Sejarah Dan Latar Belakang Hari Santri Nasional 22 Oktober
Hari santri nasional adalah simbol penghormatan negara kepada kaum santri yang mesti di berikan, mengingat andil besarnya dalam berjuang membela tanah air. Sudah sepatutnya generasi bangsa ini menghaturkan penghormatan (ta'dzim) kepada para syuhada sholihin, para pejuang yang dengan pendirian bulat telah mempertahankan kemerdekaan dan membela kedaulatannya dengan segenap kekuatan.
Hari santri nasional merupakan tonggak sejarah di kukuhkannya kembali komitmen umat islam indonesia terhadap kesatuan dan persatuannya bangsa indonesia. Pengukuhan komitmen sangatlah penting agar teladan akan semangat nasionalisme yang masih terus tersambung hingga saat ini tidak terputus oleh zaman.
Desakan agar pemerintah menetapkan hari santri nasional datang dari nahdotul ulama dan sejumlah organisasi massa islam. Mulanya muncul usulan hari santri nasional 1 muharram yang bertepatan dengan tahun baru islam sebagai hari santri nasional. Setelah di lakukan diskusi-diskusi serius yang melibatkan ormas-ormas islam di indonesia dan berpijak pada resolusi jihad, 1 muharram sebagai hari santri di nilai justru mempersempit makna tahun baru islam.
Pengurus besar nahdotul ulama (PBNU) kemudian mengusulkan 22 oktober yang bertepatan dengan momentum peringatan resolusi jihad sebagai hari santri nasional. Tanggal ini di nilai momentumental mengingat seruan resolusi jihad yang di keluarkan hadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari berhasil mengobarkan semangat juang badan-badan kelaskaran, TKR, Hjbullah hingga penduduk biasa.
Pertempuran antara laskar-laskar santri arek-arek surabaya dan para penduduk bersenjata melawan pasukan inggris dan nica belanda pada 27, 28, 29 oktober 1945. Mencapai eskalasinya pada 10 November 1945. Pertempuran 10 November tersebut yang membumi hanguskan seluruh isi kota surabaya, inilah yang kemudian di peringati sebagai hari pahlawan.
Usulan hari santri nasional tanggal 22 oktober bak gaung bersambut, sejumlah ormas islam seperti Mathlalul Anwar, Persatuan Umat Islam (PUI), Al-Washliyah dan Forum Komunikasi Da'i Muda Indonesia (FKDMI) langsung menyatakan dukungan. Dalam sebuah pertemuan yang di selenggarakan direktorat jendral pendidikan islam kementrian agama RI pada 15 Agustus 2015. Mereka bersepakat Hari Santri nasional pada tanggal ini tepat untuk menghargai perjuangan para kaum santri sebagai elan vital peletak pondasi kemerdekaan RI.
Persetujuan di tetapkannya tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional juga di sampaikan oleh lembaga persaudaraan ormas islam (LPOI) sebanyak 12 ormas yang tergabung dalam lembaga ini ikut mendorong pemerintah agar menapresiasi lebih baik lagi peranan santri dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan menetapkan tangga 22 oktober sebagai hari santri nasional beberapa ormas tersebut antara lain Syarikat Islam Indonesia (SII), Persatuan Islam (PERSIS), Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Mathlalul Anwar, Al-Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Ikatan Da'i Indonesia (IKADI), Azzikra, Al-Washliyah, Persatuan Tarbiyah Indonesia (PERTI) dan Persatuan Umat Isam (PUI). Bagi nahdotul ulama kontekstualisasi hari santri nasional juga bisa di maknai sebagai momentum kebangkitan umat islam yang memiliki komitmen kuat terhadap ke-islam-an dan ke-indonesia-an.
Kebangkitan kaum santri, dalam hal ini adalah momentum di mulainya gerakan membangkitkan keteladanan dan melanjutkan misi laskar ulama-santri pendahulu dengan mengambil peran aktif dalam membangun negara kesatuan republik indonesia (NKRI) sekaligus membentuk karakter bangsa bagi generasi di masa mendatang.
Hari santri nasional harus menjadi pengingat bagi bangsa ini bahwa pesantren dan para santri ikut tak bisa di pisahkan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia. Oleh sebab itu peran besar pesantren dan santri harus di hormati dengan tidak mengabaikan mereka dalam pembangunan. Sekaligus saat yang tepat di mulainya perlawanan baru terhadap radikalisme, terorisme dan wahabisme yang telah mengancam bangsa indonesia.
22 Alasan Hari Santri 22 Oktober
1. Komunitas santri selalu berkomitmen untuk menjaga bangsa dan keutuhan NKRI dalam praktik keagamaan , santri menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
2. Sejarah hari santri terhubung langsung dengan jaringan ulama, yang di mulai pada masa walisongo yang kemudian tersambung dalam jaringan pengetahuan (sanad) dan kekerabatan.
3. Nilai-nilai islam yang menjadi ekspresi keagamaan kaum santri, terwujud dalam praktik keagamaan islam nusantara.
4. Islam nusantara merupakan identitas keislaman yang memeberikan ruang penghargaan atas nilai-nilai lokal yang sejalan dengan kaidah keislaman . Islam nusantara merupakan cara berislam kaum muslim di indonesia, bahkan asia tenggara yang sejalan dengan konteks dan nilai-nilai islam yang menjdi risalah nabi muhammad saw.
5. Dalam sejarahnya, kaum santri berkomitmen untuk terus menjaga nilai-nilai islam nusantara dengan fikrah (pemikiran), harakah (gerakan) dan jam'iyyah (oranisasi) yang terkoneksi dengan ekspresi keagamaan warga muslim (jama'ah)
6. Selama ini, komunitas santri terbukti berkomimen untuk mengawal negara kesatuan republik indonesia (NKRI), komitmen ini di buktikan dengan keseriusan menjaga nilai-nilai tawassuth, tawazun, tasamuh dan i'tial.
7. Nilai tawassuth (moderat) di buktikan oleh komunitas santri yang di praktikan oleh para kiai pesantren dengan nilai-nilai ahlussunnah waljamaah an-nahdliyyah, yang tidak ekstrim kanan dan kiri.
8. Nilai tawazun (keseimbangan) di buktikan dalam komitmen menjaga perdamaian. Dalam sejarah , para kiai sering memperaktikan pikiran moderat dengan selalu menjaga maslahah terutama berjuang untuk menjaga kemerdekaan bangsa indonesia.
9 Nilai tasamuh (toleran) merupakan jati diri dari komunitas pesantren yang terbuka dalam dialog dan komunikasi dengan komunitas lintas ideologi dan agama.
10. Nilai i'tidal (keadilan) merupakan sikap dari kaum santri untuk terus menjaga keadilan dan mengawal konstitusi untuk kemasalahan bangsa serta tegaknya NKRI.
11. Komunitas santri dalam perjalanan panjangnya, selalu membela kepentingan bangsa indonesia, menjaga persatuan dan kesatuan.
12. Warga pesantren membuktikan diri dengan mengekspresikan nilai-nilai islam rahmatan lil-alamin yang menghadirkan kesejukan dan keramahan dalam beragama bukan kemarahan dalam bersikap.
13 Perjuangan kaum santri dalam kemerdekaan indonesia merupakan jihad untuk membela bangsa yang meruapakan manifestasi nahdlatul wathan bagi kaum santri, kecintaan dan membela bangsa merupakan bagian dari keimanan bubbul wathan minal-iman.
14. Kaum santri dalam sejarah kolonial , berusaha untuk melawan setiap bentuk penjajahan dari berbagai rajim kolonial di bumi nusantara. Pada masa perang jawa 1925-1830 kaum santri menjadi barisan pendukung utama pangeran di panegara sayyidin panatagama yang berjuang melawan penjajah. Kaum santri juga menjadi penggerak dalam perjuangan melawan penjajahan di antaranya pada tahun 1888 di banten dan beberapa lokasi lain pada penghujung abad 19
15. Pada awal abad 20 kaum santri mengawali gerakan untuk melawan kolonialisme , dengan membangun pemikiran (tashwirul afkar), membangun jaringan saudagar untuk kemandirian ekonomi (nahdotut-tujjar) dan menyamai cinta tanah air (nahdlatul wathan).
16. Ketiganya yaitu tashwirul afkar, nahdatut-tujjar dan nahdlatul wathan merupakan embrio organisasi (ja'iyyah) nahdlatul ulama (NU)untuk membangkitkan peran kaum pribumi dalam melawan penjajah serta berjuang untuk kemerdekaan.
17. Pada tahun 1936 para kiai berkumpul dan bermusyawarah ulama di banjarmasin, yang menghasilkan rumusan dar as-salam (Negara Kedamaian), sebagai modal indonesia ketika merdeka. Sembilan tahun sebelum kemerdekaan para kiai NU sudah memiliki rumusan dan impian tentang negara yang merdeka yang mengakomodasi kebhinekaan.
18. Pada masa penjajahan jepang, kaum santri juga bergerak untuk membela tanah air, dengan membentuk barisan militer santri bernama hizbullah dan sabilillah, laskar hijbullah di pimpin oleh KH. Zainul Arifin (1909-1963), sedangkan laskar sabilillah di komando KH. Masjur (1904-1994).
19. Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, tidak serta merta menghentikan gempuran dari tentara kolonial untuk kembali menjajah negeri tercinta kita. Para santri, terutama yang tergabung pada 2 laskar tersebut, behu membahu untuk menegakan kemerdekaan dan menjaga NKRI.
20. Tanggal 22 Oktober 1945, merupakan momentum bersejarah, ketika KH. Hasyim Asy'ari 1975- 1947 menyerukan fatwanya yang di sebut sebagai resolusi jihad. Fatwa kiyai hasyim, menjadi api semangat kaum santri dan para pemuda untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan indonesia dari serbuan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di surabaya yang puncaknya pada 10 November 1945.
21. Resolusi jihad merupakan bukti komitmen kaum santri untuk berjuang menjaga NKRIyang menginspirasi Bung Karno (1901-1970) sebagai presiden, dan Bung Tomo (1920-1981) sebagai pejuang untuk gigih membela negara.
22. Untuk itu hari santri menjadi momentum untuk mengingat perjuangan para kiyai dan komunitas pesantren dalam membela bangsa. Tanggal 22 Oktober sangat tepat sebagai hari santri nasional, karena momentum bersejarah di mana Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari menggemakan fatwa perjuangan sebagai "Resolusi Jihad".
Detik-Detik Resolusi Jihad NU 1945
17 Agustus 1945
siaran berita proklamasi kemerdekaan sampai ke surabaya dan kota-kota lain di jawa, membawa siatuasi revolusioner tanpa komando, rakyat berinisiatif mengambil alih berbagai kantor dan instalasi dari penguasaan jepang.
31 Agustus 1945
Belanda mengajukan permintaan kepada pimpinan surabaya untuk mengibarkan bendera tri-warna untuk merayakan kelahiran ratu belanda Wilhelmina Armgard.
17 September 1945
KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad berisikan ijtihad bahwa perjuangan membela tanah air sebagai suatu jihad fi sabilillah, fatwa ini merupakan penjelasan atas pertanyaan presiden soekarno yang memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat islam.
19 September 1945
Terjadi insiden tembak menembak di hotel oranje, seorang kader pemuda ansor bernama cak asy'ari menaiki tiang bendera dan merobek warna biru sehingga hanya tertinggal merah putih.
23-24 September 1945
Terjadi perebutan dan pengambil alihan senjata dari markas dan gudang-gudang jepang oleh laskar-laskar rakyat termasuk hizbullah.
25 September 1945
Bersamaan dengan situasi surabaya yang semakin mencekam, laskar hijbullah surabaya di pimpin oleh kh. Abdunnafik melakukan konsolidasi. Di bentuk cabang-cabang hijbullah surabaya tengah, barat, selatan dan timur.
21-22 Oktober 1945
PBNU menggelar rapat konsul Nu se jawa dan madura yang di gelar di kantor Holdsbestuur nahdotul ulama di jalan bubutan V1 no 2 surabaya. Di tempat inilah setelah membahas situasi perjuangan dan membicarakan upaya mempertahankan kemerdekaan indonesia. Di akhir pertemuan pada tanggal 22 oktober 1945 akhirnya mengeluarkan sebuah resulusi jihad sekali gus menguatkan fatwa jihad rais akbar NUHadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari.
25 Oktober 1945
Sekitar 6000 pasukan inggris yang tergabung dalam brigade ke-49 Devisi ke 26 India mendarat di surabaya. Pasukan ini di pimpin oleh brigjend AWS mallaby. Pasukan ini di boncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration),
26 Oktober 1945
Terjadi perundingan lanjutan mengenai genjatan antara pihak surabaya dan pasukan sekutu, hadir dalam perundingan itu brigjends AWS mallaby dan jajaran dari pihak surabaya di wakili sudirman, dul arnowo, radjamin nasution (walikota surabaya) dan muhammad.
27 Oktober 1945
Mayjen DC Hawtorn bertindak sebagai panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk jawa, madura, bali, lombok menyebarkan pamflet melalui udara menegaskan kekuasaan inggris di surabaya dan pelarangan memegang senjata selain bagi mereka yang menjadi pasukan inggris, jika ada yang memeggangnya dalam pamflet tersebut bahwa inggris memiliki alasan untuk menembaknya. Laskar hijbulloh dan para pejuang surabaya marah dan langsung bersatu menyerang inggris pasukan inggrispun balik menyerang dan terjadi pertempuran di penjara kalisosok yang ketika itu berada dalam penjagaan pejuang surabaya.
28 Oktober 1945
Laskar hijbullah dan para pejuang lainnya berbekal senjata hasil rampasan dari jepang, bambu runcing dan crulit melakukan serangan prontal terhadap pos-pos dan markas pasukan inggris. Inggris kewalahan menghadapi glombang kemarahan rakyat dan massa yang semakin menjadi-jadi.
29 Oktober 1945
Terjadi baku tembak terbuka dan peperangan masal di sudut-sudut kota surabaya. Pasukan hizbullah surabaya selatan mengepung pasukan inggris yang ada di gedung HBS, BPM, Stasiun kereta api SS
dan kantor kawedanan. Kesatuan hizbullah dari sepanjang bersama TKR dan Pemuda Rakyat Indonesia (PRI) mengeour pasukan inggris yang ada di stasiun kereta api trem OJS joyoboyo.
29 Oktober 1945
Perwir inggis kolonel Cruickshank pihaknya telah terkepung , mayjen hawtorn dan brigade ke-49 menelepon dan meminta presiden soekarna agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan pertempuran. Hari itu juga dengan sebuah perjanjian Presiden soekarno dengan di dampingi wakilnya muhammad hatta terbang kesurabaya dan langsung turun ke jalan-jalan meredakan situasi perang.
30 Oktober 1945
Genjatan senjata di capai kedua pihak laskar arek-arek surabaya dan pasukan inggris di sepakati di adakan pertukaran tawanan. Pasukan inggris mundur ke plabuhan tanjung perak dan darmo (kamp interniran) dan mengakui eksistensi republik indonesia.
30 Oktober 1945
Sore hari usai kesepakatan genjatan senjata, rombongan biro kontak inggris menuju ke gedung internatio yang terletak di samping jembatan merah. Namun sekelompok pemuda surabaya menolak penempatan pasukan inggris di gedung tersebut. Mereka meminta pasukan inggris kembali ke tanjung perak sesuai kesepakatan genjatan senjata, hingga akhirnya terjadi ketegangan yang menyulut baku tembak. Di tempat ini secara mengejutkan brigjend Mallaby tertembak dan mobilnya terbakar.
31 Oktober 1945
Panglima AFNEI Letjen Philip Christison mengeluarkan ancaman dan ultimatum jika para pelaku serangan yang menewaskan brigjen mallaby tidak menyerahkan diri, maka pihaknya akan akan mengerahkan kekuatan militer darat, laut dan udara untuk membumi hanguskan surabaya.
7-8 November 1945
Kongres umat islam di yogyakarta mengukuhkan resolusi jihad, hadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari sebagai kebulatan sikap merespon makin gentingnya keadaan pasca ultimatum AFNEI.
9 November 1945
Hadratussyaikh KH.Hasym Asy'ari sebagai komando tertinggi laskar hijbullah menginstruksikan agar hizbullah dari berbagai penjuru untuk memasuki surabaya guna bersiap menghadapi kemungkinan dengan satu sikap akhir, menolak menyerah. KH.Abas Buntet Cirebon di perintahkan memimpin langsunug komando pertempuran. Para komandan resimen yang turut membantu Kiyai Abbas antara lain kiyai wahab (Abdul wahab hasbulloh), Bung Tomo (sutomo), Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani), Cak Mansur (KH.Mas Mansur) dan cak Arnowo (Doel Arnowo).
10 November 1945
Pertempuran kembali meluas menyambut berakhirnya ultimatum AFNEI inggris mengerahkan 24.000 pasukan dari devisi ke-5 dengan persenjataan meliputi 21 tank sherman dan 24 pesawat tempur dari jakarta. Perang besar pun pecah, ribuan pejuang syahid, pasukan kiyai abbas berhasil memaksa pasukan inggris kocar kacir dan berhasil menembak jatuh 3 pesawat RAF inggris. Sumber http://santriema.blogspot.com/
Hari santri nasional merupakan tonggak sejarah di kukuhkannya kembali komitmen umat islam indonesia terhadap kesatuan dan persatuannya bangsa indonesia. Pengukuhan komitmen sangatlah penting agar teladan akan semangat nasionalisme yang masih terus tersambung hingga saat ini tidak terputus oleh zaman.
Desakan agar pemerintah menetapkan hari santri nasional datang dari nahdotul ulama dan sejumlah organisasi massa islam. Mulanya muncul usulan hari santri nasional 1 muharram yang bertepatan dengan tahun baru islam sebagai hari santri nasional. Setelah di lakukan diskusi-diskusi serius yang melibatkan ormas-ormas islam di indonesia dan berpijak pada resolusi jihad, 1 muharram sebagai hari santri di nilai justru mempersempit makna tahun baru islam.
Pengurus besar nahdotul ulama (PBNU) kemudian mengusulkan 22 oktober yang bertepatan dengan momentum peringatan resolusi jihad sebagai hari santri nasional. Tanggal ini di nilai momentumental mengingat seruan resolusi jihad yang di keluarkan hadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari berhasil mengobarkan semangat juang badan-badan kelaskaran, TKR, Hjbullah hingga penduduk biasa.
Pertempuran antara laskar-laskar santri arek-arek surabaya dan para penduduk bersenjata melawan pasukan inggris dan nica belanda pada 27, 28, 29 oktober 1945. Mencapai eskalasinya pada 10 November 1945. Pertempuran 10 November tersebut yang membumi hanguskan seluruh isi kota surabaya, inilah yang kemudian di peringati sebagai hari pahlawan.
Usulan hari santri nasional tanggal 22 oktober bak gaung bersambut, sejumlah ormas islam seperti Mathlalul Anwar, Persatuan Umat Islam (PUI), Al-Washliyah dan Forum Komunikasi Da'i Muda Indonesia (FKDMI) langsung menyatakan dukungan. Dalam sebuah pertemuan yang di selenggarakan direktorat jendral pendidikan islam kementrian agama RI pada 15 Agustus 2015. Mereka bersepakat Hari Santri nasional pada tanggal ini tepat untuk menghargai perjuangan para kaum santri sebagai elan vital peletak pondasi kemerdekaan RI.
Persetujuan di tetapkannya tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional juga di sampaikan oleh lembaga persaudaraan ormas islam (LPOI) sebanyak 12 ormas yang tergabung dalam lembaga ini ikut mendorong pemerintah agar menapresiasi lebih baik lagi peranan santri dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan menetapkan tangga 22 oktober sebagai hari santri nasional beberapa ormas tersebut antara lain Syarikat Islam Indonesia (SII), Persatuan Islam (PERSIS), Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Mathlalul Anwar, Al-Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Ikatan Da'i Indonesia (IKADI), Azzikra, Al-Washliyah, Persatuan Tarbiyah Indonesia (PERTI) dan Persatuan Umat Isam (PUI). Bagi nahdotul ulama kontekstualisasi hari santri nasional juga bisa di maknai sebagai momentum kebangkitan umat islam yang memiliki komitmen kuat terhadap ke-islam-an dan ke-indonesia-an.
Kebangkitan kaum santri, dalam hal ini adalah momentum di mulainya gerakan membangkitkan keteladanan dan melanjutkan misi laskar ulama-santri pendahulu dengan mengambil peran aktif dalam membangun negara kesatuan republik indonesia (NKRI) sekaligus membentuk karakter bangsa bagi generasi di masa mendatang.
Hari santri nasional harus menjadi pengingat bagi bangsa ini bahwa pesantren dan para santri ikut tak bisa di pisahkan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia. Oleh sebab itu peran besar pesantren dan santri harus di hormati dengan tidak mengabaikan mereka dalam pembangunan. Sekaligus saat yang tepat di mulainya perlawanan baru terhadap radikalisme, terorisme dan wahabisme yang telah mengancam bangsa indonesia.
22 Alasan Hari Santri 22 Oktober
1. Komunitas santri selalu berkomitmen untuk menjaga bangsa dan keutuhan NKRI dalam praktik keagamaan , santri menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
2. Sejarah hari santri terhubung langsung dengan jaringan ulama, yang di mulai pada masa walisongo yang kemudian tersambung dalam jaringan pengetahuan (sanad) dan kekerabatan.
3. Nilai-nilai islam yang menjadi ekspresi keagamaan kaum santri, terwujud dalam praktik keagamaan islam nusantara.
4. Islam nusantara merupakan identitas keislaman yang memeberikan ruang penghargaan atas nilai-nilai lokal yang sejalan dengan kaidah keislaman . Islam nusantara merupakan cara berislam kaum muslim di indonesia, bahkan asia tenggara yang sejalan dengan konteks dan nilai-nilai islam yang menjdi risalah nabi muhammad saw.
5. Dalam sejarahnya, kaum santri berkomitmen untuk terus menjaga nilai-nilai islam nusantara dengan fikrah (pemikiran), harakah (gerakan) dan jam'iyyah (oranisasi) yang terkoneksi dengan ekspresi keagamaan warga muslim (jama'ah)
6. Selama ini, komunitas santri terbukti berkomimen untuk mengawal negara kesatuan republik indonesia (NKRI), komitmen ini di buktikan dengan keseriusan menjaga nilai-nilai tawassuth, tawazun, tasamuh dan i'tial.
7. Nilai tawassuth (moderat) di buktikan oleh komunitas santri yang di praktikan oleh para kiai pesantren dengan nilai-nilai ahlussunnah waljamaah an-nahdliyyah, yang tidak ekstrim kanan dan kiri.
8. Nilai tawazun (keseimbangan) di buktikan dalam komitmen menjaga perdamaian. Dalam sejarah , para kiai sering memperaktikan pikiran moderat dengan selalu menjaga maslahah terutama berjuang untuk menjaga kemerdekaan bangsa indonesia.
9 Nilai tasamuh (toleran) merupakan jati diri dari komunitas pesantren yang terbuka dalam dialog dan komunikasi dengan komunitas lintas ideologi dan agama.
10. Nilai i'tidal (keadilan) merupakan sikap dari kaum santri untuk terus menjaga keadilan dan mengawal konstitusi untuk kemasalahan bangsa serta tegaknya NKRI.
11. Komunitas santri dalam perjalanan panjangnya, selalu membela kepentingan bangsa indonesia, menjaga persatuan dan kesatuan.
12. Warga pesantren membuktikan diri dengan mengekspresikan nilai-nilai islam rahmatan lil-alamin yang menghadirkan kesejukan dan keramahan dalam beragama bukan kemarahan dalam bersikap.
13 Perjuangan kaum santri dalam kemerdekaan indonesia merupakan jihad untuk membela bangsa yang meruapakan manifestasi nahdlatul wathan bagi kaum santri, kecintaan dan membela bangsa merupakan bagian dari keimanan bubbul wathan minal-iman.
14. Kaum santri dalam sejarah kolonial , berusaha untuk melawan setiap bentuk penjajahan dari berbagai rajim kolonial di bumi nusantara. Pada masa perang jawa 1925-1830 kaum santri menjadi barisan pendukung utama pangeran di panegara sayyidin panatagama yang berjuang melawan penjajah. Kaum santri juga menjadi penggerak dalam perjuangan melawan penjajahan di antaranya pada tahun 1888 di banten dan beberapa lokasi lain pada penghujung abad 19
15. Pada awal abad 20 kaum santri mengawali gerakan untuk melawan kolonialisme , dengan membangun pemikiran (tashwirul afkar), membangun jaringan saudagar untuk kemandirian ekonomi (nahdotut-tujjar) dan menyamai cinta tanah air (nahdlatul wathan).
16. Ketiganya yaitu tashwirul afkar, nahdatut-tujjar dan nahdlatul wathan merupakan embrio organisasi (ja'iyyah) nahdlatul ulama (NU)untuk membangkitkan peran kaum pribumi dalam melawan penjajah serta berjuang untuk kemerdekaan.
17. Pada tahun 1936 para kiai berkumpul dan bermusyawarah ulama di banjarmasin, yang menghasilkan rumusan dar as-salam (Negara Kedamaian), sebagai modal indonesia ketika merdeka. Sembilan tahun sebelum kemerdekaan para kiai NU sudah memiliki rumusan dan impian tentang negara yang merdeka yang mengakomodasi kebhinekaan.
18. Pada masa penjajahan jepang, kaum santri juga bergerak untuk membela tanah air, dengan membentuk barisan militer santri bernama hizbullah dan sabilillah, laskar hijbullah di pimpin oleh KH. Zainul Arifin (1909-1963), sedangkan laskar sabilillah di komando KH. Masjur (1904-1994).
19. Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, tidak serta merta menghentikan gempuran dari tentara kolonial untuk kembali menjajah negeri tercinta kita. Para santri, terutama yang tergabung pada 2 laskar tersebut, behu membahu untuk menegakan kemerdekaan dan menjaga NKRI.
20. Tanggal 22 Oktober 1945, merupakan momentum bersejarah, ketika KH. Hasyim Asy'ari 1975- 1947 menyerukan fatwanya yang di sebut sebagai resolusi jihad. Fatwa kiyai hasyim, menjadi api semangat kaum santri dan para pemuda untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan indonesia dari serbuan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di surabaya yang puncaknya pada 10 November 1945.
21. Resolusi jihad merupakan bukti komitmen kaum santri untuk berjuang menjaga NKRIyang menginspirasi Bung Karno (1901-1970) sebagai presiden, dan Bung Tomo (1920-1981) sebagai pejuang untuk gigih membela negara.
22. Untuk itu hari santri menjadi momentum untuk mengingat perjuangan para kiyai dan komunitas pesantren dalam membela bangsa. Tanggal 22 Oktober sangat tepat sebagai hari santri nasional, karena momentum bersejarah di mana Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari menggemakan fatwa perjuangan sebagai "Resolusi Jihad".
Detik-Detik Resolusi Jihad NU 1945
17 Agustus 1945
siaran berita proklamasi kemerdekaan sampai ke surabaya dan kota-kota lain di jawa, membawa siatuasi revolusioner tanpa komando, rakyat berinisiatif mengambil alih berbagai kantor dan instalasi dari penguasaan jepang.
31 Agustus 1945
Belanda mengajukan permintaan kepada pimpinan surabaya untuk mengibarkan bendera tri-warna untuk merayakan kelahiran ratu belanda Wilhelmina Armgard.
17 September 1945
KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad berisikan ijtihad bahwa perjuangan membela tanah air sebagai suatu jihad fi sabilillah, fatwa ini merupakan penjelasan atas pertanyaan presiden soekarno yang memohon fatwa hukum mempertahankan kemerdekaan bagi umat islam.
19 September 1945
Terjadi insiden tembak menembak di hotel oranje, seorang kader pemuda ansor bernama cak asy'ari menaiki tiang bendera dan merobek warna biru sehingga hanya tertinggal merah putih.
23-24 September 1945
Terjadi perebutan dan pengambil alihan senjata dari markas dan gudang-gudang jepang oleh laskar-laskar rakyat termasuk hizbullah.
25 September 1945
Bersamaan dengan situasi surabaya yang semakin mencekam, laskar hijbullah surabaya di pimpin oleh kh. Abdunnafik melakukan konsolidasi. Di bentuk cabang-cabang hijbullah surabaya tengah, barat, selatan dan timur.
21-22 Oktober 1945
PBNU menggelar rapat konsul Nu se jawa dan madura yang di gelar di kantor Holdsbestuur nahdotul ulama di jalan bubutan V1 no 2 surabaya. Di tempat inilah setelah membahas situasi perjuangan dan membicarakan upaya mempertahankan kemerdekaan indonesia. Di akhir pertemuan pada tanggal 22 oktober 1945 akhirnya mengeluarkan sebuah resulusi jihad sekali gus menguatkan fatwa jihad rais akbar NUHadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari.
25 Oktober 1945
Sekitar 6000 pasukan inggris yang tergabung dalam brigade ke-49 Devisi ke 26 India mendarat di surabaya. Pasukan ini di pimpin oleh brigjend AWS mallaby. Pasukan ini di boncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration),
26 Oktober 1945
Terjadi perundingan lanjutan mengenai genjatan antara pihak surabaya dan pasukan sekutu, hadir dalam perundingan itu brigjends AWS mallaby dan jajaran dari pihak surabaya di wakili sudirman, dul arnowo, radjamin nasution (walikota surabaya) dan muhammad.
27 Oktober 1945
Mayjen DC Hawtorn bertindak sebagai panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) untuk jawa, madura, bali, lombok menyebarkan pamflet melalui udara menegaskan kekuasaan inggris di surabaya dan pelarangan memegang senjata selain bagi mereka yang menjadi pasukan inggris, jika ada yang memeggangnya dalam pamflet tersebut bahwa inggris memiliki alasan untuk menembaknya. Laskar hijbulloh dan para pejuang surabaya marah dan langsung bersatu menyerang inggris pasukan inggrispun balik menyerang dan terjadi pertempuran di penjara kalisosok yang ketika itu berada dalam penjagaan pejuang surabaya.
28 Oktober 1945
Laskar hijbullah dan para pejuang lainnya berbekal senjata hasil rampasan dari jepang, bambu runcing dan crulit melakukan serangan prontal terhadap pos-pos dan markas pasukan inggris. Inggris kewalahan menghadapi glombang kemarahan rakyat dan massa yang semakin menjadi-jadi.
29 Oktober 1945
Terjadi baku tembak terbuka dan peperangan masal di sudut-sudut kota surabaya. Pasukan hizbullah surabaya selatan mengepung pasukan inggris yang ada di gedung HBS, BPM, Stasiun kereta api SS
dan kantor kawedanan. Kesatuan hizbullah dari sepanjang bersama TKR dan Pemuda Rakyat Indonesia (PRI) mengeour pasukan inggris yang ada di stasiun kereta api trem OJS joyoboyo.
29 Oktober 1945
Perwir inggis kolonel Cruickshank pihaknya telah terkepung , mayjen hawtorn dan brigade ke-49 menelepon dan meminta presiden soekarna agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan pertempuran. Hari itu juga dengan sebuah perjanjian Presiden soekarno dengan di dampingi wakilnya muhammad hatta terbang kesurabaya dan langsung turun ke jalan-jalan meredakan situasi perang.
30 Oktober 1945
Genjatan senjata di capai kedua pihak laskar arek-arek surabaya dan pasukan inggris di sepakati di adakan pertukaran tawanan. Pasukan inggris mundur ke plabuhan tanjung perak dan darmo (kamp interniran) dan mengakui eksistensi republik indonesia.
30 Oktober 1945
Sore hari usai kesepakatan genjatan senjata, rombongan biro kontak inggris menuju ke gedung internatio yang terletak di samping jembatan merah. Namun sekelompok pemuda surabaya menolak penempatan pasukan inggris di gedung tersebut. Mereka meminta pasukan inggris kembali ke tanjung perak sesuai kesepakatan genjatan senjata, hingga akhirnya terjadi ketegangan yang menyulut baku tembak. Di tempat ini secara mengejutkan brigjend Mallaby tertembak dan mobilnya terbakar.
31 Oktober 1945
Panglima AFNEI Letjen Philip Christison mengeluarkan ancaman dan ultimatum jika para pelaku serangan yang menewaskan brigjen mallaby tidak menyerahkan diri, maka pihaknya akan akan mengerahkan kekuatan militer darat, laut dan udara untuk membumi hanguskan surabaya.
7-8 November 1945
Kongres umat islam di yogyakarta mengukuhkan resolusi jihad, hadratussyaikh KH.Hasyim Asy'ari sebagai kebulatan sikap merespon makin gentingnya keadaan pasca ultimatum AFNEI.
9 November 1945
Hadratussyaikh KH.Hasym Asy'ari sebagai komando tertinggi laskar hijbullah menginstruksikan agar hizbullah dari berbagai penjuru untuk memasuki surabaya guna bersiap menghadapi kemungkinan dengan satu sikap akhir, menolak menyerah. KH.Abas Buntet Cirebon di perintahkan memimpin langsunug komando pertempuran. Para komandan resimen yang turut membantu Kiyai Abbas antara lain kiyai wahab (Abdul wahab hasbulloh), Bung Tomo (sutomo), Cak Roeslan (Roeslan Abdulgani), Cak Mansur (KH.Mas Mansur) dan cak Arnowo (Doel Arnowo).
10 November 1945
Pertempuran kembali meluas menyambut berakhirnya ultimatum AFNEI inggris mengerahkan 24.000 pasukan dari devisi ke-5 dengan persenjataan meliputi 21 tank sherman dan 24 pesawat tempur dari jakarta. Perang besar pun pecah, ribuan pejuang syahid, pasukan kiyai abbas berhasil memaksa pasukan inggris kocar kacir dan berhasil menembak jatuh 3 pesawat RAF inggris. Sumber http://santriema.blogspot.com/