Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Pancasila


MAKALAH PANCASILA  

Monisme,   Dualisme, Naturalisme , Hedonisme

Pendahuluan
Latar Belakang

Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang sampai kini susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut memakai sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat monisme, dualisme, naturalisme,dan hedonisme.
Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang mempunyai konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita sanggup menentukan cara yang pa­s dengan masalah yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri  dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang  mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan aliran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar.
Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah perilaku dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan berpengaruh tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban menciptakan tugas, ialah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap pecahan aliran filsafat monisme, dualisme, naturalisme,dan hedonisme.
PEMBAHASAN

1.      Monisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal) 1. Teori bahwa segala sesuatu di alam semesta sanggup direduksi menjadi (atau menjelaskan dalam term-term) kegiatan dari satu unsur mendasar (Tuhan, materi, pikiran, energi, bentuk). 2. Teori bahwa segala sesuatu diturunkan dari satu sumber tunggal. 3. Kepercayaan bahwa realitas ialah satu, dan yang lainnya hanyalah ilusi. [1]
secara istilah monisme ialah suatu paham yang beropini bahwa unsur pokok dari segala sesuatu ialah unsur yang bersifat tunggal/ Esa. Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll. Bagi kaum materialis unsur itu ialah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide. Orang yang mula-mula memakai terminologi monisme ialah Christian Wolff (1679-1754).
Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam tanda-tanda disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat. Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
Adapun para filsuf yang menjadi tokoh dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545 SM), yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam ialah satu subtansi yaitu air. Pendapat ini yang disimpulkan oleh Aristoteles (384-322 SM) , yang menyampaikan bahwa semuanya itu air. Air yang cair itu merupakan pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya.
Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula. Bahkan bumi yang menjadi daerah tinggal insan di dunia, sebagaian besar terdiri dari air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-sungai. Bahkan dalam diri manusiapun, berdasarkan dr Sagiran, unsur penyusunnya sebagian besar berasal dari air. Tidak heran jikalau Thales, berkonklusi bahwa segala sesuatu ialah air, lantaran memang semua mahluk hidup membutuhkan air dan jikalau tidak ada air maka tidak ada kehidupan.
Sementara itu Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang disebutnya sebagai apeiron yaitu suatu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak sanggup dirupakan dan tidak ada persamaannya dengan suatu apapun. Berbeda dengan gurunya Thales, Anaximandros, menyatakan bahwa dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam ibarat air. Karena menurutnya segala yang tampak (benda) terasa dibatasi oleh lawannya ibarat panas dibatasi oleh yang dingin.
Aperion yang dimaksud Anaximandros, oleh orang Islam disebutnya sebagai Allah. Kaprikornus bisa dikatakan bahwa pendapat Anaximandros yang menyampaikan bahwa terbentuknya alam dari jenis yang tak terbatas dan tak terhitung, dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini pula yang dikatakan Ahmad Syadali dan Mudzakir (1997) bahwa yang dimaksud aperion ialah Tuhan.
Anaximenes (585-494 SM), menyatakan bahwa barang yang asal itu mestilah satu yang ada dan tampak (yang sanggup diindera). Barang yang asal itu yaitu udara. Udara itu ialah yang satu dan tidak terhingga. Karena udara menjadi alasannya ialah segala yang hidup.
Jika tidak ada udara maka tidak ada yang hidup. Pikiran kearah itu barang kali dipengaruhi oleh gurunya Anaximandros, yang pernah menyatakan bahwa jiwa itu serupa dengan udara. Sebagai kesimpulan ajaranya dikatakan bahwa sebagaimana jiwa kita yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita. Demikian udara mengikat dunia ini menjadi satu. Sedang filsuf moderen yang menganut aliran ini ialah B. Spinoza yang beropini bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikan dengan alam (naturans naturata). [2]

2.      Dualisme
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme yaitu pandangan filosofis yang menekankan ihwal keberadaan dua alam yang independen, terpisah, tidak sanggup direduksi, dan unik. Contoh-contoh: supranatural/natural, Tuhan/alam, ruh/materi, tubuh/jiwa, alam kasat/alam tak kasat, dunia inderawi/dunia intelek, substansi pemikiran/substansi material, realitas aktual/realitas kemungkinan, dunia noumenal/dunia fenomenal, kekuatan baik/kekuatan jahat. [3]
Dualisme ialah aliran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak sanggup direduksi, contohnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan tubuh dll. Ada pula yang menyampaikan bahwa dualisme ialah aliran yang menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan menyampaikan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan ruhani.
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme ialah paham yang mempunyai aliran bahwa segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang bangun sendiri-sendiri. Orang yang pertama kali memakai konsep dualisme ialah Thomas Hyde (1700), yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Kaprikornus adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran.
Yang termasuk dalam aliran ini ialah Plato (427-347 SM), yang menyampaikan bahwa dunia lahir ialah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu ialah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang orisinil yaitu idea.
Karenanya maka dunia ini berubah-ubah dan majemuk alasannya ialah hanyalah merupakan tiruan yang tidak tepat dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).
Lebih lanjut Plato mengakui adanya dua substansi yang masing-masing berdikari dan tidak saling bergantung yakni dunia yang sanggup diindera dan dunia yang sanggup dimengerti, dunia tipe kedua ialah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada satu. Sedang dunia tipe pertama ialah dunia nyata yang selalu berubah dan tak sempurna. Apa yang dikatakan Plato sanggup dimengerti ibarat yang dibahasakan oleh Surajiyo (2005), bahwa beliau membedakan antara dunia indera (dunia bayang-bayang) dan dunia inspirasi (dunia yang terbuka bagi rasio manusia).
Rene Descartes (1596-1650 M) seorang filsuf Prancis, menyampaikan bahwa pembeda antara dua substansi yaitu substansi pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan tubuh merupakan dua sebstansi terpisah meskipun didalam diri insan mereka berhubungan sangat erat.
Dapat dimengerti bahwa beliau membedakan antara substansi pikiran dan substansi keluasan (badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata ialah pikiran. Sebab dengan berpikirlah maka sesuatu lantas ada, cogito ergo sum! (saya berpikir maka saya ada). Leibniz (1646-1716) yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin. Immanuel Kant (1724-1804) yang membedakan antara dunia tanda-tanda (fenomena) dan dunia hakiki (noumena).[4]

3.      Naturalisme
Naturalisme berasal dari ® Nature (alam) isme (paham) PAHAM ALAMI. Bahwa filsafat naturalisme merupakan hasil berlakunya aturan alam fisik dan terjadinya berdasarkan kodrat atau berdasarkan wataknya sendiri. Aliran filsafat naturalisme memandang: “Bahwa insan diciptakan semoga sanggup berguru dan berpikir untuk kembali kepada pencipta-Nya, dalam hal ini implikasi di dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berhubungan kepada prinsip ke-Tuhanan.” Naturalisme lahir pada kurun ke 17 dan mengalami perkembangan pada kurun ke 18 yang dipelopori oleh J.J Rosseau.
Rosseau beropini bahwa semua anak yang gres dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak lantaran dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa, justru sanggup merusak pembawaan baik anak itu.Ada 3 tokoh yang menunjukkan teori ihwal aliran filsafat naturalisme, yaitu: 1. Plato ( SM) 2. Aristoteles ( SM) 3. William R. Dennis (Filsuf Modern).
1. PLATO ( SM)
Teori plato menyatakan bahwa Terdapat dua dunia yaitu dunia materi yang merupakan obyek pengalaman dan dunia rohani yang merupakan obyek pengertian, yang terpisah sama sekali antara satu dengan
Yang lainnya.
2. Aristoteles ( SM)
Menentang Pendapat Plato Jika dunia rohani terlepas sama sekali dari dunia materi, maka dunia rohani tidak mempunyai kegunaan lagi bagi dunia materi. Bahkan jikalau ide-ide rohani (eidos) terlepas sama sekali tidak sanggup dikenal oleh manusia, yang termasuk dunia materi ini juga. Teori Aristoteles menyatakan bahwa mahluk-mahluk hidup didunia ini terdiri atas dua prinsip : a. Prinsip formal, yakni bentuk atau hakekat ialah apa yang mewujudkan mahluk hidup tertentu dan menentukan tujuannya. b. Prinsip material, yakni materi ialah apa yang merupakan dasar semua mahluk.
3. William R. Dennis (Filsuf Modern)
Teori William R. Dennis menyatakan bahwa kejadian dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa insiden merupakan hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata niscaya termasuk dalam kategori alam Yang nyata ada niscaya bereksistensi, sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu mustahil merupakan kenyataan dan apapun yang dianggap mustahil ditangani dengan memakai metode-metode yang dipakai dalam ilmu-ilmu alam mustahil merupakan kenyataan.
Analisa terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor penyusun segenap insiden ialah proses, kualitas, dan relasi. Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu, bahwa segenap insiden baik kerohanian, kepribadian, dan sebagainya sanggup dilukiskan berdasarkan kategori-kategori proses, kualitas dan relasi.
Pengetahuan ialah memahami kejadian-kejadian yang saling berhubungan, pemahaman suatu kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah mengetahui kualitasnya, seginya, susunannya, satuan penyusunnya, sebabnya, serta akibat-akibatnya.
Aliran filsafat naturalisme terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
1)        Naturalisme Materialistik
2)        Naturalisme Humanistik pandangan filsafat naturalisme terhadap pendidikan
NATURALISME HUMANISTIK TEORI “Bahwa di dunia tak ada selain materi, atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik ialah satu.”Terbagi 2 macam yaitu:1. MATERIALISME MEKANIK, 2. MATERIALISME DIALETIK.
1.      MATERIALISME MEKANIK
Materialisme mekanik ® logika dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk tindak-tanduk makhluk hidup.Bagi para pengikut aliran materialisme mekanik, semuaperubahan di dunia, baik perubahan yang menyangkutalam atau perubahan yang menyangkut manusia,semuanya bersifat kepastian semata-mata.Jika sains sanggup menjelaskan segala sesuatu dengansebab mekanik saja, karenanya tidak ada alasan untukpercaya kepada Allah dan tujuan dari alam. Alam diatur dengan aturan fisik materi, walaupun hal itu mengenai proses yang sangat kompleks dan halus dari logika manusia.
2.      MATERIALISME DIALEKTIK
Dialektik ialah suatu fakta empiris, sanggup diketahui dari penyelidikan ihwal alam, dikuatkan oleh pengetahuan lebih lanjut ihwal korelasi alasannya ialah musabab yang dikemukakan oleh mahir sejarah dan sains.Dialektika menyatakan ® bahwa proses di alam semesta ialah setara dan perlahan (gradual).Hukum-hukum dialektika menjelaskan cara dimana proses-proses perubahan dalam realitas terjadi. Pengikut materialisme dialetik ® materi ialah kurang riil darijiwa, lantaran pikiran atau jiwa ialah essensi dari alam.
PANDANGAN FILSAFAT NATURALISME TERHADAP PENDIDIKAN
Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya ialah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk mengakibatkan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk mengakibatkan seseorang lebih pintar dan bijaksana. Naturalisme mempunyai 3 prinsip ihwal proses pembelajaran Anak didik berguru melalui pengalamannya sendiri.
Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya secara alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan berguru yang menyenangkan.Program pendidikan di sekolah harus diubahsuaikan dengan minat dan talenta dengan menyediakan lingkungan berguru yang beorientasi pada pola berguru anak didik.

4.      Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi senang dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
 Hedonisme merupakan aliran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Terdapat tiga aliran pemikiran dalam hedonis yakni Cyrenaics, Epikureanisme, dan Utilitarianisme. Paham ini berusaha menjelaskan ialah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. Hedonisme (Aristippus) pandangan bahwa tujuan kehidupan ialah perjuangan mencapai segala kenikmatan fisik setinggi mungkin, sesering mungkin dan cara apapun tanpa memperhatikan konsekuensi yang mungkin dialami.
Hedonisme (Epicurus) pandangan bahwa kebaikan tertinggi dalam kehidupan ialah tiadanya : rasa sakit, gangguan terhadap kenikmatan yang membawa rasa sakit atau ketidak enakan sebagai konsekuensinya. Tujuan hidup haruslah ATRAXIA: (tidak adanya kekhawatiran) ketentraman badani, pikiran, dan ruh. [5]
Ø  Aristippus
Aristippus dari Kyrene adalah seorang filsuf Yunani yang mempelajari ajaran-ajaran Protagoras. Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya, yaitu Kyrene, Afrika Utara. Aristippus kemudian mencari Sokrates dan menjalin korelasi baik dengannya. Setelah Sokrates wafat, Aristippos tampil sebagai "Sofis" dan menjadi guru profesional di Atena. Lalu di Kyrene ia mendirikan sekolah yang dinamakan ''Cyrenaic School'' yang merupakan salah satu sekolah Sokratik yang tidak dominan. Sekolah ini mengajarkan perasaan-perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup. Kesenangan ialah baik termasuk juga kepuasan badani.Kehidupan orang bijak selalu mencari jaminan kesenangan maksimal. Aristippus menyetujui pendapat Sokrates bahwa keutamaan ialah mencari "yang baik". Akan tetapi, ia menyamakan "yang baik" ini dengan kesenangan "hedone".
Menurutnya, logika (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan.  Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional ihwal kenikmatan. Kesenangan berdasarkan Aristoppus bersifat badani (gerak dalam badan). Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:
·                 Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit
·                 Gerak halus, yang membuat kesenangan
·                 Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral ibarat kondisi ketika tidur.
Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. Kesenangan bukan sebuah masa kemudian atau masa depan. Menurutnya, masa kemudian hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan masa depan ialah hal yang belum jelas.
Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh Aristoppus, ada batasan kesenangan itu sendiri. Batasan itu berupa pengendalian diri. Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan berarti meninggalkan kesenangan. Misalnya, orang yang sungguh-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan/dikontrol semoga mencapai kenikmatan yang sebenarnya.
Ø  Epicurus
Epicurus lahir tahun 342 SM di kota Yunani, Samos, dan meninggal di Atena tahun 270 SM. Ajaran Epicurus menitikberatkan masalah kenikmatan. Apa yang baik ialah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang jelek ialah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan.
Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum Epikurean, melainkan kenikmatan yang dipahami secara mendalam. Kaum Epikurean membedakan impian alami yang perlu (seperti makan) dan impian alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta impian yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan). Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas mengakibatkan kesenangan yang paling besar.
Oleh alasannya ialah itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epicurus. Tujuannya untuk mencapai ''Ataraxia'', yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang. Epicurus sangat menegaskan kebijaksanaan (phoronesis). Menurutnya, orang yang bijaksana ialah seorang seniman yang sanggup mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sakit. 
Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan semoga dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan.  Ia menghindari tindakan yang berlebihan. Oleh lantaran itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ataraxia.
Kebahagiaan yang dituju oleh Kaum Epikurean ialah kebahagiaan langsung (privatistik). Epicurus menasihatkan orang semoga tidak mendekatkan diri kepada kehidupan umum (individualisme). Ini bukanlah egoisme. Menurut Epicurus, kebahagiaan terbesar bagi insan ialah persahabatan. Berkumpul dan berbincang-bincang dengan para mitra dan membina persahabatan jauh lebih menguntungkan dan membantu mencapai ketenangan jiwa.[6]




[1] Liputo,Yuliani,1995. Kamus Filsafat Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. H.212
[2] https://materisoalpribadiku.blogspot.com/search?q=ontologi-monisme-dualisme-dan
[3]  Liputo,Yuliani,1995. Kamus Filsafat Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. H.83
[4]https://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-materialisme-eksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme/
[5] Liputo,Yuliani,1995. Kamus Filsafat Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. H.135

[6]  https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme