembangkan senyum terbaiknya.

Suasana idul fitri tahun ini semakin semarak dan damai karena seluruh umat islam Indonesia merayakan idul fitri di hari yang sama. Kita doakan, mudah-mudahan tahun depan dan seterusnya, kaum muslimin, terutama para tokoh dan ulama bersepakat untuk menyatukan kalender hijriyah sehingga tidak ada lagi sekelompok muslim merayakan hari raya, sementara yang lain masih berpuasa. Sungguh pemandangan ini tidak lucu dan sangat memalukan. Orang lain sudah sampai ke bulan, sementara kita sekadar melihat bulan saja berkelahi habis-habisan dan berselisih paham.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Ketahuilah bahwa tujuan semua ibadah, mulai dari shalat, zakat, puasa, dan haji adalah lahirnya orang-orang yang bertaqwa, la-allakum tat-taquun. Puasa ramadhan, termasuk seluruh rangkaian ibadah yang ada di dalamnya, baik berupa shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari adalah la-allakum tat-taquun. Pertanyaannya, apakah target dan tujuan itu telah tercapai? Sudahkan hari ini kita betul-betul menjadi orang yang bertaqwa? Sesungguhnya salah satu sifat yang menonjol bagi orang-orang betaqwa adalah senantiasa bersegera dalam meraih janji-janji dan ampunan Allah Subhanahu Wata'ala.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhan-Mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Ali Imran: 133).

Sangat mengagumkan, sekaligus membanggakan hati saat kita menyaksikan kaum muslimin begitu antusias dan bersemangat memenangkan perlombaan menuju maghfirah dan surga-Nya. Kita melihat di bulan Ramadhan, masjid-masjid dan mushalla-mushalla selalu penuh dengan jamaah, baik yang hendak menjalankan shalat maupun pengajian. Masjid dan mushalla menjadi pusat perlombaan menuju ampunan Allah dan surga-Nya, Pemandangan yang indah ini akan menjadi sempurna jika setelah Ramadhan masih dipertahankan. Alangkah indah dan membanggakannya, melihat kaum muslimin selama Ramadhan, telah menjadikan masjid sebagai pusat perlombaan ibadah, pusat beramal sholeh dan pusat persatuan ummat. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa selama Ramadhan, masjid telah menjadi pusat peradaban bagi orang-orang beriman dan bertaqwa.

Melalui mimbar yang mulia ini kami bertanya, maukah bapak-bapak, para jamaah shalat idul fitri, selepas Ramadhan, pada hari-hari di bulan Syawal dan seterusnya tetap memakmurkan masjid? Siapkah bapak-bapak menjadi pelopor untuk memakmurkan kembali masjid-masjid dan mushalla di lingkungan kita? Bersediakah para orangtua, bapak dan ibu menggiring anak- anaknya ke masjid sebagaimana mereka ke sekolah? Selanjutnya kepada ibu-ibu, bersediakan mengingatkan para suami agar melaksanakan shalat berjamaah di masjid? Maukah mendorong para suami untuk memakmurkan masjid sebagaimana ibu-ibu mendorong para suaminya pergi ke kantor atau tempat kerja?

Biasanya, para isteri menyiapkan sarapan dan seluruh peralatan kerja sebelum melepas para suami ke kantor, apakah hal yang sama juga ibu lakukan saat melepas suami ke masjid? Ketahuilah bahwa masjid bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa tidak kalah pentingnya dari kantor dan tempat kerja. Kebutuhan orang beriman kepada masjid itu ibarat ikan kepada air. Tanpa air ikan itu akan segera mati. Demikian juga orang yang beriman, tanpa masjid iman mereka akan layu, dan lama-lama akan mati. Tempat yang paling baik untuk memelihara iman adalah masjid. Tempat yang paling baik untuk mengembangkan peradaban islam adalah masjid. Tempat yang paling ideal untuk bapak-bapak dan anak-anak adalah masjid.

Mudah-mudahan melalui jamaah ’Idul Fitri’ yang hadir di tempat yang berkah ini, kita dapat menjadi pelopor untuk menghidupkan kembali masjid-masjid yang ada sebagai pusat peradaban ummat islam. Sehingga potensi sumber daya manusia serta sumber daya alam yang di miliki ummat islam saat ini dapat ditingkatkan mutu dan kuwalitasnya sehingga dapat berdaya guna baik untuk masyarakat, bangsa maupun agama. Selanjutnya, agar kita bisa memahami sejauh mana ’Urgensi Masjid’ sebagai pusat peradaban bagi orang-orang beriman dan bertaqwa, maka ada baiknya jika kita kembali melihat firman Allah Subhanahu Wata'ala sebagai berikut;

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً ﴿١٨﴾

Artinya;“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah Ta’alaa, Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping Allah Ta’alaa.” (Al-Jin:18).

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Masjid berasal dari kata sajada - yasjudu - sujudan wa masjidan, yang artinya patuh, taat, dan tunduk dengan penuh hormat dan tadzim. Maka urgensi masjid adalah merupakan tempat sujud beribadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala semata. Masjid memiliki fungsi yang sangat strategis untuk mewujudkan visi dan cita-cita besar ummat Islam yaitu membangun peradaban Islam. Sejarah telah telah mencatat bahwa Masjid pada masa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang kita kenal dengan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, merupakan simbol dan karya monumental dari kurun terbaik manusia. Allah Subhanahu Wata'ala memberikan predikat kepada generasi terbaik ini sebagai khoirah ummah, ummat terbaik, sebagaimana firman-Nya:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿١١٠﴾

Artinya; “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali-Imran: 110).

Membangun peradaban adalah membangun manusia yang beradab. Untuk melahirkan orang-orang yang beradab, kita harus kembali ke tempat yang paling suci dan beradab pula yaitu masjid. Di tempat yang suci inilah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dahulu melakukan tarbiyah dan ta’dib. Itulah pula sebabnya, kenapa beliau segera membangun masjid Quba sebelum membangun masjid Nabawi di Madinah, padahal di Quba beliau hanya mampir sebentar. Itulah rahasianya, mengapa beliau membangun masjid Nabawi terlebih dahulu sebelum membangun rumah tinggalnya sendiri. Masjid Quba sebagai masjid pertama yang dibangun Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memang sangat sederhana, demikian juga masjid Nabawi. Akan tetapi fungsi masjid saat itu sangat sentral, menjadi urat nadi kehidupan kaum muslimin. Di tempat yang sederhana tersebut Rasulullah dan para sahabat beribadah dan bermuamalah. Di tempat yang sederhana itu pula ummat islam dipersatukan dalam ukhuwwah Islam yang solid dan kuat.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Kalau kita memperhatikan secara seksama aktifitas kaum muslimin di bulan Ramadhan, maka menjadikan masjid sebagai pusat peradaban islam itu mudah. Asal mau, itu tidak sulit. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh. Pertama-tama, menjadikan masjid sebagai pusat pemberdayaan intelektual. Selama Ramadhan sangat mudah dijumpai kaum muslimin sangat tekun membaca dan belajar, baik melalui membaca al-Qur’an, membaca buku, maupun mendengarkan ceramah dan kajian. Kebiasaan tersebut menggambarkan bahwa mayoritas ummat ini memiliki pemahaman yang baik terhadap perintah Allah Subhanahu Wata'ala dalam surah al-Alaq ayat 1 yaitu;

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”. (Al ‘Alaq: 1)

Ayat yang mulia ini merupakan perintah membaca yang sekaligus kewajiban untuk menuntut ilmu. Kewajiban ini mengandung konsekuwensi, terutama bagi orang-orang yang mendapatkan amanah sebagai takmir agar menjadikan masjid sebagai madrasah umat. Yang paling sederhana, warga sekitar masjid harus bebas dari buta huruf al-Qur’an. Jangan biarkan satupun anak muslim di sekitar masjid yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Datangi, data, dan ajak mereka mengaji. Kalau seseorang sudah belajar al-Qur’an, pelajaran yang lain akan menjadi mudah. Allah Subhanahu Wata'ala akan menambahkan kecerdasan orang- orang yang belajar Al-Qur’an.

Kedua, menjadikan masjid sebagai tempat memberdayakan spiritual dan perbaikan moral. Masjid harus memberikan rasa aman dan nyaman untuk melakukan peribadatan kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Menjadikan masjid sebagai tempat yang dirindukan, tempat yang menenangkan hati dan pikiran. Masjid sebagai tempat untuk bermuhasabah, instropeksi diri dan berdoa dalam menyelesaikan problematika kehidupan. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ
كَانَ مَشْهُوداً ﴿٧٨﴾وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً
مَّحْمُوداً ﴿٧٩﴾

Artinya; “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(Al-Israa’:78-79).

Mudah-mudahan melalui ketaatan beribadah serta niat yang ikhlas, kita dapat menegakkan shalat berjamaah serta sholat-sholat sunnah lainnya secara benar, khusyu’ dan penuh kenikmatan, terutama shalat tahajud di setiap akhir malam.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah Berikutnya, yang ketiga, hendaknya kita dapat memanfaatkan masjid sebagai pusat persatuan dan kesatuan ummat. Masjid merupakan tempat yang paling kondusif untuk menjaga kemurnian niat, kesucian ajaran Islam, dan pelaksanaan syariah Allah Subhanahu Wata'ala. Masjid seharusnya bebas dari berbagai macam isu dan kepentingan kelompok tertentu yang menyimpang dari tuntunan Qur’an dan Sunnah. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [٣:١٠٣]

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Ali Imron : 103)

kita simpulkan bahwa permasalahan yang menonjol adalah persoalan sosial ekonomi. Dan karena mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim maka yang paling menderita bahkan menjadi masyarakat marjinal atau pinggiran adalah ummat Islam. Solusinya adalah memaksimalkan potensi ekonomi ummat Islam, terutama melalui pengelolaan dana Zakat, Infaq dan Shadakah atau ZIS serta peningkatan kewirausahaan bersinergi dengan bank syariah, asuransi syariah, dan sebagainya. Masjid-masjid disarankan untuk bersinergi dengan Lembaga Amil Zakat Nasional atau LAZNAS yang telah mendapatkan ijin resmi dari pemerintah serta telah terbukti mampu bekerja secara profesional dan terpercay, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي
الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ ﴿٦٠﴾

Artinya; “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah:60).

Terakhir yang Kelima, adalah menjadikan masjid sebagai pusat kepemimpinan ummat Islam. Hal ini sangat penting, agar seluruh aktifitas ummat Islam dapat berjalan sesuai dengan tuntunan yang sebenarnya, yaitu menaati struktur kepemimpinan Islam yang terdapat dalam al- Qur’an.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً ﴿٥٩﴾

Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisaa’:59).

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah Agar lebih mudah memahami dan melaksanakan kepemimpinan dalam Islam mari kita perhatikan pidato Khalifah pertama Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, tatkala beliau dilantik menjadi pemimpin setelah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam wafat. Berikut ini adalah petikan pidato Abu Bakar Ash Shiddiq tersebut:

“Amma ba’du, saudaraku sekalian.., sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik diantara kalian. Jika aku berbuat kebaikan bantulah aku. Dan jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan”.

Dari pidato khalifah yang pertama itu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang perlu ditegakkan adalah pemimpin yang rendah hati. Bukan pemimpin yang sombong dan takabbur. Bukan pemimpin yang berkata kasar dan menyakitkan. Bukan pemimpin yang menggunakan tangan besi dan suka menggusur.

Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu menyatakan bahwa pada hakekatnya pemimpin tidak berbeda daripada rakyat biasa. Ia bukan orang istimewa. Tetapi hanya sekedar orang yang mendapatkan kepercayaan dan dukungan orang banyak. Di atas pundaknya terpikul satu tanggung jawab yang besar dan berat baik terhadap umat, masyarakat pada umumnya, terlebih lagi terhadap Allah Subhanahu Wata'ala. Jujur, amanah, dan berlaku adil dalam memelihara kepercayaan orang banyak adalah salah satu sifat kepemimpinan Islam yang terpenting.

Pemimpin yang baik adalah yang dekat dan dikelilingi oleh orang-orang yang shalih. Pemimpin harus meminta dan memperhatikan nasehat orang-orang shalih. Pemimpin senantiasa mengabdikan dirinya kepada Allah Subhanahu Wata'ala, serta memerintah berdasarkan ketentuan-Nya, kemudian bersabar karena-Nya sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata 'ala:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ ﴿٢٤﴾

Artinya; “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (As-Sajadaah: 24).

Yang paling penting, jangan sampai ummat Islam menyerahkan kepemimpinannya kepada orang lain. Bagaimana mungkin seorang pemimpin non-muslim dapat melakukan fungsi
yahduna bi amrina?

Demikianlah urgensi masjid sebagai pusat membangun peradaban Islam. Masyarakat Islam harus terus diajak memakmurkan masjid. Ummat harus diajak untuk menegakkan shalat berjamaah di masjid.

Akhirnya, untuk mengakhiri khutbah ini, marilah kita berdo’a, mudah-mudahan Allah Subhanahu Wata'ala menempatkan kita termasuk orang-orang bertaqwa dan menyatukan kita di surga-Nya. Amiiin yaa Rabbal ‘alamin….


جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Contoh Khutbah Ke 2 Idul Fitri

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ.

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالأَفْرَاحِ وَالسُّرُوْرِ وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ اْلأُجُوْرِ، فَسُبْحَانَ مَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فِطْرَهُ وَحَذَّرَ فِيْهِ مِنَ الْغُرُوْرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَهُوَ أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ وَأَجَلُّ مَشْكُوْرِ. أَشْهَدُ أَنَّ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَشْرَحُ اللهُ لَهَا لَنَا الصُّدُوْرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِىْ أَقَامَ مَنَارَ اْلإِسْلاَمِ بَعْدَ الدُّثُوْرِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّابَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ. فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ. وَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ؛ إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمٍِ الدِّيْنِ. وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأْ َمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمَشْرِكِيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ الْحَاسِدِيْنَ. وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنَا وَأَهْلِكْ مَنْ أَرَادَنَا بِالسُّوْءِ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلإِِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.

اللهُ أَكْبَرُ، عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Bagi siapa saja yang membutuhkan panduan dari isi khutbah idul fitri lengkap, silahkan ambil contoh di atas. Apabila kurang cocok maka bisa mencari lagi pembahasn sama yang masih berhubungan dengan kumpulan khutbah idul fitri 2019 terbaik contoh materi yang menyentuh hati membuat jamaah menangis singkat tentang kematian, zakat fitrah, ramadhan dan lain sebagainya.
Sumber http://santriema.blogspot.com/