Merindukan Dieng, My Aha Moments Travel
Paul Theroux berkata: "Perjalanan itu bersifat pribadi Kalau pun saya berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku" |
Suka traveling? Ikuti lombanya disini |
Saya menyebut perjalanan ini CLBK, Cerita Lama (namun selalu) Berseri-seri Kembali (bila mengingatnya). Awalnya kami dari Tasikmalaya, sehabis telpon-menelpon ternyata suami punya sobat di Purwokerto dan mengajak untuk mampir. Berangkatlah kami dari Tasikmalaya dengan memakai bus.
Tidak Terbersit Kata Dieng
Traveller lokal mana yang tidak mengenal Dieng? Negeri di atas awan? Negeri yang saya pikir tidak perlulah diinginkan untuk disinggahi alasannya ialah mustahil juga saya kesana. Sebut saja keberuntungan, bila kemudian saya diajak menyaksikan matahari terbit di Sikunir, berkelana di antara candi-candi, mengendus aroma sulfur di Sikidang, juga berkenalan dengan tanaman-tanaman yang hanya ada di Dieng.
Sementara hingga saya duduk kepanasan dalam bus yang bergoyang parah, tidak sekali pun nama Dieng bakal terlintas. Selama perjalanan yang sekitar 5 jam itu, tidak ada satu kata pun yang terlontar dari kami. Saya kira, suami sudah letih. Sementara saya punya cita-cita bercakap-cakap dengannya.
Bus kami datang di Terminal Bulupita, terminal yang berdasarkan saya bersih, apik dan layak jadi contoh.
Terminal Bulupitu, menyenangkan bagi anak-anak |
Kawan suami menjemput dengan mobilnya dan dengan itu pula akan menjemput istrinya. Saya pikir rumah mitra suami ini di Purwokerto, saya gres tahu kalau ternyata rumah mereka di Wonosobo.
Rumah dimana bila langit higienis mengizinkan, akan terlihat penampakan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dengan terperinci di sebelahnya. Rumah dimana udaranya keterlaluan segar, air higienis mengalir cuma-cuma tanpa henti, belum lagi keramahan yang tampak dari pemiliknya. Kombinasi yang bikin saya bersyukur luar biasa.
Tentu bukan hal praktis mendapatkan udara hambar Wonosobo terutama bagi saya yang terbiasa dengan suhu Kalimantan. Karena itu tuan rumah bersedia sekali mengantar ke pemandian air panas.
Lalu, “besok ikut kita ke Dieng kan,” kata mba Eni, istri mitra suami. Dieng? Dieng yang itu kan? Yang itu yang mana juga tidak terperinci saya memikirkannya. Rupanya orangtua mereka tinggal di Dieng dan mereka akan ada acara. Maka, keesokan Sabtu itu kami pun berangkat.
SEMUA SERBA DIENG
SEMUA SERBA DIENG
Bagaimana saya melukiskan Dieng dengan kata-kata? Rasanya susah sekali, kemungkinan tidak akan pas. Lekukan pegunungannya, hembusan anginnya, orang-orang dengan sarung kemana-mana, tanamannya. Jiwa saya jadi terisi syukur dan decak kagum belaka. Untuk menikmati prosesnya, saya menentukan lebih banyak membisu selama perjalanan.
Sementara, mbak Eni dan kedua anak-anaknya dengan rutin menjelaskan apa-apa saja yang sudah saya lihat. Bahwa yang itu tadi namanya Cabe Dieng; pepaya yang kecil itu namanya Pepaya Dieng; nanti kita akan mampir ke Candi Dieng. Waktu itu saya berpikir betapa mudahnya memberi nama sesuatu dengan “Dieng” di akhirnya. Tapi gotong royong memang begitulah adanya. Carica misalnya, sudah pastilah Pepaya Dieng yang memang hanya tumbuh di pegunungan.
Setelah membeli beberapa setelan penahan dingin, kami pribadi mengelilingi candi.
Karena tidak ada persiapan, cuma bisa menebeng jaket suami |
Tidak cukup puas berada disana, saya diajak ke Kawah Sikidang, kawah berbau belerang, dengan belum dewasa mereka sebagai pemandunya. Disana jualah saya bertemu dengan si abadi edelweiss. Ternyata keputusan untuk tidak memilikinya susah juga ya, mana harganya cukup murah pula. Tapi, buat apalah.
Toh, saya percaya tidak semua hal indah harus saya miliki, ada yang harus tetap di tempatnya, dengan begitu ketika saya merindu, ada perjuangan dan kerja keras untuk bertemu dengannya. Karena disitulah letak, mengapa ia begitu berharga.
dua bocah yang menjadi pemandu |
Barulah pada malamnya saya tahu bagaimana rasa cabai dieng itu dikala menyantap makan malam di rumah mertua mba Eni. Saya juga sempat bertanya: “Pak, kok sepanjang jalan saya nggak lihat binatang ternak?” pertanyaan ini pribadi disambut tawa, “sapi nggak bisa gemuk disini mbak, susah.”
Kemudian mitra suami ini mengatakan diri lagi memandu ke Sikunir. Yang benar saja, batin saya. Keluarga ini sudah penuh dengan keramahan, ditampung saja kami sudah senang. Masih disusul pula kenikmatan yang lain.
Malam itu saya tidur lebih cepat dari biasanya, pukul 3 dini hari kami sudah harus berangkat kalau tidak mau mengalami kemacetan parah. Macet? Menuju Gunung? Apalah saya ini yang tidak tahu apa-apa ya, lupa pula kalau hari itu ialah Minggu.
Kami berempat (saya wanita sendirian) berangkat benar-benar pukul 3 dini hari, menuju Desa Sembungan, Kec. Kejajar. Katanya, desa ini ialah desa tertinggi di Pulau Jawa dan Sikunir dengan ketinggian 2350m dpl merupakan salah satu kawasan terbaik menyaksikan matahari terbit. Dari Sikunir ini, akan tertangkap pemandangan gunung-gunung lainnya bila memungkinkan.
Hal repot yang mesti saya rasakan ialah beberapa kali terpisah dengan para lelaki ini. Langkah mereka panjang-panjang dan gesit. Saya tidak letih, tapi kalau harus mengimbangi mereka pastinya kewalahan juga. Belum lagi satu-satunya senter dibawa suami yang entah ada dimana dia. Dalam keadaan menyerupai itu: gelap, tidak tahu arah-tujuan, tidak membawa peralatan khusus, bijak saja ya kan kalau saya bergabung dengan tim lain, hehe. Terutama kalau tim itu punya peralatan lengkap, ada perempuannya, tahu arah dan tampang saya masih bisalah disetarakan dengan mereka yang notabene mahasiswa. Toh, tidak ada yang sadar kalau anggota mereka bertambah satu.
perjalanan yang berisi gelap, hambar dan tidak tahu arah |
Adegan lucu terjadi ketika masing-masing anak insan ini mau ber-swafoto. Harapannya bisa selfie dengan latar sunrise atau gunung seberang pastinya, apalah daya latar belakangnya ya anak insan yang mau ber-selfie juga.
dibutuhkan mengantri yang usang untuk menuruni gunung |
duduk disini sembari merenungkan keMAHAanNYA ialah kenikmatan tak terkira |
Setelah dari Sikunir, saya pun masih melanjutkan ke beberapa lokasi yang menarik di Dieng, kemudian kami beranjak balik ke Wonosobo. Hal menarik selama perjalanan ini bagi saya bukan sekadar bisa melihat kawasan yang berbeda dan menakjubkan. Perjalanan ini juga menciptakan saya menemukan orang-orang baik yang bisa menganggap saya yang belum dikenal ini sebagai saudara. Saya dibentuk merasa bersahabat dengan kampung halaman mereka. Tak ada jawaban pribadi dari saya tuk mereka. Pun tak ada oleh-oleh tuk mereka. Tapi tak mengapa, bagi mereka cukup Allah saja yang membalasnya. Inilah perjalanan yang menciptakan saya ingin mengulangnya dua, tiga kali. Tentu tanpa merepotkan lagi keluarga yang saya kenal disana.
Perjalanan yang inginnya saya rencanakan bersama keluarga. Maklum saja, tidak hanya lewat goresan pena ini, seringkali setiap kami bepergian, saya dan suami berjalan masing-masing meskipun kami berdua. Ia dengan kawannya, dan saya… sendirian. Itulah mengapa ungkapan Paul Theroux di atas serasa terlalu pas banget buat saya.
AHA !
“Dek, nanti kita mau ke Jawa lagi lho,” kata suami pada Agustus ini. Saya masih mendiamkan hingga beliau berkata, “tapi nggak tahu mau tanggal berapa ini, masih cari-cari yang murah.” Lalu suami mengecek satu persatu tanggal dan dari situs penjualan tiket pesawat online.
Untuk melaksanakan perjalanan ke luar kota buat kami gotong royong sama prinsipnya dengan yang lain, yakni bisa murah-meriah-aman-nyaman. Saat ini banyak situs penjualan tiket pesawat online dan maskapai terbang yang mengatakan akomodasi dan dispensasi biaya.
Sebenarnya, ada cara praktis untuk mengetahui harga TIKET PESAWAT MURAH mana yang menjadi pilihan yaitu lewat SKYSCANNER. Ini lebih baik daripada mencari satu-persatu melalui situs maskapai-nya atau situs penjualan tiket pesawatnya.
Sebenarnya, ada cara praktis untuk mengetahui harga TIKET PESAWAT MURAH mana yang menjadi pilihan yaitu lewat SKYSCANNER. Ini lebih baik daripada mencari satu-persatu melalui situs maskapai-nya atau situs penjualan tiket pesawatnya.
Skyscanner : https://www.skyscanner.co.id/
Facebook : https://www.facebook.com/SkyscannerIndonesia
Twitter : https://twitter.com/SkyscannerID
Instagram : https://www.instagram.com/skyscannerindonesia
Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCIy5o-1kjGCAgHRT36r3iYw
Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCIy5o-1kjGCAgHRT36r3iYw
BELUM TAHU KAPAN MAU TERBANG ?
Kalau saya harus mencari satu-persatu mana penawaran terbaik, tentu repot dan buang waktu. Lewat SKYSCANNER cara ini bisa diatasi.
Cara yang saya lakukan, masuk ke website SKYSCANNER, menentukan penerbangan dari- dan ke- menyerupai biasa dan menentukan bulan yang saya mau.
TAMPILAN DEPAN SKYSCANNER
Yang saya pilih ini ialah bulan September 2017 |
Saya menentukan bulan September, tanpa menentukan tanggalnya, kemudian saya mengklik Cari Penerbangan maka hasilnya akan tampak menyerupai di bawah ini :
Estimasi ini sanggup digunakan sebagai acuan |
Pada gambar di atas akan terlihat estimasi harga terendah hingga tertinggi (perhatikan warna yang digunakan). Lalu klik harga yang diinginkan pada tanggal diharapkan.
ATAU MAU TERBANG DI HARI TERTENTU ?
Selain pencarian harga termurah, tentu pencarian untuk hari terbang tertentu sangat bisa. Disini saya mencoba menemukan penerbangan pada tanggal 6 September 2017:
Klik "Cari Penerbangan" dan temukan maskapai penerbangan pilihan; Ada Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Silk Air, Sriwijaya Air, Singapore Airlines, dan lainnya.
Manfaatkan pula fitur, “TERBAIK”, TERMURAH”, dan “TERCEPAT” yang terdapat di atasnya. Jika saya mengklik PESAN pada Citilink, maka yang muncul ialah :
Beberapa tiket penjualan maskapai online menyerupai Nusatrip, Via.com, Citilink, Airpaz, Tiket2, Kiwi, Bravofly.
Klik "Cari Penerbangan" dan temukan maskapai penerbangan pilihan; Ada Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Silk Air, Sriwijaya Air, Singapore Airlines, dan lainnya.
Beberapa tiket penjualan maskapai online menyerupai Nusatrip, Via.com, Citilink, Airpaz, Tiket2, Kiwi, Bravofly.
Setelah itu klik PESAN TIKET yang akan langsung menuju situs penjualan tiket pesawat. So, transaksinya di sana lho. Perbedaan harga dengan situs penjualannya kemungkinan memang ada dan biasa, tindakan ini bisa dilakukan dengan cara me-refresh atau menghubungi SKYSCANNER .
MENGAPA SKYSCANNER ?
Bekerja sama dengan maskapai penerbangan dan situs tiket penjualan pesawat terbang di seluruh dunia, SKYSCANNER menjadi situs pencarian travel global terkemuka, delapan belas situsnya telah tersebar di seluruh dunia.
Dengan cara ini kita sanggup membanding-bandingkan harga dan menentukan yang sesuai dengan cepat.
Tidak hanya kasus pencarian tiket pesawat, SKYSCANNER juga membantu mencarikan penawaran terbaik untuk hotel dan sewa mobil. Yang paling penting semua ini, GRATIS. Untuk memudahkan lagi bergabung dengan newsletter dan unduh aplikasi 3-in-1 Skyscanner. Manfaatkan semua fitur yang digunakan.
Belajar dari #ahamoments perjalanan ini, bila ingin bepergian lagi saya ingin menyiapkan beberapa buah tangan, cukup yang ringan saja. Kita tidak tahu orang baik atau mitra yang mana akan kita jumpai. Memberikan sesuatu meski kecil saja bisa untuk mengikat tali persaudaraan.
Saya juga berguru dari carica, bila kita tidak bisa menikmatinya dengan cara biasa, kita bisa mengubahnya menjadi luar biasa. Sebagai pelaku perjuangan tentu ini menjadi wangsit yang menarik bagi saya dan suami.
Sekali lagi, saya dan suami akan bepergian bersama lagi, namun bila perjalanan kami serasa pribadi dan kami akan punya kisah masing-masing tidaklah mengapa.
Ya. Tidak mengapa, kalau pada kesudahannya kisah berbeda itu mengakibatkan satu tujuan selesai yang baik :)
Sekali lagi, saya dan suami akan bepergian bersama lagi, namun bila perjalanan kami serasa pribadi dan kami akan punya kisah masing-masing tidaklah mengapa.
Ya. Tidak mengapa, kalau pada kesudahannya kisah berbeda itu mengakibatkan satu tujuan selesai yang baik :)
Salam,
Lidha Maul.
Lidha Maul.
Tulisan ini diikutkan dalam lomba #SKYSCANNERINDONESIA
Untuk mengikutinya bisa mengklik #AHASKYSCANNER