Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Civic Education

MAKALAH CIVIC EDUCATION KONSEP DEMOKRASI 

PENGARUH KEHARMONISAN DAN EKONOMI KELUARGATERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS Xl Sekolah Menengan Atas 3 BENGKULU


 BAB I

PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Latar belakang saya menentukan dampak keharmonisan ekonomi keluarga terhadap perestasi berguru siswa sebagai tema pembahasan dalam kiprah penelitian saya ialah lantaran saya menemukan banyak remaja yang tergolong bermasalah dan meakukan penyimpangan. saya mengetahui bahwa kebanyakan dari remaja tersebut berasal dari keluarga yang kondisinya kurang harmonis. Disamping untuk memenuhi saya sangat tertarik untuk mendalami dan meneliti masalah ini. Tentunya biar mengetahui lebih banyak lagi informasi yang berdasarkan fakta dan sanggup mempunyai kegunaan di kemudian hari.
Dan biar kita mengetahui sebab-akibat dan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya. Juga untuk menunjukan kebenaran persepsi masyarakat atas cap jelek yang menempel pada remaja melalui kumpulan pendapat masyarakat umum maupun berdasarkan ilmu pengetahuan sosial. Sehingga kita bisa lebih peka dan cerdas dalam memandang,menilai dan mengatasi suatu hal khususnya dalam masalah ibarat ini.
Didalam kehidupan rumah tangga, tentu dibutuhkan yang namanya keharmonisan. Rumah tangga yang selalu terjaga keharmonisan tentu akan senantiasa infinit dan langgeng hubungannya. Namun berbeda dengan korelasi rumah tangga yang tidak harmonis, setiap hari niscaya ada suatu hal yang perlu dipertengkarkan.

   B.     Rumusan
1.      Mengapa tingkat keharmonisan keluarga sangat penting? 
2.      Mengapa remaja “Broken Home” cenderung mempunyai huruf buruk?
3.      Siapa saja yang harus terlibat dalam menuntaskan masalah ini? 
4.      Bagaimana teladan keluarga yang bisa disebut sebagai keluarga “Broken Home” ?
5.      Bagaimana cara menghindari/mencegah hal ini terjadi ?
     C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tingkat keharmonisan keluarga.
2.      Untuk mengetahui remaja “Broken Home” cenderung mempunyai huruf buruk.
3.      Untuk mengetahui siapa saja yang harus terlibat dalam menuntaskan masalah ini.
4.      Untuk mengetahui teladan keluarga yang bisa disebut sebagai keluarga “Broken Home”.
5.      Untuk mengetahui  cara menghindari/mencegah hal ini terjadi .

     D.    Manfaat
Dalam suatu penelitian diharapkan bisa menghasilkan suatu yang bermanfaat bagi semua pihak, yang berkepentingan sehingga penelitian ini mengharapkan bisa memperlihatkan manfaat sebagai berikut :
1.      Dapat dipakai sebagai motivasi keluarga untuk meningkatkan kualitas keharmonisan keluarga sehingga sanggup membuat suasana kondusif dan nyaman.
2.      Dapat dipakai sebagai motivasi keluarga untuk meningkatkan kualitas pendapatan keluarga sehingga sanggup memenuhi kebutuhan keluarga.
3.      Dapat dipakai sebagai motivasi keluarga untuk meningkatkan kualitas keharmonisan dan kualitas pendapatan keluaga.
    E.     Devenisi Istilah
Dalam kehidupan rumah tangga atau sering disebut keluarga tentu akan mencicipi banyak sekali macam hal yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Suasana gres yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Didalam kehidupan rumah tangga, tentu dibutuhkan yang namanya keharmonisan. Rumah tangga yang selalu terjaga keharmonisan tentu akan senantiasa infinit dan langgeng hubungannya. Namun berbeda dengan korelasi rumah tangga yang tidak harmonis, setiap hari niscaya ada suatu hal yang perlu dipertengkarkan.
Penyebab ketidak harmonisan keluarga pun bermacam-macam. Bisa lantaran tidak cocok nya sehabis menikah dan punya keturunan. Bisa juga lantaran masalah ekonomi, masalah kasih sayang dan perhatian yang kurang, dan lain sebagainya. Untuk membuat kehidupan rumah tangga tetap harmonis, tentunya harus tetap menjaga komunikasi, kasih sayang, perhatian, dan juga rasa saling pengertian. Jika rumah tangga bisa hidup harmonis, niscaya akan mencicipi keuntungannya yang sungguh luar biasa yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Baik itu bermanfaat untuk kesehatan, kecantikan, dan tentunya kelanggengan.
Keluarga merupakan lingkungan dimana anak mengenal dunianya, walau sementara hanya sebatas anggota keluarga saja. Namun dari keluarga inilah seorang anak akan terbentuk perilakunya yang akan dibawa hingga remaja dan bahkan hingga mati. Oleh lantaran itu keluarga harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tercipta kondisi yang aman, tenang, nyaman dalam keluarga yang akan membentuk sikap yang baik setiap anggota keluarga. Sering kita temui keluarga merupakan jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dalam kehidupan sosial dimana ia sebagai orang remaja kelak akan melaksanakan peranya. Dalam kebudayaan masayrakat jiwa seseorang akan dipandang remaja ketika ia menika. Apabilah seseorang belum menika masayrakat harus memandangnya sebatas pemudi.
Keluarga sanggup dipersatukan tampa ikatan ijab kabul orang yang dipersatukan oleh ikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan anak, ikatan ini  mempunyai dasar aturan lantaran didasarkan suka sama suka atau saling menyayangi . apabila terdapat kesadara atar keduanya untuk merawat dan membesarkan anak maka korelasi ini akan berlangsung selama tidak terjadi perpecahan. Namun kebanyakan yang terjadi perempuan ditinggal bersama anak-anaknya dan bahkan pria pergi bersama perempuan lain, dengan alasan telah jenuh atau bertengkar. Keadaan tersebut sanggat merugikan pihak perempuan dan besar lengan berkuasa bagi perkembangan anak lantaran selain tidak menerima harta warisa, perempuan tersebut harus membesarkan anak sendirian walaupun kadang kala menerima dukungan dari lelakinya. Selain itu perempuan dipandang rendah oleh masyrakat sekitarnya dan dipandang sebagai perempuan murahan.
BAB II
  LANDASAN TEORI
A.   Prestasi Belajar
Pengertian Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan sikap insan dan ia meliputi segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Menurut Gagne dan Berliner dalam Anni (2004: 2) menyatakan bahwah berguru merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya lantaran hasil dari pengalamannya.
Menurut Witherington dalam Purwanto (2004: 84) mengemukakan: “Belajar ialah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola gres daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebisaan, kepandaian atau suatu pengertian.” Sedangkan berdasarkan Slameto (2003: 2) ”belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Unsur-unsur berguru Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat banyak sekali unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Menurut Gagne dalam Anni (2006: 4), beberapa unsur – unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan suatu perubahan sikap antara lain:
a)         Pembelajaran Dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajaran mempunyai organ pengideraan yang dipakai untuk menangkap rangsangan otak yang dipakai untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang dipakai untuk menampilkan kinerja yang memperlihatkan apa yang telah dipelajari.
b)        Rangsangan (stimulus) Peristiwa yang merangsang penginderaan yang dipakai pembelajar disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya.
c)         Memori Memori pembelajar berisi banyak sekali kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan berguru sebelumnya.
d)        Respon Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memperlihatkan respon terhadap stimulus tersebut.
     Pengertian prestasi berguru “Prestasi berguru ialah hasil suatu penilaian keterampilan dan sikap sebagai hasil berguru yang dinyatakan dalam bentuk nilai”.  Menurut Rusyan (1994: 21), “prestasi berguru merupakan hasil dari planning dan pelaksanaan proses belajar, sehingga dibutuhkan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data yang obyektif dan memadai”. 11 Menurut Suryabrata (2002: 233 ), “prestasi berguru yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal) individu”. Menurut Tulus Tu’u (2004: 75) menyatakan bahwa “prestasi berguru siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap kiprah siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya”. Dari beberapa pengertian diatas maka prestasi berguru ialah hasil berguru yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan kiprah dan kegiatan pembelajaran disekolah. Prestasi berguru akuntansi merupakan prestasi berguru yang dicapai oleh siswa kompetensi keahlian akuntansi sehabis mendapatkan materi akuntansi yang disampaikan guru dalam aktifitas berguru di sekolah.
Dalam kegiatan berguru mengajar, banyak faktor yang menghipnotis prestasi berguru siswa. Faktor itu terdiri dari faktor intern dan ekstern siswa. Belajar akuntansi berbeda dengan pelajaran yang lain, lantaran didalam pelajaran akuntansi dibutuhkan keseriusan, ketelitian, keuletan, dan keterampilan dalam mengerjakan latihan soal. Prestasi berguru akuntansi merupakan hasil yang telah dicapai siswa pada pelajaran akuntansi dengan cara guru melaksanakan ulangan harian. Berdasarkan pengertian diatas sanggup disimpulkan bahwa prestasi berguru akuntansi merupakan hasil berguru akuntansi yang diperoleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai ulangan harian siswa.
 Faktor-faktor yang menghipnotis prestasi berguru Faktor-faktor yang menghipnotis prestasi berguru antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda, hal ini menyebabkan prestasi yang dicapai masing-masing individu tidak sama. Banyak faktor yang menghipnotis keberhasilan siswa. Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (2003: 54) faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut :
1.    Faktor internal (faktor dari dalam siswa) Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar, yang meliputi:
a.    Faktor Jasmaniah Kondisi jasmaniah umumnya sangat besar lengan berkuasa terhadap prestasi berguru siswa. Proses berguru seseorang akan tergantung bila kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang sanggup berguru dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan wacana bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak yang terpenuhi gizinya. Mereka cepat lelah, mengantuk dan sulit mendapatkan pelajaran.
b.    Faktor Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja besar lengan berkuasa terhadap proses berguru yang telah bersifat psikologis. Beberapa faktor psikologis yang utama antara lain: minat, intelegensi, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan.
c.    Faktor kelelahan Kelelahan meliputi kelelahan jasmani, ini sanggup terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani sanggup dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa sanggup menghindari jangan hingga terjadi kelelahan dalam belajarnya.
2.    Faktor eksternal (faktor dari luar) Faktor ekstern yang besar lengan berkuasa terhadap belajar, sanggup dikelompokkan menjadi 3 faktor: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a.         Lingkungan keluarga Siswa yang berguru akan mendapatkan dampak dari keluarga berupa: cara orang bau tanah mendidik, kekerabatan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b.         Lingkungan sekolah Faktor-faktor sekolah yang menghipnotis belajar, meliputi metode mengajar, kurikulum, kekerabatan guru dengan siswa, kekerabatan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode berguru dan kiprah rumah. Yaitu guru, peralatan belajar, laboratorium, gedung.
c.         Lingkungan masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga besar lengan berkuasa terhadap berguru siswa. Pengaruh ini terjadi lantaran keberadaan siswa dalam masyarakat. Pada uraian ini membahas wacana kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya menghipnotis berguru siswa. Yaitu teman bergaul, lingkungan tetangga, kegiatan dalam masyarakat.
 B.  Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
Pengertian orang bau tanah / keluarga Dalam kamus besar bahasa Indonesia orang bau tanah berarti ayah dan ibu kandung atau dua orang yang sudah bau tanah (cerdik, pandai, ahli). Menurut Nasution (1989: 1) yang dimaksud dengan orang bau tanah ialah ”setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan seharihari lazim disebut ibu bapak”.
Sedangkan keluarga ialah kelompok sosial terkecil, dan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang didapat anak. Ayah ibu dan saudara-saudara serta keluarga yang lain ialah orang-orang yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak,mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajarkan bawah umur untuk hidup sebagaimana ia hidup dengan orang lain hingga bawah umur memasuki dingklik sekolah. Orang bau tanah akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bagaimana orang bau tanah mendidik anaknya menentukan perkembangan anak-anaknya.
Menurut Ahmadi (1997: 242) ”keluarga ialah 14 suatu kesatuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri dan bawah umur (jika ada) yang didahului oleh suatu perkawinan”. Dari beberapa pengertian diatas maka sanggup disimpulkan bahwa keluarga ialah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dijiwai dengan rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
Kondisi sosial ekonomi orang tua/keluarga Kondisi sosial ekonomi orang bau tanah merupakan perpaduan antara kondisi sosial dan ekonomi orang bau tanah masing-masing murid. Menurut Soekanto (1998: 233)” kondisi sosial ialah keadaan sosial berkenaan dengan sikap interpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial. Atau berkenaan dengan masyarakat ”. Suatu proses sosial akan terjadi apabila ada interaksi sosial. Menurut Gerungan (2009: 31) interaksi sosial merupakan suatu korelasi antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu menghipnotis atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, dan dalam keluarga, interaksi sosial didasarkan atas rasa kasih sayang antara anggota keluarga, yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, berguru bekerja sama dan bantu membantu. Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa`kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap masa depan anggota keluarga. 15 Berikut ini beberapa faktor sosial orang bau tanah yang sanggup menghipnotis perkembangan anak (Gerungan, 2009; 199):
a)         Keutuhan keluarga Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga ialah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa keluarga terdiri dariayah, ibu, dan anak. Apabila salah satu unsur keluarga diatas tidak ada, maka struktur keluarga tidak utuh. Ketidak utuhan keluarga besar lengan berkuasa negatif terhadap perkembangan sosial anak. Pengaruh negatif itu bisa menghipnotis kecakapan-kecakapan anak disekolah. Dalam penilaian kaum psikologi, bawah umur dari keluarga utuh memperoleh nilai psikologis yang lebih baik dari pada bawah umur dari keluarag utuh dalam hal fleksibilitas, pembiasaan diri, pengertian akan orang-orang dan situasi diluarnya, dan dalam hal pengendalian diri.
b)        Sikap dan kebiasaan orang bau tanah Umumnya sikap mendidik yang otoriter, overprotective, sikap penolakan orang bau tanah terhadap bawah umur sanggup menjadi suatu hambatan bagi perkembangan sosial anak.
c)         Status anak Yang dimaksud dengan status anak ialah status anak sebagai anak sulung, anak bungsu atau anak tunggal. Selain itu status anak sebagai anak tiri juga menghipnotis interaksi sosial keluarga. Kondisi ekonomi orang bau tanah ialah kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indra insan wacana keadaan orang bau tanah dan kemampuan orang bau tanah dalam memenuhi kebutuhannya Menurut Suradjiman (1996: 102) ”kondisi ekonomi ialah kenyataan yang terlihat atau yang terasakan oleh indera insan wacana keadaan orang bau tanah dan kemampuan orang bau tanah dalam memenuhi kebutuhannya”.      Permasalahan keluarga yang utama ialah usaha keluarga untuk sanggup memenuhi kebutuhan sehingga sanggup mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang dimaksud ialah kebutuhan jasmani (material) dan kebutuhan rohani (spiritual). 16 Menurut Maslow dalam Anni (2004: 124) kebutuhan insan dikelompokkan menjadi :
1)        Kebutuhan usaha Peduli pada keberadaan diri : bisa makan,   minum, dan hidup pada ketika sekarang.
2)         Kebutuhan keamanan Hari esok ialah pasti: mempunyai sesuatu yang teratur dan sanggup diprediksi pada diri sendiri, keluarga dan kelompok.
3)        Kebutuhan untuk mempunyai dan dimiliki Diterima sebagai anggota kelompok : mengetahui bahwa anak lain menyadari pada dirinya dan ingin anak menjadi miliknya anak lain.
4)         Kebutuhan penghargaan Diakui sebagai individu unik yang mempunyai kemampuan tertentu dan karakteristik yang sanggup dihargai : individu yang khas dan berbeda.
5)        Kebutuhan pengetahuan Memiliki susukan terhadap informasi dan susila istiadat : mengetahui cara-cara mengerjakan sesuatu ; ingin mengetahui wacana makna suatu benda, insiden dan simbol.
6)        Kebutuhan untuk memahami Pengetahuan hubungan, sistem dan proses yang diungkapkan dalam teori yang luas, integrasi pengetahuan kedalam struktur yang luas.
7)        Kebutuhan keindahan Apresiasi terhadap keteraturan dan keseimbangan hidup, rasa, keindahan dan kecintaan terhadap semua anak. Kondisi ekonomi berperan penting dalam pendidikan anak. Menurut Gerungan (2009: 196), peranan kondisi ekonomi dalam pendidikan anak memegang satu posisi yang sangat penting.
Dengan adanya perekonomian yang cukup memadai, lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarganya terperinci lebih luas, maka ia akan menerima kesempatan yang lebih luas juga untuk menyebarkan kecakapan yang tidak sanggup ia kembangkan tanpa adanya sarana dan prasarana itu. 17 Kondisi sosial ekonomi orang bau tanah / keluarga sanggup dilihat dari beberapa hal seperti:
1)        Pendidikan orang bau tanah Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik biar sanggup berperan aktif dan positif dalam hidupnya kini dan yang akan tiba (UU RI No.20 Tahun 2003, wacana SPN). Menurut Dalyono (2007: 5) menyatakan bahwa pendidikan ialah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laris yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial maka pendidikan menyediakan pemenuhan kepentingan individu dan masyarakat yang saling melengkapi satu sama lain. Dengan pendidikan, perubahan dan perkembangan individu semakin remaja memberi cara dan target untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara eksklusif membawa perubahan dan perkembangan masyarakat kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan orang bau tanah dalam mendewasakan anak dipengaruhi adanya pendidikan orang bau tanah yang tinggi, sehingga anak sanggup tumbuh dan berkembang dengan normal dan sanggup melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pelajar yaitu berguru dengan baik.
2)        Pendapatan orang bau tanah Menurut Sumardi dalam Sumarto (2006: 14) ”pendapatan ialah jumlah penghasilan riil seluruh anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam keluarga”.
Pendapatan ialah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan dari penjualan barang atau jasa dalam waktu tertentu. Pendapatan sanggup dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang atau jasa. Pendapatan yang diterima seseorang akan membawa orang tersebut dalam pengesahan tingkatan status sosial dalam masyarakat, dimana akan ada penghargaan dan kehormatan khusus atas pendapatan dan kepemilikan suatu harta yang perlu dihargai baik yang berupa uang, benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan maupun ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) serta pengukuhan kemapanan kehidupan ekonominya. Tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan mempunyai keterkaitan yang erat. Tingkat pendapatan orang bau tanah akan besar lengan berkuasa terhadap proses pendidikan anak-anaknya, lantaran tingkat pendapatan orang bau tanah berperan dalam mendukung pembiayaan pendidikan, penyediaan sarana dan prasarana bagi kelancaran pendidikan anak-anaknya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa seorang sanggup berhasil dalam pendidikanya walaupun ia berasal dari keluarga yang kondisi sosialnya rendah. Faktor-faktor yang menghipnotis pendapatan bermacam-macam, ibarat jenis pekerjaan atau jabatan, tingkat pendidikan dan masa kerja.
3)        Tingkat pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup Secara alamiah insan tidak sanggup dipisahkan dari kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan insan tidak terbatas baik secara jumlah maupun jenisnya dan impian yang dimiliki sangat terbatas, sehingga menyebabkan masalah bagaimana cara pemenuhan yang harus dilakukan Semakin tinggi kemampuan ekonomi seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan yang dipakai untuk memenuhi kebutuhannya dan mencapai keinginannya.
Begitu pula dengan keluarga yang tingkat pendapatanya semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan orang bau tanah dalam memenuhi banyak sekali kebutuhan anak. Orang bau tanah atau keluarga dikatakan sejahtera apabila di dalam keluarga tersebut terpenuhi semua kebutuhannya, keselamatannya, ketentramannya, dan kemakmurannya baik lahir maupun batin. Menurut P.A Samuelson dalam Sumarto bahwa tingkat pengeluaran keluarga dipengaruhi oleh :
1) Tingkat pendapatan
2) Jumlah anggota keluarga
3) Lingkungan sosial ekonomi
d. Jumlah tanggungan orang bau tanah / keluarga Semakin banyak jumlah tanggungan orang bau tanah maka berarti dana yang dibutuhkan akan semakin banyak untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini berdampak pada alokasi dana yang diberikan untuk 20 pembiayaan pendidikan bagi anak-anak, apabila tanggungan keluarga banyak maka dana yang dalokasikan untuk pendidikan anak akan semakin sedikit lantaran dana itu bukan hanya untuk pendidikan anak tetapi juga harus dipakai untuk memenuhi kebutuhan lain.
Sosial ekonomi ialah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok insan yang ditentukan oleh jenis kegiatan ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan berdasarkan Soekanto (2001) ”sosial ekonomi ialah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya”. Menurut Soekanto (2001:237) menyatakan bahwa komponen pokok kedudukan sosial ekonomi meliputi:
a. Ukuran kekayaan
b. Ukuran kekuasaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan Pada dasarnya tingkat sosial ekonomi masyarakat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Golongan atas Terdiri dari kelompok orang kaya yang sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan secara berlebihan dan berlimpah ruah.
2. Golongan menengah 21 Terdiri dari kelompok yang berkecukupan yang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (primer) terdiri dari pangan, sandang, papan.
3. Golongan bawah Terdiri dari kelompok orang miskin yang masih belum bisa memenuhi kebutuhan primer Menurut Abdulsyani dalam Khudriatun (2005: 20) beropini bahwa faktor yang sanggup menentukan stratifikasi sosial ekonomi ialah :
a.    Memiliki kekayaan yang bernilai ekonomis
b. Status materi dasar fungsi dalam pekerjaan
c. Kesalehan dalam beragama
d. Latar belakang rasial dan lamanya seseorang tinggal disuatu tempat
e. Status dasar keturunan
f. Status dasar jenis kelamin dan umur. Selanjutnya berdasarkan Surjono dalam Khudriatun (2005:21) faktor-faktor yang menghipnotis keadaan sosial ekonomi ialah :
a. Tingkat pendapatan
b. Gaya hidup
c. Jumlah, susunan, umur anggota keluarga
d. Status sosial
e. Keadaan harga barang yang sanggup dibeli
f. Psikologi Berdasarkan beberapa uraian teori diatas, sanggup disimpulkan bahwa indikator yang dipakai peneliti untuk parameter tingkat kondisi sosial ekonomi orang bau tanah dalam penelitian ini adalah:
a. Tingkat pendidikan orang bau tanah
b. Tingkat pendapatan atau penghasilan
c. Pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan
 d. Kecerdasan Emosional ialah didefiniskan bermacam-macam berdasarkan Anita E.Woolfok dalam Melandy, Widiastuti dan Aziza (2007: 5) bahwa “menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi gres ataupun lingkungan pada umumnya”. Menurut Munandar dalam Amin (2003: 1) “kecerdasan ialah kemampuan untuk berfikir abstrak, kemampuan untuk mengungkap hubungan-hubungan dan belajar, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi baru”. Selanjutnya berdasarkan Efendi (2005: 81), “kecerdasan ialah kemampuan untuk memecahkan atau membuat sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu”. Dari beberapa pendapat wacana kecerdasan, pada pada dasarnya kecerdasan ialah kemampuan yang dimiliki masing-masing individu dalam mencermati hal-hal yang terjadi, kemampuan menuntaskan masalah dan menyikapinya , serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat. Tingkat kecerdasan antar satu orang dengan orang yang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan ada faktor yang mempengaruhinya. Menurut Djaali (2007: 74)
faktor yang menghipnotis kecerdasan antara lain:
1. Faktor pembawaan Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa seseorang semenjak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.  
2. Faktor Minat dan pembawaan yang khas Dalam diri insan terdapat atau motif yang mendorong insan untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang dimintai oleh insan sanggup memperlihatkan dorongan untuk berbuat lebih ulet dan lebih baik.
3. Faktor pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang menghipnotis perkembangan intelegensi. Faktor pembentukan sanggup dibedakan menjadi dua yaitu: pembentukan sengaja, ibarat yang dilakukan di sekolah, dan pembentukan tidak disengaja, contohnya dampak alam sekitar.
4. Faktor kematangan Tiap organ dalam diri insan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. setiap organ insan baik fisik maupun psikis, sanggup dikatakan telah matang bila ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
5. Faktor kebebasan Manusia sanggup menentukan metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengertian kecerdasan emosional Emosi ialah luapan perasaan dalam tubuh kita akhir respon terhadap insiden yang terjadi. berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia emosi ialah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis ( ibarat kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberaniaan yang bersifat subyektif). Menurut Cooper dan Sawaf dalam Efendi (2005: 176) “kata emosi bisa secara sederhana didefinisikan secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan”. Semua emosi pada dasarnya ialah dorongan untuk bertindak, planning seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-ansur oleh evolusi. Akar kata emosi ialah movere kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak” ditambah awalan “e- “untuk memberi arti “bergerak menjauhi”, menyiratkan bahwa 24 kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Golleman, 2002: 7) Menurut Djaali (2007: 38).
 emosi sanggup timbul lantaran disebabkan beberapa faktor, yaitu:
 1. Rangsangan yang menyebabkan emosi Emosi timbul dari rangsangan (stimulus). Rangsangan sanggup timbul dari dorongan, impian atau minat yang terhalang, baik disebabkan oleh tidak atau kurangnya kemampuan individu untuk memenuhi atau menyenangkan.
2.   Perubahan fisik dan fisiologis Perubahan fisik dan fisiologis sanggup dipengaruhi oleh Rangsangan yang menyebabkan emosi. Jenis perubahan secara fisik sanggup diamati pada diri seseorang selama tingkah lakunya dipengaruhi oleh emosi. Adapun secara fisiologis, perubahan tidak tampak dari luar, biasanya sanggup diketahui melalui investigasi atau tes dari para hebat ilmu jiwa. Kecerdasan emosi ialah kemampuan untuk mencicipi emosi, mendapatkan dan membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga sanggup meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual. Salovey dan Mayer sebagai penggerak istilah kecerdasan emosional mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan himpunan penggalan dari keterampilan sosial yang melibatkan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan memakai informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Menurut berdasarkan Cooper dan Sawaf (2002: xv) “
  kecerdasan emosional ialah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan dampak yang manusiawi”. 25 Selanjutnya dalam Working With Emotional Intelligence (1999: 512).
Kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pandai dalam memakai emosi. “Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seseorang, melainkan pada sesuatu yang dahulu yang disebut karakteristik pribadi” (Shapiro 2003: 4). Efendi (2005: 183) menyampaikan bahwa ”kecerdasan emosional ialah kecerdasan yang sangat dibutuhkan untuk berprestasi.
Arti penting IQ, EQ dan SQ Kecerdasan yang paling utama dimiliki insan ialah Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan Intelektual atau IQ ialah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan memakai alat-alat berpikir. Kecerdasan ini ialah sebuah kecerdasan yang memperlihatkan kita kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan mempunyai daya kreasi serta inovasi.Dalam dunia pendidikan, tingkat kecerdasan seseorang biasanya diukur oleh tingkat IQ 26 (Intelegence Quotient).
Semakin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasan orang tersebut. Pemahaman ibarat itu diyakini semua pihak bahwa siapa saja yang ber IQ tinggi, kelak bakal sukses hidupnya ketimbang orang yang IQ nya rata-rata. Padahal kecerdasan orang tidak hanya diukur oleh IQ semata. Bukti telah banyak memperlihatkan bahwa pengangguran banyak dialami oleh sarjana yang hanya mempunyai kecerdasan akademis. Namun sebaliknya kesuksesan bisa diraih oleh mereka yang tidak sekolah atau kuliah. Hasil penelitian Daniel Goleman menyebutkan bahwa IQ hanya memberi bantuan 20% saja dari kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya bergantung pada kecerdasan emosi (EQ) dan sosial yang bersangkutan. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul dan tidak sanggup mengontrol emosinya. Sebaliknya, bawah umur yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja, ibarat kenakalan, tawuran, narkoba, minuman keras, sikap seks bebas dan sebagainya.
Oleh lantaran itu, penting sekali mengajari bawah umur ketrampilan mengendalikan emosi. Karena dengan kemampuan tersebut bawah umur akan lebih bisa mengatasi banyak sekali masalah yang timbul selama dalam proses menuju insan remaja sehingga mereka akan lebih bisa mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Mengingat begitu pentingnya emosi dalam sikap dan tindakan seseorang, maka untuk menyebarkan kecerdasan emosi perlu diajarkan ketrampilan emosi semenjak dini. Dengan demikian Emotional Quotient (EQ) sama pentingnya dengan intelegence quotient (IQ). EQ memberi kesadaran mengenai perasaan, menyayangi diri 27 sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberi rasa empati, cinta, motifasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Sebagaimana dinyatakan Goleman, ”EQ merupakan persyaratan dasar untuk memakai IQ secara efektif. Jika bagian-bagian otak yang merasa telah rusak, maka kita sanggup berpikir efektif”.
Selain IQ dan EQ, ada “Q” ketiga yang terdapat dalam diri manusia, yaitu SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan problem makna-makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan sikap dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. SQ ialah landasan yang dibutuhkan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi. Untuk menumbuhkan kecerdasan siswa bisa dilakukan dengan menajamkan kualitas kecerdasan spiritual siswa melalui nilai-nilai yang ditanamkan semenjak dini. Seperti kejujuran, keadilan, kebajikan, kebersamaan, kesetiakawanan sosial dan lainnya. Sedangkan guru harus berusaha menjadi teladan bagi siwa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan SQ melalui kegiatan yang diikuti, tapi juga bisa meneladani sosok guru mereka.
Komponen kecerdasan emosional Goleman (2002: 513-514) mengemukakan bahwa ada lima aspek kecerdasan emosional, yaitu:
a. Pengenalan Diri atau Kesadaran diri Pengenalan Diri atau Kesadaran diri yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang rasakan pada suatu ketika dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keputusan bagi diri sendiri. Memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri serta mempunyai kepercayaan diri yang kuat. Ditambahkan oleh 28 Goleman bahwa kesadaran diri memungkinkan pikiran rasional memperlihatkan informasi penting untuk menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan. Pada ketika yang bersamaan, kesadaran diri bisa membantu mengelola diri sendiri dan korelasi antarpersonal serta menyadari emosi dan pikiran sendiri. Semakin tinggi kesadaran, semakin pandai dalam menangani sikap negatif diri sendiri. Ada beberapa cara untuk menyebarkan kekuatan dan kelemahan dalam pengenalan diri yaitu, introspeksi diri, mengendalikan diri, membangun kepercayaan diri, mengenal dan mengambil wangsit dari tokoh-tokoh teladan, dan berfikir positif dan optimis wacana diri sendiri. b. Pengendalian diri atau Pengaturan diri Pengendalian diri atau Pengaturan diri yaitu kemampuan seseorang menangani emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan bisa pulih kembali dari tekanan emosi. Orang dengan kecakapan ini bisa mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsive dan emosi-emosi yang menekan mereka, tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat, serta berfikir dengan jernih dan tetap fokus kendati dalam tekanan.
c. Motivasi diri Motivasi diri yaitu kemampuan memakai hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, bisa mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta bisa bertahan mengahadapi kegagalan dan frustrasi. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan ialah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memperlihatkan perhatian, untuk memotifasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri dan untuk bereaksi. Kendati diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati ialah landasan keberhasilan dalam banyak sekali bidang.
d. Empati Empati yaitu kemampuan untuk mencicipi apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan korelasi saling percaya, dan bisa menyelaraskan diri dengan banyak sekali tipe orang. Orang yang empatik lebih bisa menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkanapa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
 e. Keterampilan sosial Keterampilan sosial yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik ketika bekerjasama sosial dengan cermat, sanggup berinteraksi dengan lancar, memakai keterampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menuntaskan permasalahan dan bekerja sama dengan tim. 29 Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Oarngorang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka ialah bintang-bintang pergaulan. Indikator kecerdasan emosional Yang menjadi indikator kecerdasan emosional ialah :
a. Pengenalan diri atau kesadaran diri
b. Pengendalian diri atau pengaturan diri
c. Motivasi
d. Empati keterampilan sosial
C.   Keharmonisan Keluarga
Dalam kehidupan rumah tangga atau sering disebut keluarga tentu akan mencicipi banyak sekali macam hal yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Suasana gres yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Didalam kehidupan rumah tangga, tentu dibutuhkan yang namanya keharmonisan. Rumah tangga yang selalu terjaga keharmonisan tentu akan senantiasa infinit dan langgeng hubungannya. Namun berbeda dengan korelasi rumah tangga yang tidak harmonis, setiap hari niscaya ada suatu hal yang perlu dipertengkarkan dan akan berdampak kepada banyak orang terutama didalamkeluarga itu sendiri yang meliputi bawah umur yang akan menjadi korban dari itu semuanya.
Penyebab ketidak harmonisan keluarga pun bermacam-macam. Bisa lantaran tidak cocok nya sehabis menikah dan punya keturunan. Bisa juga lantaran masalah ekonomi, masalah kasih sayang dan perhatian yang kurang, dan lain sebagainya. Untuk membuat kehidupan rumah tangga tetap harmonis, tentunya harus tetap menjaga komunikasi, kasih sayang, perhatian, dan juga rasa saling pengertian. Jika rumah tangga bisa hidup harmonis, niscaya akan mencicipi keuntungannya yang sungguh luar biasa yang mungkin belum dirasakan sebelumnya. Baik itu bermanfaat untuk kesehatan, kecantikan, dan tentunya kelanggengan.
Keluarga merupakan lingkungan dimana anak mengenal dunianya, walau sementara hanya sebatas anggota keluarga saja. Namun dari keluarga inilah seorang anak akan terbentuk perilakunya yang akan dibawa hingga remaja dan bahkan hingga mati. Oleh lantaran itu keluarga harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tercipta kondisi yang aman, tenang, nyaman dalam keluarga yang akan membentuk sikap yang baik setiap anggota keluarga. Sering kita temui keluarga merupakan jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dalam kehidupan sosial dimana ia sebagai orang remaja kelak akan melaksanakan peranya. Dalam kebudayaan masayrakat jiwa seseorang akan dipandang remaja ketika ia menika. Apabilah seseorang belum menika masayrakat harus memandangnya sebatas pemudi.
Keluarga sanggup dipersatukan tampa ikatan ijab kabul orang yang dipersatukan oleh ikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan anak, ikatan ini  mempunyai dasar aturan lantaran didasarkan suka sama suka atau saling menyayangi . apabila terdapat kesadara atar keduanya untuk merawat dan membesarkan anak maka korelasi ini akan berlangsung selama tidak terjadi perpecahan.